Earth Dragon Lord GAIA

Yuki berdiri di tepi kawah yang baru saja ia pulihkan, merasakan getaran kuat di tanah di sekitarnya. Tiba-tiba, gemuruh ledakan mengguncang udara, memenuhi langit dengan suara yang menggema. Seluruh orang di sekitar kawah tersebut menoleh ke arah asal suara, wajah mereka penuh kekhawatiran dan kebingungan.

Tanah di sekitar mereka mulai retak, membentuk celah-celah besar yang menyebar dengan cepat. Sebuah bolongan raksasa muncul dari dalam bumi, dan serangkaian ledakan berapi-api menyusul. Teriakan kepanikan memenuhi udara ketika seekor naga tanah muncul dari dalam lubang tersebut.

Naga tanah itu memiliki tubuh yang besar dan kuat. Kulitnya terdiri dari sisik-sisik yang kokoh, memberikannya perlindungan yang tak tertandingi. Mata merah menyala dengan amarah dan kekuatan magis yang menggetarkan udara di sekitarnya. Sisi-sisinya dilengkapi dengan tanduk besar dan gigi-gigi tajam yang melambangkan keganasannya.

Ketika naga tanah itu melihat ke sekelilingnya, kepanikan semakin meluas di antara para prajurit yang berada di sekitar kawah. Mereka menyadari bahwa keberadaan naga itu merupakan ancaman besar bagi kehidupan mereka dan kerajaan mereka. Beberapa orang berusaha melarikan diri, sementara yang lain membeku dalam ketakutan.

Yuki merasakan kekuatan magis yang memancar dari tubuh naga itu. Dia menyadari bahwa naga itu bangun dari tidurnya karena ledakan yang ia ciptakan sebelumnya.

Para prajurit panik dan ketakutan menghadapi kehadiran naga tanah yang mengerikan. Namun, ketiga kesatria terbaik kerajaan, Albert, Joy, dan Felix, tetap tenang dalam menghadapi situasi tersebut. Dengan suara yang tegar dan penuh keyakinan, mereka berbicara kepada para prajurit yang panik.

"Jangan takut, saudara-saudaraku!" seru Albert, suaranya bergema di antara kekacauan yang terjadi. " Kalian semua termaksud aku telah dilatih untuk menghadapi ancaman seperti ini Bersiaplah dan siapkan diri kalian untuk pertempuran dan kerajaan Anvil!"

Joy menambahkan dengan lantang, " kalian adalah prajurit kerajaan dan rakyat kita membutuhkan perlindungan kita. Jadilah pahlawan yang tangguh dan tak kenal takut!"

Moral para tentara pun mulai meningkat dan beberapa dari mereka mulai redah rasa takut mereka.

Felix berdiri tegak di antara para prajurit yang panik, memancarkan keberanian dan kekuatan yang membara. "Kesatria tidak pernah mundur dalam menghadapi bahaya. Bersiaplah, tetaplah fokus, dan ikuti perintah kami. Bersama, kita akan mengalahkan naga ini!"

Dan seluruh prajurit berteriak "Siap Laksanakan"

Dengan penuh semangat dan berani.

Meskipun awalnya terkejut dan ketakutan, para prajurit mulai menarik diri dari kepanikan mereka dan mendengarkan dengan seksama kata-kata para kesatria. Mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa berdiam diri dan harus menghadapi ancaman ini dengan penuh keberanian.

Para prajurit mulai mempersiapkan diri dengan mengambil senjata dan mengatur formasi pertahanan. Mereka mengumpulkan keberanian mereka, mengingat pelatihan dan pengalaman yang telah mereka dapatkan selama bertahun-tahun. Dengan determinasi yang tumbuh, mereka siap untuk berdiri melawan naga tanah yang mengerikan.

Ketiga kesatria terbaik kerajaan tersebut mengamati dengan bangga perubahan yang terjadi di antara para prajurit. Mereka melihat semangat yang terpancar dari mata mereka, dan mereka tahu bahwa, sebagai pemimpin, tugas mereka adalah memimpin pasukan ini ke dalam pertempuran.

