Meminta Restu : Gandi

Pov : Tompi

Aku pulang dengan hati bahagia. Perasaanku tersampaikan dan terbalas meski awalnya ada penolakan. Kini aku ingin mulai berusaha. Meluluhkan hati satu persatu orang yang menentang hubungan kami.

Aku dan Widya sepakat untuk merahasiakan terlebih dahulu hubungan ini. Seperti remaja yang tidak boleh pacaran saja, padahal usia kami sudah masuk kepala empat. Aku setuju dengan tujuannya membangun pernikahan. InsyaAllah aku akan menjadi imam untuknya dan juga Gandi.

Gandi, anak semata wayang Widya ini keras kepala seperti ibunya. Apalagi usianya yang masih remaja, cara penolakannya terkadang kasar. Tidak apa-apa, aku sudah kuat hati menghadapi sikapnya.

Kuminta bantuan Rania. Memohon pada ponakanku yang cerewet itu agar mau melibatkanku, jika dia sedang bersama Gandi. Seperti hari ini, mereka berdua sedang belajar bersama di rumah. Jam kerjaku yang telah usai membuatku memiliki kesempatan untuk dekat dengan Gandi.

Mereka sedang belajar matematika. Rania berpura-pura tidak paham untuk materi yang sedang mereka bahas. Aku mencoba membantu mereka. Ternyata tentang logika matematika yang dimodifikasi dengan fungsi (x).

"Pegang dulu rumusnya, jika p maka q ..." Aku masih ingat betul materi itu. Maklumlah, dulu aku diikutkan lomba cerdas cermat.

Kuminta mereka mengerjakan sebuah soal dan menyetorkan jawabannya kepadaku. Aku mengoreksi jawaban Gandi. Benar. Anak Widya cukup pandai. Aku mencoba memberikan lagi soal dengan tingkatan lebih sulit.

Ah, mereka terjebak di soal terakhir. Baik Rania maupun Gandi tidak ada yang menjawab dengan benar. Aku menjelaskan pada mereka layaknya seorang guru. Mas Tugas mulai mengacaukan kedekatan yang baru saja terjalin.

"Wah, hebat kamu, Tom. Jadi begini caramu mengambil hati Gandi? Gandi, kamu tahu tidak kenapa om Tompi repot-repot mengajarkan matematika pada kalian? Karena dia ingin mengambil hati kamu." Mas Tugas tanpa rasa berdosa sama sekali saat mengatakan hal itu.

Sungguh, jika tidak ada anak-anak disini aku akan menarik kerah bajunya. Lalu menghantamkan tanganku yang penuh tenaga ke pipinya yang mulus. Terserah jika nanti aku mendapatkan sanksi karena berani memukul seorang kapolres.

"Maksudnya?" tanya Gandi. Aku hanya mampu diam.

"Ya om Tompi ini ingin sekali menjadi ayah sambungmu. Inilah salah satu usahanya untuk mendekatimu." Mas Tugas masih saja membeberkan usahaku.

"Jadi tadi mengajarkan kami itu tidak tulus? Ada maksud terselubung?" tanya Gandi.

Aku mencoba menjelaskannya dengan perlahan, "Bukan begitu, Gan. Om tulus kok mengajarkan kalian. Om minta jangan salah paham dulu, Nak."

Gandi segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas punggungnya yang berwarna hitam. Kak Tisha datang dari arah dapur, melenggang penuh semangat lalu meminta kami untuk makan malam terlebih dahulu. Sahabat keponakanku memilih untuk pamit. Raut wajahnya benar-benar sudah kehilangan ekspresi. Hanya nampak datar.

Setelah Gandi menghilang aku benar-benar melakukan ancamanku pada mas Tugas. Kutarik kerah bajunya dan hendak kulayangkan tinjuku padanya. "Jangan ikut campur jika kamu tidak berada di pihakku, Mas!"

"Aku hanya membantumu mempermudah tujuanmu. Jangan gunakan trik licik lagi seperti ini. Kalau memang mau berjuang mendapatkan restu Gandi, dekati secara personal. Paham kamu?" Tangan mas Tugas yang kuat menyingkirkan cengkramanku.

"Kamu ini kenapa sih, Pi? Suka sekali mengacaukan rencana adikmu sendiri, biarkan dia bahagia bersama pilihannya. Dan menurutku, caranya mendekati Gandi tidaklah salah. Kecuali kalau Tompi dengan sengaja mencelakai anak Widya! Itu yang salah!" Kak Tisha membelaku.

Aku marah dan tidak memedulikan lagi mereka. Kupilih pulang dan menjernihkan pikiran yang sudah mengepul ini. Mas Tugas memang keterlaluan. Rusak sudah rencana yang kususun.

Lalu, harus bagaimana lagi aku mendekati Gandi? Dia pasti akan selalu menganggapku berbohong. Ya, kuakui ucapan mas Tugas ada benarnya. Tapi, hal ini membuat image-ku di depan Gandi hancur.

