Salah Skenario

Tanpa peduli perasaan Sean yang kini terlihat begitu hancur, Mauren memutuskan hal itu sendiri. Bahkan, laki-laki itu pun tak percaya atas apa yang keluar dari mulut istrinya itu. Namun, bukan hanya Sean yang tercengang, tetapi bunga juga tak kalah terkejutnya. Dia tak menyangka jika istri dari Sean akan menerima dia sebagai madu, padahal saat pertama kali melihat dirinya, Maureen tampak tidak terlalu suka padanya. Sean berdiri mendekat pada istrinya.

"Apa maksud kamu, Mauren? Tarik kembali kata-katamu itu. Ingat kau sedang mengandung anak kita, jangan ambil keputusan dengan gegabah."

"Ini sudah keputusanku Mas, kalian sudah menjadi suami istri, ingat pernikahan itu bukanlah sebuah permainan. Jadi, lanjutkan saja pernikahanmu ini," ketus Mauren. Entah harus dengan apa dan bagaimana lagi supaya bisa menyadarkan istrinya, Sean merasa sudah kehabisan akal. Pria itu, membuang nafas kasar seraya menoleh pada Mauren. "Apa yang harus kulakukan agar kau percaya padaku, Sayang? Bagiku, kehadiranmu dan anak yang saat ini ada di dalam kandunganmu itu sudah cukup, aku tidak memerlukan siapapun lagi dalam hidupku."

"Tapi nasi sudah menjadi bubur, Mas. Kau sudah menikahi gadis itu, tunjukkan konsekuensi atas apa yang telah kau perbuat."

"Tapi aku tidak melakukan apapun padanya, Mauren," sangkal Sean, tatapan pria itu terlihat begitu putus asa. "Cukup, aku sudah tidak mau mendengarkan penjelasanmu!" Sean menghela nafas berat, kemudian menatap Mauren.

"Terserah kau saja, semoga kau tidak menyesal setelah mengatakan itu." Sean melangkah pergi, meskipun terdengar celotehan dari Mauren, tetapi Sean tidak menghentikan langkahnya. Dia tidak ingin berdebat lagi dengan istrinya, karena apapun yang dia katakan sepertinya Mauren tidak percaya padanya. Sean tetap melangkahkan kakinya keluar dari rumah, lalu mengendarai mobilnya.

Sepeninggal Sean, Mauren menjatuhkan tubuhnya di sofa sambil memijit pelipisnya. Dalam relung hati terdalamnya, sebenarnya dia sangat tidak rela harus hidup poligami, bahkan hal itu sama sekali tidak pernah ada di dalam benaknya. Tetapi dia sungguh kecewa dengan sikap yang telah ditunjukkan oleh Sean. Laki-laki itu telah melanggar konsekuensi dari ikatan suci pernikahan mereka, bagi Mauren tidak mungkin ada akibat jika tidak ada sebab dari pernikahan yang dilakukan oleh suaminya itu. Apalagi setelah mendengar cerita dari salah satu anak buah Sean yang tadi dia hubungi, penyebab pernikahan antara suaminya dengan gadis itu sungguh membuat hatinya terluka.

Sedangkan Bunga, menatap Mauren yang sedang duduk termenung. Dengan mengumpulkan keberanian, dia pun mulai membuka mulutnya. "Maaf Nyonya," celoteh Bunga, tetapi Mauren tidak menyahut, dia malah sibuk memijit pelipisnya. Sekali lagi, Bunga mencoba memanggil dengan suara sedikit lebih keras. "Nyonya!"

"Ah iya, kenapa?" Kali ini Mauren bereaksi walaupun terlihat sedikit kaget. Bunga tahu jika wanita itu pasti sangat syok, apalagi kondisinya sekarang sedang hamil, bukan hal yang mudah dan tentunya berat harus menjalani kehidupan seperti ini. Sialnya, hal itu terjadi karena dirinya. Saat ini Bunga pun hanya bisa merutuki dirinya sendiri di dalam hati saat melihat pertengkaran antara Sean dan Mauren yang tadi ada di depannya.

"Nyonya, saya mau minta maaf. Sebaiknya Nyonya tidak perlu bersikap itu padaku, lebih baik saya pergi dari sini. Sebenarnya, saya tidak ingin mengganggu kebahagiaan rumah tangga kalian. Dalam hal ini, saya yang salah, Nyonya. Bukan Tuan Sean, dia tidak menyentuhku sama sekali. Maafkan saya Nyonya, sebaiknya Nyonya pikirkan lagi tentang keputusan Nyonya, saya tidak mau Nyonya menyesal. Jadi, lebih baik saya pergi dari sini sekarang juga." Mauren menggenggam tangan Bunga sambil tersenyum.

