Pov : Author
Tugas Haryanto, menjadi Kapolres baru di tempat adiknya bekerja. Tompi Haryanto, anak kedua dari dua bersaudara. Lebih dulu pindah ke kota asal mereka yaitu Demak. Keduanya adalah seorang perwira polisi yang lahir dari rahim Wanda Midah.
Terlahir sebagai keluarga terpandang, tentu membuat mereka tidak boleh sembarangan untuk menentukan pendamping hidup. Ibu mereka sangat selektif memilihkan pasangan bagi keduanya.
Ayah keduanya juga seorang pensiunan polisi. Status keduanya sudah menikah. Tapi, kisah asmara Tompi bisa dibilang tidak seberuntung kakaknya. Lelaki ini sudah lima tahun menjadi duda. Tidak memiliki keturunan dari pernikahannya membuatnya terasa kesepian.
Istrinya yang merupakan dokter umum meninggalkannya seorang diri di dunia ini. Sakit gagal ginjal akibat program hamil yang mereka jalani adalah penyebab utamanya. Wanda sudah sering mengenalkan anak keduanya dengan wanita pilihannya. Sayang sekali, Tompi tidak tertarik pada satupun wanita itu.
Tugas tahu apa yang ada dalam benak adiknya. Dia menunggu orang yang tepat untuk dijadikannya istri kedua. Kemungkinan besar Tompi mencari wanita yang mengenal dirinya dengan tulus. Bukan karena tahta dan juga harta.
Manusia zaman banyak yang tergila-gila dengan dua hal itu. Naudzubillahi mindalik. Semoga kita tidak termasuk golongan ini.
"Nanti tolong jemput Rania di tempat temannya." Tugas memberikan lokasi keberadaan Rania.
Tompi yang sedang memeriksa berkas menatap kesal kakaknya ini. "Nggak lihat aku lagi sibuk sama berkas perkara?"
"Mau membantah atasan?"
Tompi tersenyum sinis, "Oke, daripada dapat sanksi, iyakan?"
"Lagipula, pasti nanti kamu bakalan berterima kasih padaku." Tugas tidak ingin memberikan infonya secara langsung.
"Maksudnya?"
"Nggak ada maksud apapun. WA Rania sendiri minta dijemput jam berapa." Tugas melenggangkan kakinya keluar dari ruangan Tompi.
Lelaki itu hanya bisa menghembuskan napas kesal. Bagaimana tidak? Rania ini sebenarnya anaknya siapa? Kenapa harus dia yang repot menjemput gadis remaja itu?
Me : Mau dijemput jam berapa?
Ponakan ceriwis : Jam 12 ya, Om.
Me : Oke.
Tompi melanjutkan pekerjaannya lagi. Ada panggilan masuk dari sahabatnya, Galang.
"Iya, Lang? Oh iya hampir aja gue lupa. Berapa?" tanya Tompi pada penelepon di ujung.
"Oke, gue transfer sekarang. Makasih udah diingetin. Bye." Tompi meletakkan lagi ponselnya. Lalu mengambil ponsel satunya. Mengirim sejumlah uang untuk acara reuni.
Kembali berkutat dengan kertas yang ada di hadapannya. Ucapan Tugas sarat akan teka-teki. Membuat lelaki itu tidak fokus kembali dengan berkas kasus itu.
"Fokus, Tom. Mas Tugas paling hanya ingin membuat diriku teralih saja perhatiannya."
Tiba saatnya menjemput Rania. Tompi membuka kiriman lokasi dari kakaknya. Tidak curiga apapun dan hanya melajukan mobil ke arah alamat itu. Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di lokasi Rania.
"Halo, Dek. Om sudah di depan rumah bersalin Widya ..., Sari?" Tompi mengernyitkan dahi tidak asing dengan nama itu. Apakah itu sahabatnya yang telah lama menjauhinya?