Selesai mendinginkan kepalaku dibawah kucuran shower, aku merenung di tepian tempat tidur. Berpikir memperbaiki keadaan yang sudah terjadi. Tetap saja otakku tidak dapat menemukan cara.

Widya (calon istri) : Assalamu'alaikum, lagi apa? Semangat, ya? Gandi tadi sudah cerita kok. InsyaAllah pasti ada caranya, Mas. Ganbatte! Love you, Sayang.

Rasanya sangat ajaib mendapatkan pesan darinya. Segera kubalas pesan darinya, lalu memilih untuk terpejam. Menghilangkan penat sesaat sebelum hari esok mengajakku berkutat.

Beberapa minggu semenjak kejadian di rumah mas Tugas, aku memutuskan untuk sedikit menarik mundur langkahku. Oke, karena kakakku itu menentangku, artinya strategiku berikutnya tidak boleh sampai ketahuan olehnya. Enak saja dia main menghancurkan sesuatu yang telah kususun rapi berdasarkan urutannya.

Kini aku sedang bersepeda, lumayan untuk menggerakkan tubuhku yang akhir-akhir ini penuh penat. Baru saja aku beristirahat di sebuah warung, ada saja kecelakaan yang terjadi. Apa mereka tahu aku seorang polisi, sehingga nantinya bisa langsung menolong korban?

Sebuah truck mengalami pecah ban dan menyenggol seorang pesepeda. Setelahnya, truck itu oleng dan masuk ke sawah. Segera kuhubungi ambulance dan anak buahku. Sang supir mengalami luka ringan, sedangkan kernetnya mengalami luka benturan di kepala karena truck terguling ke sisi kiri terlebih dulu.

Sang pesepeda masih sadar tetapi tidak dapat menggerakkan kakinya. Tunggu, dia masih remaja. Aku kenal perawakan itu. Segera kutemui dia yang masih meringis di tepi jalan.

"Innalillahi, Gandi! Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanyaku panik. Kupastikan tidak ada cedera kepala, lengan, dan dada. Dia mencoba bangkit, sayang sekali kakinya tidak bisa digerakkan.

Aku langsung memapahnya meskipun dia merasa kesal. Gandi duduk di warung tempat diriku membeli minum. Setelah melihat kakinya, sepertinya kaki Gandi kesleo.

Ambulance datang dan membawa dua korban. Sedangkan Gandi aku ikutkan mobil anggotaku. Kami menuju rumah sakit.

"Om kabari mamah, ya?" tanyaku setelah dia selesai mendapat perawatan dari spesialis tulang.

Gandi menggelengkan kepalanya. Dia bilang di rumah sedang ada orang melahirkan. Ia tidak ingin mengacaukan pikiran mamahnya. Lihat calon anak sambungku ini? Beberapa bulan setelah kejadian di hotel waktu itu, Gandi semakin berubah. Lebih memedulikan perasaan mamahnya.

"Oke, Om antarkan pulang." Aku ingin memapahnya, tapi dia berusaha turun sendiri dari bed pasien.

"Nggak usah, Gandi bisa pulang sendiri naik ojek," jawabnya masih saja ketus.

Sabar, Tom. Aku menuruti keinginannya. Saat sudah sampai di pintu keluar IGD, dia mencoba mencari keberadaan sesuatu. Kutebak pasti ponsel. Aku juga tidak tahu dimana. Mungkin terhempas saat kecelakaan tadi.

Aku mencoba menawarkan bantuan lagi, "Mau dianterin nggak, Nak? Jauh lho jalan ke depan nyari becak atau tukang ojek."

"Nggak, Gandi bisa sendiri," selorohnya sambil berjalan pelan meninggalkanku. Ya sudah, aku mengalah. Kubiarkan dia tertatih sampai akhirnya memutuskan naik becak.

Aku mencoba menghubungi Widya, takut jika nanti wanita itu terlalu khawatir.

Me : Lagi apa?

Me : Ada lahiran ya?

Me : Kabari kalau sudah selesai.

Belum ada balasan. Kemungkinan besar dia masih sibuk dengan tugasnya. Saat aku beranjak dari tempatku ada pesan masuk. Segera kusambungkan panggilan ke nomor calon istriku itu.

"Gandi sudah sampai rumah? Oh, belum. Nanti kalau dia sudah sampai kamu jangan kaget. Tadi dia terlibat kecelakaan. Kakinya kesleo. Aku mau antar pulang tapi ia menolak. Naik becak. Hp-nya sepertinya jatuh di jalan. Coba nanti aku cek lagi. Oh, oke. Bye, Sayang."

Aku segera menuju lokasi kecelakaan lagi karena sepedaku maupun milik Gandi masih disana semua.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

kalo dkota sdh hilang tuh sepeda dan motor

2024-11-06

1

martina melati

martina melati

cara gentelment y pria vs remaja lelaki (man vs boy)

2024-11-06

1

martina melati

martina melati

hahaha...

2024-11-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!