"Tidak keputusanku sudah bulat, jadilah maduku, aku tahu suamiku sudah bersalah padamu. Dengan begitu, rasa bersalahku akan sedikit terobati."

"Tapi Nyonya, bukankah tadi sudah saya katakan, kalau kejadian itu sepenuhnya salah saya. Tuan Sean tidak melakukan apapun pada saya."

"Namamu Bunga kan?" sahut Mauren, Bunga pun mengangguk. "Bunga, aku minta maaf jika perbuatan suamiku telah merugikanmu. Aku janji akan menghilangkan trauma di dalam hidupmu karena perbuatan suamiku. Aku tahu, pasti itu tidak mudah mengalami pelecehan seperti itu. Apalagi kau masih sangat muda."

Bunga pun meneguk salivanya dengan kasar, entah bagaimana dia harus menjelaskan lagi pada Mauren, jika kejadian di kampung itu adalah karena kesalahannya. Wanita itu, tetap saja tidak percaya dan tetap menyalahkan suaminya. "Bunga, aku sudah tahu kejadian antara kau dan suamiku dari salah seorang anak buah kami yang ada di desa. Sekali lagi, aku minta maaf atas sikap suamiku, lebih baik sekarang kau beristirahatlah."

"Ta-tapi Nyonya."

"Bunga istirahat saja di kamar," ujar Mauren kembali. Bunga mematung tak percaya. "Celaka, istri dari Tuan Sean ternyata lebih mempercayai perkataan orang-orang yang ada di kampung daripada pengakuanku dan suaminya sendiri. Astaga aku memang bodoh, aku memang ceroboh hingga sampai berbuat seperti ini," gumam Bunga. Gadis itu menyesal, tentunya dia tak mau terlibat begitu jauh dalam kehidupan rumah tangga orang lain.

"Bunga istirahatlah di dalam kamar," sahut Mauren kembali. Terpaksa gadis itu melangkah ke dalam kamarnya, sesampainya di kamar, Bunga tampak mondar-mandir di samping ranjang.

"Aku nggak mau hidup poligami, aku nggak mau jadi istri kedua. Lagi pula, laki-laki itu juga sangat menyebalkan. Aku pasti tidak tahan menjadi istrinya," gumam Bunga, seraya mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya, aku nggak boleh berada di rumah ini lagi. Sebelum terlambat, aku harus bisa membuat Nyonya Mauren berubah pikiran, tapi apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau jadi gila seperti ini."

Tiba-tiba sebuah ide pun terlintas di benak Bunga setelah mengucapkan kata gila. "Ah gila, ya bagaimana kalau sebaiknya aku berpura-pura jadi gila saja. Ya, ini bagus. Aku harus berpura-pura menjadi orang gila."

***

Sementara itu, Mauren yang masih duduk di sofa saat masih mencoba berusaha menata hatinya, tiba-tiba dikejutkan oleh suara dari dalam kamar Bunga.

"AAAAA AKU GILAAAAAA!!!!"

"Apa itu? Apa Bunga berteriak? Astaga, mentalnya pasti terganggu karena perbuatan Mas Sean," gumam Mauren sambil beranjak dari atas sofa. Bersamaan dengan itu, tanpa dia sadari, tampak seseorang mendekat padanya. "Kak, suara siapa itu?" Mauren pun menoleh, seorang laki-laki muda berusia 24 tahun sudah berdiri di belakangnya. "Nanti kakak ceritakan, ayo ikut kakak!" Laki-laki itu pun mengangguk, lalu mengikuti langkah Mauren menuju kamar Bunga.

CEKLEK

Pintu kamar terbuka, Bunga pun semakin mengeraskan suaranya. "AAAA AKU GILAAAAA!" teriaknya, untuk menarik atensi Mauren, namun betapa terkejutnya Bunga saat Mauren ternyata masuk ke dalam kamar itu bersama seorang laki-laki muda dan tampan.

GLEK

"Ahhhh... Kenapa ada Jung Hae In di sini? Sepertinya aku salah skenario lagi dengan berpura-pura menjadi orang gila. Tuhan, tolong ijinkan Doraemon menemaniku sekali ini saja."

Terpopuler

Comments

Ria Onits

Ria Onits

🤣🤣🤣🤣, sepertinya Mauren ada udang di balik b

2023-12-08

1

Heniheniawati Nazmudin

Heniheniawati Nazmudin

bikin ngakak

2023-10-29

0

Yusi Lestari

Yusi Lestari

ya ampyun aku bingung dech dg cara berpikir Bunga please donk Bunga jangan berbuat yg aneh2 yg dapat merugikan orang lain kasian yg kena imbasnya

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!