Sean mengusap wajahnya dengan kasar, pikirannya begitu kacau saat kembali melihat sosok Bunga, wanita yang sudah merusak kepercayaan sekaligus rumah tangganya dengan Mauren. Sejak kehadiran Bunga, kehangatan dalam rumah tangganya tak bisa utuh, seperti dulu lagi, tak ada kata cinta, ungkapan sayang dan kerinduan yang terlontar oleh Mauren, sekeras apapun Sean memperbaikinya. Karena bagi wanita itu, gelas yang sudah retak tidak akan bisa diperbaiki seperti semula.
"Aku pernah mencoba memperbaiki gelas yang retak, tapi yang kudapat hanyalah sebuah luka. Itulah rumah tangga kita, Mas." Perkataan Mauren bahkan selalu terngiang di benak Sean, dan dia tak mau kembali menghadirkan luka untuk Mauren, dengan kedatangan Bunga dalam hidup mereka. Ingatan dua tahu lalu, kembali terlintas dalam ingatannya manakala dia tidak menemukan keberadaan Bunga di kamarnya.
.
.
Dua Tahun Lalu...
Sean perlahan membuka matanya, entah berapa lama dia tertidur setelah menyettubuhi Bunga. Laki-laki itu melirik jam dinding di kamar tersebut yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Sean kemudian duduk di atas ranjang kamar Bunga, lalu menyenderkan tubuhnya di sandaran ranjang sambil memijit kepalanya yang masih terasa begitu berat.
"Sial! Tadi malam aku minum begitu banyak, aku jadi seperti ini! Tapi, kenapa aku ada di kamar ini? Apa saat mabuk berat aku salah masuk kamar? Bukankah ini kamar gadis tengil itu? Lalu, dimana dia sekarang?" Sean mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar itu, tetapi tidak ada tanda-tanda ada orang lain yang ada di dalam kamar tersebut.
Sean pun memejamkan mata sejenak, seraya memijit pelipisnya. Lalu, menghembuskan nafas dengan kasar. Saat sedang mengingat gadis itu, sekelebat bayangan pun hadir dalam benaknya, seperti sebuah mimpi yang rasanya seperti nyata. Tetapi, Sean tak yakin. Hingga tiba-tiba terngiang sebuah teriakan tak berdaya dari sebuah suara yang dia kenal. Suara itu, meminta dirinya untuk tidak menyentuhnya.
"Jangan Tuan, tolong. Jangan!"
"Argh... Sebenarnya, apa yang telah kuperbuat? Apa benar aku telah memperkosa gadis itu?"
Sean mengusap wajahnya dengan kasar, lalu memperhatikan ranjang yang dia tiduri. Sprei itu, terlihat begitu berantakan, hingga atensinya tertuju pada sebuah noda darah. "Apa ini?" pekik Sean yang begitu panik saat melihat bercak darah di atas sprei tersebut. Apalagi saat menyadari tubuhnya ternyata masih telanjang.
"Oh Shitttt! Brengsekkk! Jadi benar aku sudah memperkosa gadis tengil sialan itu?" teriak Sean. Dia kemudian menjatuhkan barang-barang yang ada di nakas samping tempat tidur.
BRAK
"Brengsekkk! Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa akal sehatku tidak berjalan? Kalau seperti ini apa yang harus kulakukan? Ah! Brengsekkk! Astaga! Aku memang benar-benar bodoh! Dimana akal sehatku! Aku bahkan tidak menggunakan pengaman. Bagaimana kalau gadis itu hamil?" teriak Sean kembali.
Sean terlihat begitu frustasi, dia tampak mengusap wajahnya berulang kali sambil terus mengumpat. Dia kemudian bangkit dari atas ranjang, mengenakan pakaian miliknya, lalu membereskan sprei bernoda itu, dan memasukkan ke dalam mesin cuci. Sebelum Sean kembali ke kamar miliknya, dia memastikan terlebih dulu jika Bunga telah pergi dari rumah itu. "Bagus, gadis itu rupanya sudah pergi dari rumah ini," gumamnya. Saat memasuki kamar miliknya tampak Mauren sudah terlelap. Sean pun mendekat ke arah Mauren lalu mengecup kening wanita itu.
