KRUYUK KRUYUK KRUYUK...
Perut bunga pun kembali berbunyi, wanita itu merasa bimbang, di satu sisi perutnya lapar tetapi dia tidak ingin memakan makanan yang tidak dia tahu kejelasannya. Bunga tidak mau jika makanan itu sampai salah alamat karena ditujukan bukan untuk dirinya. Sejak kejadian dua tahun lalu, Bunga lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan tidak mau ceroboh.
"Bagaimana ini? Aku lapar sekali, cake ini kelihatannya lezat. Tapi bagaimana kalau ternyata milik orang lain? Aku nggak mau ambil resiko kalau saat aku sudah memakan cake ini, tiba-tiba pemiliknya datang," gumam Bunga sambil mengigit bibir bawahnya. Namun, saat merasakan perutnya kembali lapar, reflek dia melihat ke sekeliling rumah sakit itu yang sudah tampak sepi. Bahkan, tidak ada lagi yang berjalan di koridor rumah sakit. Jam memang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Jadi, hal yang wajar jika rumah sakit itu sudah tampak sepi.
"Ah sudah sepi, rasanya mustahil kalau ada yang mengambil cake ini. Ah lebih baik kumakan saja, toh tidak ada yang lihat aku mengambil dan memankan cake ini," gumam Bunga kembali. Dia pun memutuskan untuk membawa masuk chiffon cake tersebut ke dalam kamar perawatan Alea. Namun, saat baru saja membalikkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil namanya.
"Bunga!" Kaget mendengar namanya dipanggil, sontak Bunga pun menjatuhkan chiffon cake yang ada di tangannya begitu saja.
BRUK
"Oh tidak," lirih Bunga seraya menatap nanar pada cake yang saat ini jatuh ke atas lantai. Spontan, Bunga pun jongkok, berniat untuk mengambil cake tersebut. Dalam benaknya, cake tersebut belum jatuh terlalu lama, rasanya sayang kalau dibiarkan begitu saja. Tetapi, saat Bunga akan mengambilnya, tiba-tiba Billy mencegahnya.
"Jangan Bunga, itu sudah kotor!" Bunga pun mendongak, saat mendengar suara Billy yang sudah ada di sampingnya. "Dokter..."
"Berdiri Bunga, sebaiknya tidak usah kau pedulikan lagi makanan yang sudah jatuh itu!"
"Tapi..."
"Kenapa? Aku minta maaf sudah menjatuhkan makananmu, tapi tolong jangan ambil makanan yang sudah jatuh itu, biar cleaning service saja yang membersihkannya. Sebentar, akan kuganti makanan itu, sekarang kau tunggu di sini ya!" Billy pun berjalan meninggalkan Bunga begitu saja.
"Dokter, jangan Dok. Tidak usah!" panggil Bunga, tetapi dihiraukan begitu saja oleh Billy. "Anda terlalu berlebihan, Dokter. Padahal makanan itu bukan milikku," gerutu Bunga, tetapi tentu saja tak didengar oleh Billy. Wanita itu pun memilih kembali masuk ke dalam kamar perawatan Alea.
Sementara itu, di balik tembok yang ada di dekat kamar perawatan Alea, tampak seorang lelaki terlihat begitu kesal. "Argh brengsekk! Gara-gara dokter sialan itu, rencanaku jadi berantakan," geramnya. Bersamaan dengan itu, ponsel miliknya pun berbunyi. Raut wajah laki-laki berpenampilan serba hitam itu, tampak begitu cemas melihat nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
"Sial, Tuan Sean meneleponku. Sekarang, apa yang harus kulakukan!" Dengan langkah cepat, laki-laki itu berjalan menyusuti koridor rumah sakit, dan mengabaikan begitu saja panggilan ponselnya.
Di ujung sambungan telepon, Sean yang saat ini terlihat sedang mondar-mandir di ruang kerjanya terlihat begitu kesal. "Sial, kenapa dia belum menghubungiku? Apa yang sebenarnya dia lakukan! Bodoh sekali, melakukan hal seperti itu saja lama sekali!" geram Sean. Tiba-tiba pintu ruang kerja itu pun terbuka.
CEKLEK
Melihat sosok istri yang sangat dia cintai masuk ke dalam kamar, Sean pun tersenyum. Meskipun raut wajah kesal masih tak mampu sepenuhnya dia sembunyikan. "Mas, kamu belum tidur?" tanya Mauren sambil berjalan ke arah suaminya.
"Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, Sayang. Ayo kita ke kamar sekarang!" Sean menggenggam tangan Mauren, keluar dari ruang kerja tersebut. "Kupikir Mauren sudah tidur, lalu sekarang bagaimana caranya aku menghubungi anak buahku?" batin Sean. "Apa sebaiknya besok aku pergi ke rumah sakit untuk memastikan keberadaan wanita sialan itu? Ya, sebaiknya seperti itu saja, agar bisa kupastikan kalau mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini."
***
Di sini lain, Billy yang sedang berjalan menuju ke ruang perawatan Alea, tampak dikejutkan dengan semut yang bertebaran di depan ruang perawatan itu. Saat Billy mendekat, ternyata semut-semut itu sedang mengerubungi dan memakan chiffon cake yang tadi dijatuhkan oleh Bunga, dan anehnya semut-semut tersebut dalam keadaan mati.
"Kenapa banyak semut mati di atas cake tersebut? Astaga, aneh sekali. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Billy pun akhirnya merasa curiga, dia kemudian mengambil sample dari cake tersebut dengan menggunakan sarung tangan medis, lalu dia masukkan ke sebuah kantung plastik.
"Aku simpan saja dulu, besok coba aku cek di laboratorium."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
Astaghfirullah... istighfar kau Sean. mohon bertaubat sebelum terlambat
2023-06-21
1