Pria Beristri

Bersamaan dengan itu pula, kursi roda Sukma tampak berhenti di ambang pintu balai desa. Wajah keriput wanita itu telihat bingung dengan apa yang telah menimpa Bunga, perlahan kursi roda itu pun sampai tepat di hadapan Bunga. Detik itu juga, keduanya saling berpelukan dalam isak tangis.

"Bunga, kenapa bisa seperti ini, Nak?"

"Entahlah Bu, kejadiannya terasa begitu cepat. Saat aku sedang mendekat ke arah saung karena melihat lampu yang menyala, tiba-tiba tuan itu menarikku, dan..." Bunga tak melanjutkan kata-katanya, hanya isak tangis yang terdengar kian sendu darinya. Tentu saja, hal itu membuat Sukma semakin merasa sedih, dalam benaknya dia tak menyangka jika anak asuhnya akan mengalami kisah yang tragis seperti ini. Sedangkan Bunga, dalam hati dia meminta maaf berkali-kali pada Sukma karena telah membohongi wanita paruh baya itu.

"Maafkan aku, Bu. Aku melakukan ini biar bisa mengubah kehidupan kalian agar bisa menjadi lebih baik," batin Bunga. Sementara itu, Sean yang melihat tingkah Bunga tampak begitu kesal, rasa benci pada gadis itu, begitu menyelimuti hatinya.

"Dasar gadis licik, kau begitu manipulatif dan pintar bermain drama, aku yakin kau melakukan semua ini untuk mempermainkanku saja kan? Kau pikir aku bodoh, hah? Aku yakin, pasti kau hanya ingin mengambil keuntungan saja dariku. Lalu, kau pikir aku percaya pada sandiwara bodohmu itu? Lihat saja nanti pembalasanku kalau kau sudah jadi istriku!" gumam Sean.

Lamunan laki-laki itu tersentak, manakala mendengar seseorang yang memanggilnya. "Bos, semua sudah siap," ujar salah seorang anak buahnya, yang baru saja membeli cincin dan seperangkat alat sholat untuk pernikahannya. Selain itu, seorang pemuka agama juga sudah ada di balai desa tersebut untuk menikahkannya dengan Bunga, lebih tepatnya pernikahan siri.

Sean mengambil nafas, lalu menghembuskan dengan kasar, seolah ingin melepaskan penat di dada. Perlahan, dia melangkahkan kakinya, mendekat pada meja yang telah dipersiapkan untuk akad nikahnya. Setelah duduk, Sean melirik sinis pada gadis yang sebentar lagi akan jadi istrinya itu, gadis itu tampak sudah berganti pakaian, serta mengenakan pashmina untuk menutupi kepalanya.

"Anda sudah siap, Tuan?" Sean mengangguk pelan, terlihat jelas laki-laki itu masih tak ikhlas menikahi Bunga, tak ada rasa iba, ataupun empati sedikitpun padanya, karena baginya, hanya ada kebencian yang bergemuruh di dada. Bahkan, Sean mengucapkan ijab qabul dengan begitu lirih, seperti tak bertenaga. Namun, Bunga tak peduli itu, karena yang ada di benaknya, dia hanya ingin membantu kehidupan panti dengan menikah dengan pria kaya.

"Bagaiman para saksi? Sah?"

"SAH" teriakan warga pun menggema, sebuah senyum manis terukir di bibir Bunga. Tetapi tidak dengan Sean, laki-laki itu bahkan langsung meninggalkan meja akad tersebut, bahkann menampik tangan Bunga yang akan mencium tangannya.

"Tidak perlu, aku tidak mengijinkanmu menyentuhku. Sekarang, kutunggu kau di mobil, dan berikan ini pada ibu pantimu itu. Anggap ini sebuah harga yang harus kubayar karena membuat panti asuhanmu itu kehilangan tulang punggungnya, di dalamnya ada uang sebanyak 100 juta! Pergunakanlah sebaik mungkin!" tandas Sean, lalu beranjak dari tempat duduk, meninggalkan Bunga setelah memberikan sebuah debit card padanya.

Bunga yang melihat sikap Sean, hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan datar, seolah tampak sedih untuk memuluskan sandiwaranya, agar tidak ada yang curiga. Sedangkan di dalam hatinya, dia berteriak girang. "Ini yang aku inginkan... Hahahah..," batin Bunga.