"I love you, Honey."
Setelah itu, Sean merebahkan tubuhnya di samping Mauren, mencoba memejamkan mata. Namun, rasanya sangat sulit memejamkan mata manakala hati dan otak sedang berperang dengan emosi di dada. Semuanya terasa tak terkontrol. Sean pun bangkit dari atas ranjang, lalu berjalan mondar-mandir di dalam kamar itu. Tetapi, tanpa Sean sadari, saat ini Mauren tengah mengamati gerak-geriknya lewat celah matanya yang sedikit terbuka. Suara barang-barang yang dijatuhkan oleh Sean di kamar Bunga, tentunya terdengar oleh Mauren. Hal tersebut, sontak membuatnya terbangun dan merasa penasaran hingga dia berpura-pura tidur.
"Kenapa kau terlihat bimbang seperti ini, Mas? Padahal ini konsekuensi yang harus kau tanggung atas perbuatanmu sendiri," batin Mauren. Mata wanita itu, terus mengekor gerak-gerik Sean.
Sementar itu, Sean yang saat ini terlihat begitu gusar mulai menyunggingkan senyum smirk di bibirnya. "Ini tidak boleh dibiarkan, gadis itu tidak boleh hamil. Aku harus berbuat sesuatu. Ya, sebaiknya kusuruh Dewa mencari gadis itu dan memberikan pil kontrasepsi agar dia tidak hamil," lirih Sean yang secara tidak sengaja didengar oleh Mauren. Dia kemudian mengutak-atik ponselnya memerintahkan anak buahnya untuk membeli pil kontrasepsi. Namun, saat sedang menelepon Dewa, tiba-tiba sebuah teriakkan mengagetkannya.
"Tidak!" teriak Mauren yang bangkit dari atas ranjang seraya menatap lekat pada Sean. "Sayang." Sean mengerutkan keningnya, dia tidak menyangka kalau Mauren mendengar perkataannya. "Kau bangun, Sayang?"
"Tidak usah berpura-pura bodoh Mas, aku tahu apa yang telah terjadi. Dan kau, tolong jangan pernah sekali-kali memerintahkan anak buahmu untuk membelikan pil kontrasepsi pada Bunga, atau aku akan meninggalkanmu selamanya!"
"Asal kau tahu Mauren, gadis bodoh itu sudah pergi dari rumah ini." Mendengar perkataan Sean, Mauren pun membelalakan matanya. "A-apa? Bunga sudah pergi?"
"Ya, jadi tolong tidak usah kau ungkit lagi wanita itu. Dia pembohong Mauren, dia pembohong yang ingin memperalatku saja! Tolong percaya padaku, Sayang."
"Kalau dia berbohong, kenapa kau meminta Dewa mencarinya dan merencanakan memberikan pil kontrasepsi padanya, Mas?" Sean hanya bisa diam mematuny.
.
.
.
"Oh shittt, tidak! Ini tidak boleh terjadi! Setelah dua tahun menghilang, kenapa wanita sialan itu muncul lagi! Sepertinya aku harus membuat perhitungan, atau lebih baik kuhabisi saja! Apapun akan kulakukan agar aku tidak kehilangan cinta dari istriku lagi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Deviastryveads_
jahatnyaaa. jangan lah se, awas nyesel loh, karena ada darah daging mu yg tk kau ketahui yg masih membutuhkan kasih sayang ibunya
2023-06-15
2
Yusi Lestari
kamu benar2 egois Sean setelah mengambil mahkota Bunga kamu malah tidak perduli pada Bunga kini setelah bertemu dg Bunga bukannya sadar dan minta maaf malah ingin melenyapkannya.dasar laki2 brengsek😡
2023-06-14
0