7. mbah google

Felicia mulai memejamkan matanya, lalu menempelkan katunbod tersebut ke area matanya. Dan Ia mulai merasakan panas yang luar biasa.

'Astaga! Ini...' batinnya.

Felicia membuka matanya, pupil matanya bergetar hebat, Ia mulai merasakan sensasi yang luar biasa. "Astaga! Rasa ini tak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku ini! Mbah google apa yang telah kamu perbuat kepadaku! Ah ...." teriaknya histeris.

Ia memundurkan kepala, Ia mencari air namun tanpa sengaja kakinya menginjak sabun mandi, dan Felicia pun tergelincir hingga jatuh.

"Apa! Sabun mandi juga mengkhianati aku! Ahh"

Bruk ...

Duak ...

Brak ....

Felicia pun tersungkur di lantai kamar mandi, Ia hanya menggunakan handuk yang menutupi badannya. Felicia terbentur dan di jatuhi sampo dan alat-alat mandi lainnya.

"Pah ada apa! Suara yang begitu keras, apakah Feifei baik-baik saja?" seru mama yang masih memegang peralatan masaknya.

"Entahlah mah, mari kita lihat! Suara yang begitu keras, Papa saja sampai terkejut, jangan-jangan Feifei ..." jawab Papa seraya menatap ke arah mama Felicia, Ia berpikir yang tidak-tidak.

"Fei? Feifei? Nak? Anakku buka pintunya sayang ada apa nak?" panggil mama Felicia, seraya mengetuk pintu kamar Felicia.

"Pah ... tak ada jawaban," ucap mama Felicia, ia benar-benar panik, pikiran mereka sudah kemana-mana, ia takut Felicia tak kuat menahan rasa malu atau terlalu syok melihat penampilannya saat ini juga. Hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan bunuh diri.

"Mama minggir dulu Mah, biar Papa langsung dobrak saja pintunya," jawab Papa Felicia.

Mama Felicia pun menurut ia menjauh dari pintu, dan Papa Felicia melakukan pemanasan sebelum mendobrak pintu kamar putrinya.

Brak ....

Bruk ....

"Ahh, Papa!" teriak mama Felicia, ia langsung menghampiri suaminya yang kini tengah tersungkur di lantai kamar putrinya. Ia mencoba dengan sekuat tenaga mendobrak pintu tersebut, namun siapa sangka pintu kamar putrinya tak sama sekali di kunci, hingga akhirnya sang Papa lah yang terjatuh karena kekuatan yang tinggi.

"Papa nggak apa-apa kan Pah?" tanya mama Felicia seraya memapah suaminya.

"Ahh, sakit sih mah. Tapi sudahlah kita sebaiknya lihat Feifei, Papa khawatir sama Feifei mah," jawab Papa Felicia seraya meringis menahan rasa sakit di bokongnya dan lengannya.

Mereka pun mencari di setiap sudut kamar Felicia, namun Felicia tak nampak di ruangan tersebut, kemudian mereka saling menatap dan melihat ke arah kamar mandi.

"Pah? Apa jangan-jangan Feifei ada di kamar mandi ya pah?" tanya mama Felicia seraya menunjuk ke arah pintu kamar mandi.

"Coba kita lihat mah, soalnya kan tidak ada di sini berarti ada di kamar mandi. Papah di sini aja, bokong Papa benar-benar sakit mah," keluh Papa Felicia seraya meringis kesakitan.

"Baiklah pah," jawabnya, lalu ia beranjak dari tepi ranjang Felicia, mama Felicia pun melangkah menuju pintu kamar mandi yang tak jauh dari ia berdiri.

Ceklek ....

Pintu kamar mandi telah mama buka dengan perlahan, dan kebetulan pintu tersebut tidak di kunci sama sekali oleh Felicia. Dan mencari sosok putri kesayangannya tersebut, namun tak terlihat sama sekali batang hidungnya.

Mama Felicia pun melangkah maju, ia berfikir mungkin saja ada di dalam bathtub yang tertutup tirai. Hingga akhirnya ia melihat putrinya, yang tengah terkapar tak sadarkan diri dia tas lantai yang begitu dingin, licin, dan dalam keadaan telanjang bulat, handuk yang ia kenakan telah lepas dari tubuhnya.