"Bunga, suamimu sudah menunggu Nak, lebih baik kau pergi sekarang." Bunga kembali terisak setelah mendengar penuturan ibu panti, meskipun bahagia mendapat suami kaya, tetapi dia tak menampik rasa sedih yang bergumul di dada saat harus berpisah dengan Sukma, dan juga adik-adik panti. "Bunga, jangan sedih. Lebih baik kau pergi sekarang, kalau kau rindu kami, kau bisa datang ke panti, Sayang. Pergilah, suamimu sudah menunggu." Gadis itu pun memeluk Sukma, lalu kembali terisak, dan baru mengurai pelukan itu manakala mendengar klakson mobil dari arah depan.

"Bunga pergi dulu, Bu," pamit Bunga, lalu mengangguk meminta ijin untuk meninggalkan balai desa itu pada warga yang telah membantunya. Bunga berjalan pelan, diiringi Sukma yang didorong Sasa di sampingnya, lalu masuk ke dalam mobil Sean.

"Jalan sekarang!" perintah Sean pada sopir pribadinya, tanpa peduli pada Bunga yang sudah duduk di sampingnya. Saat ini pikiran Sean begitu kacau, setelah musibah yang dia alami hingga membuatnya melakukan pernikahan mendadak dan menghebohkan itu, semua rencananya kacau balau, dan membuatnya enggan berada di desa itu. Setelah akad nikah, dia memilih kembali ke Jakarta, jangankan menyelesaikan pekerjaan, yang ada dia malah bertambah penat. Dan juga, tentunya malu pada warga di desa tersebut atas skandal yang dilakukan olehnya sendiri.

Pria tampan itu memijit pelipisnya, otot-otot halus tampak menonjol di pelipis itu, menandakan jika saat ini dia sedang berpikir keras. Sean memejamkan mata, sesekali memukul kepalanya sendiri, pikirannya begitu kacau. Suasana dan atmosfer di dalam mobil ber-AC itu, bahkan terasa begitu panas, seperti hatinya yang membara.

Namun, kepenatan itu tak dirasakan oleh Bunga yang saat ini duduk di sampingnya. Gadis itu menyunggingkan senyum manisnya, meskipun senyuman di bibir itu dia tutupi dengan menggunakan tangan, agat tidak telihat oleh Sean.

Bunga merasa begitu bahagia, dia benar-benar tak menyangka jika ide gilanya saat ini telah terwujud. Selain itu, dia juga merasa lega karena mulai hari ini, Bu Sukma dan adik-adik pantinya, tidak akan merasa kekurangan lagi. Dia juga berpesan pada Sukma, untuk menggunakan uang yang diberikan Sean sebagai modal usaha.

Dengan wajah polos dan tanpa rasa bersalah Bunga menoleh pada Sean, lalu memanggil laki-laki tampan itu. "Tuan!" panggil Bunga. Tetapi, Sean tidak bereaksi sama sekali, dia tetap diam sedangkan matanya menatap ke arah depan dengan tatapan datar. Bunga menyadari, jika laki-laki itu pasti saat ini sedang marah padanya. Tak mau semakin menambah masalah, akhirnya Bunga memilih diam. Selama perjalanan, keheningan pun tercipta diantara mereka.

Setelah dua jam perjalanan mereka lalui, akhirnya mobil itu sampai di sebuah mansion. Saat mobil itu memasuki mansion, atensi Bunga tertuju pada seorang wanita cantik, berwajah layaknya barbie sedang berjalan mondar-mandir di depan mansion tersebut sambil menggigit ujung jarinya.

Bibir wanita cantik itu pun melengkung, tatkala Sean turun dari mobil. Gegas, dia berlari kecil lalu menghambur pria tersebut. "Mas kok pulangnya cepet sih? Katanya kamu mau seminggu ada di desa."

Sean terdiam, bingung harus menjawab apa, dia hanya menatap wanita yang sedang memeluknya itu dengan tatapan datar. Sedangkan di dalam mobil, Bunga begitu terkejut ketika baru menyadari, siapa wanita yang sedang memeluk Sean. "Astaga, aku sudah melakukan kesalahan besar, yang kujebak ternyata seorang pria beristri."

Terpopuler

Comments

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

bertabah lah mengharungi biduk rumahtangga poligami. terlebih lagi menjadi isteri gelap dan tak d anggap.

2023-06-09

2

septi 💎

septi 💎

kenapa nggak lihat dulu statusnya di KTP dulu sebelum menjebaknya.. Sekarang dah terlanjur bunga 🤣🤣

2023-06-08

0

whywhite asieh

whywhite asieh

gpp bunga udah terlanjur..suami orang sikat aja bisa memacu adrenalin 🤣🤣

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!