Dengan kepercayaan yang membara, Albert, Joy, dan Felix memimpin pasukan mereka maju menuju naga tanah yang mengerikan. Bersama-sama, mereka membentuk barisan pertempuran yang solid dan siap untuk melawan ancaman yang menghadang.

Di tengah kekacauan dan kepanikan, harapan mulai tumbuh di antara pasukan kerajaan. Ketiganya menjadi sosok inspirasi dan teladan yang mendorong para prajurit untuk menghadapi tantangan ini dengan keberanian dan kekuatan yang sama.

Pertempuran pun tak dapat dihindari, dan suasana menjadi tegang saat pasukan kerajaan bersiap untuk menghadapi naga tanah yang mengamuk. Mereka siap untuk melindungi kerajaan dan rakyat mereka dengan segala keberanian dan kekuatan yang mereka miliki.

Ketiga kesatria, meskipun mereka berusaha tetap tenang, tak dapat menyembunyikan rasa takut yang menggelayut di dalam hati mereka. Berkeringat dingin, mereka menghadapi pandangan yang menakutkan dari naga tanah yang mengamuk di depan mereka.

Naga itu mengeluarkan raungan yang menggetarkan bumi, suaranya menggema di seluruh area pertempuran. "Sialan! Siapa yang berani membangunkan tidurku?" serunya dengan suara menggelegar, menunjukkan kemarahan yang tak terbendung.

Ketiga kesatria saling bertatapan, mereka gugup dan berkeringat mengumpulkan keberanian yang tersisa di dalam diri mereka. Albert melangkah maju, menghadapi naga dengan sikap yang berani. "Kami, kesatria Kerajaan Anvil, datang untuk melindungi kerajaan dan rakyat kami. Kami tidak akan mundur di hadapan ancamanmu, naga!" ucapnya dengan suara yang tegas, mencoba menahan rasa ketakutan di dalam dirinya.

Naga tanah itu menatap kesatria dengan penuh kecongkakan, mencemooh para manusia yang berani berdiri di hadapannya. "Makhluk fana yang bodoh! Kalian hanya seperti semut di hadapanku, tak berarti apa-apa!" desisnya dengan keangkuhan yang memuncak.

Joy, yang selalu dikenal sebagai pribadi yang tenang dan bijaksana, melangkah maju dengan langkah mantap. "Naga, jangan menyepelekan kekuatan manusia. Meskipun kita mungkin tampak kecil di hadapanmu, kami memiliki keberanian dan kekuatan yang tak terhingga. Kami datang bersama-sama, sebagai satu kesatuan yang tak tergoyahkan!"

Felix, yang memiliki hati yang penuh dengan semangat dan semangat juang, tidak bisa diam melihat penghinaan naga terhadap manusia. "Kamu mungkin memiliki ukuran dan kekuatan fisik yang luar biasa, tapi apakah itu satu-satunya yang kamu miliki? Di dalam diri manusia, terdapat kekuatan kehormatan, keberanian, dan keadilan yang tak terkalahkan. Bersiaplah, naga, karena kami akan menunjukkan apa yang bisa kami lakukan!"

Naga melihat ketegasan dan keberanian ketiga kesatria tersebut. Walaupun awalnya meremehkan manusia, naga mulai merasa tergugah oleh semangat juang yang mereka tunjukkan. Namun, ia tetap tidak ingin menunjukkan kelemahannya dan memutuskan untuk melanjutkan penghinaannya.

"Kalian hanya mampu berbicara dengan kata-kata kosong! Ayo tunjukkan keberanianmu! Biarkan aku meremukkan kalian menjadi serpihan!" seru naga itu dengan bangga, memancarkan aura yang menakutkan.

Pertempuran pun tak terelakkan. Ketiga kesatria bersiap menghadapi naga yang kuat dan melindungi kerajaan mereka. Di antara percikan api dan gemuruh dentuman.

Yuki, yang menyaksikan pertarungan dari kejauhan, melihat dengan jelas kekuatan yang dimiliki oleh naga tersebut. Dengan pengamatannya yang jeli, ia bisa memperkirakan bahwa naga itu memiliki level sekitar 95, sebuah tingkatan yang memang tidak bisa dianggap remeh, Namun, Yuki, yang menyadari kekuatan luar biasa yang ia miliki sebagai seorang mage dengan level maksimal 250, merasa angkuh melihat kelemahan naga itu. Ia senyum sinis, merasa yakin bahwa naga tersebut tidaklah sebanding dengan kekuatannya sendiri.

