Pernah Bertemu

Mendengar suara seorang laki-laki, Bunga pun menoleh. Seketika matanya menyempit saat melihat laki-laki yang ada di depannya. Ya, Bunga masih mengingat dengan jelas siapa laki-laki itu, dia adalah laki-laki tampan yang 2 tahun lalu pernah membuat degup jantungnya berdetak begitu hebat.

"Kau?" lirihnya.

"Jadi kau juga masih ingat padaku?" sambung laki-laki tersebut. Bunga pun mengangguk seraya menundukkan kepalanya. Sungguh dia tak menyangka bisa bertemu dengan laki-laki itu kembali, namun sayangnya kondisinya saat ini telah berbeda. Jika 2 tahun lalu, dia masih memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tapi tidak dengan sekarang. Bunga saat ini, bukanlah wanita yang ceria lagi, semuanya sudah berubah. Boleh dibilang hidupnya saat ini terasa begitu suram, bahkan untuk tersenyum saja, semua terasa pahit. Semangatnya hanyalah pada putri kecilnya, yaitu Alea.

Rasa diri yang dulu begitu besar, sekarang telah sirna. Bagi Bunga, dia hanyalah seorang wanita miskin tak bersuami, dengan seorang anak yang harus dia besarkan sendiri. Saat sedang meratapi nasibnya di tengah rasa rendah diri yang selalu mendera hatinya, lamunan Bunga tersentak ketika mendengar tangis Alea.

Dia pun menoleh pada putri kecilnya yang suara tangisnya kini terdengar di seluruh sudut ruangan. Seketika dokter yang ada di samping Bunga pun bertindak cepat, dia langsung memeriksa keadaan Alea lalu memberikan obat penurun panas padanya. Namun, yang membuat dada Bunga kian sesak adalah saat sebuah jarum infus menembus ke kulit tipis bayi itu. Tangis Alea pun kian kencang, sedangkan Bunga hanya bisa menenangkan sembari berdoa untuk kesembuhan putri kecilnya.

"Kau tenang saja, putrimu hanya deman biasa. Setelah satu atau dua hari, kemungkinannya demamnya akan turun. Lebih baik, kau selesaikan administrasi putrimu saja dulu, karena sebentar lagi dia akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Tidak baik seorang bayi seperti dia terlalu lama di ruang emergency."

Bunga menatap nanar pada Alea, yang saat ini masih terisak, meskipun isakannya sudah tidak terlalu keras, tetapi rasanya dia begitu enggan meningalkannya. Hal itu, tertangkap jelas oleh dokter tampan yang ada di depannya. "Kau khawatir dengan putrimu? Kau tenang saja, ada kami. Sebaiknya kau selesaikan dulu admistrasinya, biar kami yang menjaganya."

Bunga pun mengangguk, lalu keluar dari ruang emergency tersebut. Saat dia baru saja keluar ruangan, sejenak dia terpaku. "Menyelesaikan adminstrasi? Bukankah aku sama sekali tidak punya uang?" gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya. "Ah lebih baik kubayar dengan sisa uangku saja," gumam Bunga kembali, dan saat dia membuka dompet, wanita itu baru menyadari jika di dompetnya ada sebuah debit card.

"Astaga, kenapa aku sampai lupa kalau dia memberikan ini padaku? Sebaiknya kupakai saja, dia juga sudah memberikan ini padaku. Lagi pula Alea juga darah dagingnya? Semoga saja, nomor pin-nya sama dengan nomer pin debit card-nya yang dulu." Senyum pun merekah di bibir Bunga, kekhawatirannya jika dia tak akan mampu membayar biaya perawatan rumah sakit Alea pun sirna. Gegas dia menyelesaikan administrasi rumah sakit tersebut agar putrinya mendapatkan penanganan terbaik.

Setelah menyelesaikan administrasi, Bunga kembali ke ruang emergency, dan mendapati dokter yang menangani putrinya sedang duduk di samping brankar Alea yang saat ini terlelap. Sejenak, dia menatap laki-laki itu yang sedang menatap lekat putrinya.

"Dokter!" panggil Bunga, saat mendekat ke arahnya. Dokter itu terlihat kaget dengan kehadiran Bunga. "Oh... Sudah selesai?"

"Iya," angguk Bunga. "Terima kasih sudah menjaga putriku."

"Tidak apa-apa, emh wajah putrimu mengingatkanku pada seseorang. Dia sangat mirip dengan Zico, keponakanku."

DEG

Jantung Bunga seakan berhenti berdetak mendengar perkataan dokter tersebut. Meskipun dulu mereka tidak saling mengenal satu sama lain, tetapi dia tahu jika laki-laki itu adalah adik Mauren. Jadi, pantas saja dia mengambil kesimpulan jika putrinya sangat mirip dengan keponakannya karena ayah kandung mereka sama, yaitu Sean.

Detik berikutnya, keheningan tercipta diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga keheningan itu pecah saat seorang perawat mendekat ke arahnya. "Selamat siang, pasien baby Alea, bisa dipindahkan ke ruang perawatan sekarang juga, Dok."

"Iya suster."

Perawat tersebut, mendorong brankar Alea ke ruang perawatan. Sedangkan Bunga, beserta dokter itu mengikutinya di belakang. "Dulu kita memang pernah bertemu, tapi belum sempat berkenalan. Perkenalkan aku Billy. Lalu, siapa namamu wanita gila?"

***

Raut wajah Sean tampak begitu frustasi, pertemuannya dengan Bunga tadi malam seakan benar-benar menguras tenaga dan otaknya hingga membuatnya tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Bahkan pekerjaan itu terabaikan, dan menumpuk di atas meja begitu saja.

"Sial, kenapa wanita sialan itu harus muncul di hadapanku lagi? Aku harus melacak keberadaannya, agar aku bisa memastikan dia tidak lagi mengganggu rumah tanggaku dengan Mauren," geram Sean, seraya mengusap wajahnya dengan kasar. Wajah tampan itu, bahkan terlihat layu. "Astaga, bukankah tadi malam aku memberikan debit card itu? Aku yakin pasti dia sudah menggunakan kartu itu."

Sean pun mengutak-atik ponselnya, lalu menempelkan ponsel itu di telinganya. Detik betikutnya, bibir laki-laki itu pun melengkung, kecemasan di wajahnya memudar. "Baik, terima kasih," ucap Sean, lalu mematikan sambungan teleponnya.

"Ada transaksi di rumah sakit. Jadi, dia sudah menggunakan kartu milikku di rumah sakit untuk biaya putrinya, Alea? Lantas, apa putrinya itu darah dagingku? Ck, aku tak peduli, karena bagiku darah dagingku hanyalah Zico. Baiklah kita mulai permainan ini, wanita sialan!"

Sean pun mengutak-atik ponselnya kembali. "Halo Dewa, pergilah ke rumah sakit, datangi pasien yang bernama Alea, lalu..."

Terpopuler

Comments

Deviastryveads_

Deviastryveads_

lalu apa Se lalu apa?. jangan bilang kau nyuruh dewa untuk melakukan tes DNA ke alea yah, ato jngan2 nyuri alea..

2023-06-17

1

septi 💎

septi 💎

lalu apa nih.. kejam banget nggak peduli sama anaknya sendiri..

2023-06-17

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

semoga Sean tak hilang waras sehingga menyakiti darah dagingnya sendiri.

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!