Dahinya berdarah seraya terkubur oleh tumpukan botol sampo dan sebagainya, mama Felicia begitu terkejut, "ahhhh! Anakku! Feifei! Bangun nak, bangun sayang ... hiks hiks, kenapa dengan kamu sayang?" teriak mama Felicia histeris.

Ia langsung menutupi tubuh anaknya kembali dengan handuk, lalu sang suami yang mendengar teriakan dari sang istri pun langsung menghampiri dengan kakinya yang terpincang-pincang. "Ada apa mah?" tanya Papa Felicia panik.

"Hiks ... Hiks, lihat lah pah, putri kita pah, huaaah," isak mama Felicia seraya memeluk tubuh anaknya tersebut.

"Ya ampun! Ayo mah kita bawa ke ranjang saja, kasian Felicia." Ajak Papa seraya membantu sang istri mengangkat tubuh putrinya tersebut.

 

Setelah di pindahkan ke ranjang, mama Felicia melihat ponsel milik Felicia yang terlihat menampilkan gambar minyak angin, ia juga melihat ada minyak angin yang tergenggam di tangan Felicia baru saja.

Ia pun membaca teks yang tertera, sedangkan sang suami sedang terisak, menangisi Felicia.

Ia benar-benar takut Felicia akan benar-benar mati, pasalnya ia hanya memiliki satu anak yaitu Felicia.

Sedangkan mama Felicia masih asik membaca teks tersebut, " Google!" seru mama Felicia hingga mengagetkan sang suami.

"Ada apa mah? Kenapa mama malah tanya google? Apakah mau tau cara membangunkan orang mati?" tanya Papa, sontak saja mama Felicia tercengang akan pertanyaan sang suami yang begitu konyol.

"Astaga Papa!" ia semakin kesal akan kekonyolan suaminya tersebut.

"Mama mau kemana? Huhu ..." tanya Papa Felicia, ia semakin kencang tangisannya, hingga air matanya membanjiri seisi ruangan tersebut.

Mama Felicia tetap pergi dari ruangan kamar Felicia menuju kamarnya, ia mengambil P3k, lalu ia menuju meja riasnya. Ia mengambil alkoholnya dan satu pak kapas, lalu pergi menuju kamar putrinya, masih terlihat sang suami yang masih saja terisak histeris.

"Huhu... Huhu Hu putri Papa, bangun nak, bangun! Papa sayang sama Feifei, Feifei jangan tinggalkan Papa, Papa janji akan belikan kebab dan seblak kesukaan Feifei, bangun ya nak," ucap Papa Felicia.

"Astaga! Papa awas dulu." ucap mama Felicia seraya membuka kotak P3K.

"Mama kaya nggak ada sedihnya sama sekali, mama apa gak sayang sama Felicia anak kita mah?" ucap Papa Felicia dengan sesenggukan.

"Ck, Papa ... justru mama sayang sama Felicia pah, mama mau mengobati Feifei. Papa awas dulu," jelas mama Felicia.

Lalu ia mulai mengobati putrinya, memberi antiseptik lalu memberikan betadine. Setelah selsai memperban luka yang ada di keningnya, selanjutnya menghapus tinta spidol yang ada di wajah putrinya menggunakan alkohol.

 

Setelah beberapa jam kemudian Felicia pun sadar dari pingsannya, ia membuka matanya perlahan. Dan terlihat kedua orang tuanya yang ada di depannya saat ini, terlihat sang Papa yang masih suja menangis histeris.

"Huaaa, anakku ... Feifei telah banyak menderita, huaaaa. .." isak sang Papa.

"Feifei? Kamu sudah bangun nak?" panggil sang mama.

"Feifei ... apakah kamu masih mengenali Papa nak?"

"Papa? Mamah?" jawab Felicia masih dalam keadaan lemas.

"Ah! Wajahku!" seru Felicia, ia langsung membuka matanya lebar-lebar saat mengingat wajahnya yang saat itu, ia masih mengira wajahnya yang penuh tinta spidol permanen.

"Jangan khawatir nak, wajahmu sudah mama bersihkan menggunakan alkohol. Sekarang sudah tak apa-apa," jawab mama Felicia.

"Bodoh, kenapa kamu terpikirkan menggunakan minyak angin! Hiks... Tak tau apa Papa sampai hampir bunuh diri, Papa benar-benar takut," ujar Papa Felicia dengan air mata dan ingus yang mengalir deras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!