Dengan langkah yang mantap, Yuki mendekati naga yang sedang bertempur dengan ketiga kesatria. Ekspresi wajahnya penuh dengan sikap merendahkan. Ia mengangkat tangan dan bertepuk tangan dengan kencang, menunjukkan sikapnya yang sombong.

"Hmm, omonganmu terdengar seperti gonggongan anjing," kata Yuki dengan nada menghina, sambil mengelus jenggotnya yang khas. Ia berusaha menunjukkan keangkuhan dan perbedaan kekuatan yang berbeda.

Naga itu terkejut dengan sikap Yuki yang berani menghampirinya. Ia merasa terhina dan marah karena dianggap remeh oleh manusia yang tampaknya sangat percaya diri. Namun, ia juga tidak ingin menunjukkan kelemahannya dan memutuskan untuk melanjutkan pertarungannya dengan kesatria yang lain.

Ketiga kesatria, yang memperhatikan interaksi antara Yuki dan naga, merasa heran dengan sikap sombong yang ditunjukkan oleh Pria tua tersebut. Mereka terkejut dan bertanya-tanya apakah pria tua itu benar-benar bisa menghadapi naga tersebut.

Namun, Yuki tetap tenang dan melanjutkan sikapnya yang sombong. Ia menganggap naga tersebut sebagai mainan anak. Dalam hatinya, ia siap untuk menunjukkan kehebatannya kepada semua orang yang hadir di medan pertempuran.

Naga tersebut semakin marah oleh sikap sombong dan ejekan Yuki, tidak bisa lagi mengendalikan emosinya ia menghentakkan ekornya di tanah dengan keras, menciptakan guncangan di sekitarnya dan mengaung. Tanah pun berguncang dan para prajurit di sekitarnya terhuyung.

"Berani sekali kau, kakek tua bajingan yang lemah, berani meremehkanku, Earth Dragon Lord Gaia!" teriak Gaia dengan suara menggema di seluruh medan pertempuran. Kemarahannya terasa membara dan memenuhi udara.

Retakan tanah terbentuk di sekitar Gaia akibat gempa yang ia ciptakan dengan hentakan ekornya. Banyak prajurit yang berada di sekitar mereka pun terperosok ketakutan dan kepanikan, berusaha untuk melarikan diri dari bahaya yang semakin terasa.

Ketiga kesatria kerajaan, Albert, Joy, dan Felix, yang tadinya tenang dan berusaha mengatasi naga tersebut, juga terkejut dengan kemarahan dan kekuatan Gaia yang begitu besar. Mereka segera berlindung dan berusaha untuk merencanakan strategi baru dalam menghadapi ancaman yang semakin meningkat.

Namun, Yuki, yang tetap mempertahankan sikap sombongnya, tidak tergoyahkan oleh amukan Gaia. Ia menatap naga tersebut dengan tatapan tajam yang penuh keyakinan.

Yuki, yang merasakan kemarahan yang meluap dari naga yang bernama Gaia, tersenyum sinis mendengar ucapan naga tersebut. Ia terlihat seolah tidak terpengaruh dengan kata-kata emosional dari naga yang sedang marah.

"Hooh, Earth Dragon Lord Gaia, kau bilang?" Yuki menjawab dengan nada merendahkan. "Seorang naga yang dipenuhi emosi seperti dirimu seharusnya bisa mengontrol diri dengan lebih baik. Apakah kau benar-benar selevel dengan gelar yang kau anut?" dengan nada menghina.

Gaia kembali mengeluarkan raungan marahnya. Ia menghancurkan sebagian kawah tersebut pun menggunakan tubuhnya, menciptakan gempa yang mengancam semua yang ada di sekitarnya.

Naga raksasa, Earth Dragon Lord Gaia, merasakan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia merasa sangat terhina oleh kata-kata Yuki yang merendahkan dirinya. Dengan langkah yang berat, Gaia mendekati Yuki dengan ekor yang bergoyang-goyang, mengisyaratkan kemarahannya.

Gaia menghentakkan ekor besarnya ke tanah dengan kekuatan yang luar biasa. Hasilnya, retakan besar muncul di permukaan tanah yang hancur, menggambarkan kekuatan dahsyat yang dimiliki oleh naga tersebut. Prajurit yang berada di sekitarnya terkejut dan ketakutan melihat kekuatan yang menghancurkan itu. Beberapa dari mereka bahkan terjatuh dan berlari panik untuk menyelamatkan diri dari ancaman yang begitu besar.

Keadaan medan pertempuran menjadi kacau balau karena kepanikan yang melanda prajurit. Mereka saling berdesakan, berusaha melarikan diri sejauh mungkin dari naga yang menakutkan itu. Suara teriakan dan langkah-langkah tergesa-gesa mengisi udara, menciptakan kekacauan yang melumpuhkan, dan sebagian pasukan pun mati terkena gempa yang dahsyat tersebut.

Sementara itu, Yuki, yang tetap berdiri dengan tegar di hadapan naga, melihat efek yang ditimbulkan oleh kemarahan Gaia. Namun, ia tidak memperlihatkan ketakutan sedikit pun karena ia tau bahwa naga tersebut lemah.

Meskipun melihat kekacauan yang disebabkan oleh naga, Yuki tetap mempertahankan sikapnya yang tenang.

Gaia, masih dalam amarahnya yang meluap-luap, terus menatap tajam ke arah Yuki. Ia berencana menghancurkan Yuki dan membalas penghinaan yang telah dialaminya.

Naga raksasa, Earth Dragon Lord Gaia, dengan penuh percaya diri menghantam Yuki dengan sihirnya yang dahsyat. Namun, Yuki tetap tegar dan diam, mengetahui bahwa kekuatan naga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengannya. Dalam pikirannya, Yuki merasa yakin bahwa ia bisa mengatasi serangan itu dengan mudah, berkat level maksimalnya yang mencapai 250.

Naga Gaia mengeluarkan sihir tanah yang kuat [Terra Blast]. Sihir ini merupakan serangan elemen tanah yang sangat kuat, menghasilkan ledakan besar dan gelombang guncangan seperti gempa yang dapat merusak segala sesuatu yang ada di jalurnya. Dalam serangan ini, Gaia menyalurkan energi bumi dengan maksimal dan melepaskannya dalam ledakan yang dahsyat, meninggalkan musuh-musuhnya tanpa harapan dan tak berdaya. Hanya mereka yang memiliki keterampilan tinggi yang bisa mengendalikan kekuatan destruktif dari [Terra Blast] dan mencegah kerusakan yang tidak diinginkan.

Serangan itu menghantam Yuki dengan kekuatan penuh. Terjadi kehancuran yang menggemparkan, menyebabkan ledakan besar dan gelombang guncangan yang menghancurkan sekelilingnya. Asap dan serpihan-serpihan debu terangkat ke udara, menutupi Yuki dalam lapisan abu dan kerusakan.

Namun, Yuki tetap tak terluka sedikit pun. Dalam keadaan yang sama sekali tak tergoyahkan, ia tetap santai dan tenang di tengah kekacauan yang diciptakan oleh serangan Gaia. Naga tersebut terkejut melihat bahwa serangannya tidak berdampak apa pun pada Yuki, dan ia pun tertawa terbahak-bahak dengan nada sinis.

"Hahaha! Kakek tua bodoh! Rasakanlah kematian yang menyakitkan karena telah berani menghinaku, sang Earth Dragon Lord Gaia!" kata Gaia dengan sombong, menghina Yuki dengan kata-katanya yang merendahkan.

Namun, kejutan segera menghampiri Gaia. Asap dan serpihan-serpihan yang menutupi Yuki tiba-tiba menghilang, memperlihatkan Yuki yang masih sama sekali tidak terluka. Gaia terkejut melihat keadaan Yuki tidak terpengaruh dan terluka sama sekali, tidak mampu memahami kekuatan yang tersembunyi di balik sosok kakek tua tersebut, Gaia pun tidak percaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!