Apakah ini maksud dari ucapan Mas Tugas? Dia harus turun untuk membuktikan kebenaran yang ada. Baru saja dia hendak membuka pintu mobil, wanita yang telah lama menghilang dari kehidupannya sedang tersenyum bersama keponakannya.
Muncul lelaki dari belakang Widya bersama remaja laki-laki yang mungkin itu adalah teman Rania.
"Kenapa hatiku terasa sakit?" katanya sambil menutup kembali pintu mobil. Dia mengurungkan niatnya untuk menelaah kebenaran. Toh sudah dipaparkan sendiri oleh Widya meskipun dia tidak memintanya.
Widya melihat sebuah mobil yang masih menderu. Rania segera naik ke mobil itu. Saat melintas melewatinya, hatinya berdesir melihat wajah pria itu. Lelaki yang dulu pernah bersarang di hatinya.
Mobil itu mencari tempat untuk berbalik arah. Saat melewati rumah Widya, Rania menurunkan kacanya. Sehingga dengan jelas wanita ini melihat sahabat lamanya. Dia hanya mampu menelan kepahitan akan wajah dingin itu.
Turun untuk menyapa saja tidak dilakukan. Sekarang malah menampakkan wajahnya yang super dingin. Sama seperti kakaknya, sinis.
"Mah, itu tadi omnya Rania?" tanya Gandi.
Widya hanya mengangkat bahunya. "Mbak, aku balik dulu. Itu laptop Om masih bagus untuk dipakai. Pakai itu saja dulu, Gan. Nanti kalau Om ada waktu kita cari sama-sama," kata Gata.
Nagata, merupakan satu-satunya saudara kandung Widya. Dia datang karena dipanggil oleh kakaknya. Setelah Gandi masuk ke dalam rumah, dia mencoba menggoda kakaknya.
"Mas Tompi tadi, Mbak?" tanyanya sambil naik ke atas motor.
"Mana aku tahu," jawab Widya sambil bersemu.
"Kok nggak nyapa kita, sih?"
"Dibilangin nggak tahu ya nggak tahu, Gata! Balik sana. Jangan lupa besok suruh Najwa kesini." Widya tidak mau menjawab karena dia tidak lihat langsung orang itu.
"Mungkin bukan Tompi, mungkin Mas Tugas. Kan wajahnya mirip." Elaknya.
"Aku nggak tanya, lho." Gata tertawa karena berhasil menggoda kakaknya.
Dia mengingatkan agar kakaknya segera menikah lagi. Ia kasihan jika melihat pontang-panting kakaknya. Saudarinya itu butuh sosok sebagai teman berbagi dalam segala hal.
Rania menceritakan kegiatannya selama di rumah Gandi. Menggambarkan kehidupan Widya saat ini. Tompi tidak percaya jika Widya sudah bercerai seperti kata keponakannya. Lalu lelaki tadi? Pacarnya? Kenapa dia merasa kepanasan? AC mobilnya mungkin saja rusak. Tapi dadanya sesak, masa iya dia tiba-tiba mengidap asma?
"Lha tadi siapa? Yang keluar sama Gan ..., Di?" tanya Tompi tidak tahan.
"Omnya Gandi. Om Gata. Adiknya tante Widya. Eh, Om, masakan tante Widya enak banget lho. Mau coba nggak? Rania minta dibawakan bekal nih!" Rania membuka kotak makan itu lalu memaksa Tompi untuk membuka mulutnya.
Terpaksa Tompi harus mengunyah sosis itu. Dia tidak biasa makan makanan olahan seperti itu, malah sebenarnya tidak suka. Tapi kenapa ini enak sekali? Saat ia sibuk mengunyah, Rania melontarkan pertanyaan yang membuatnya terbatuk hingga tersedak sosis itu.
"Om pernah ciuman sama tante Widya?" tanya Rania polos.
Tompi langsung terbatuk dan tersedak. Segera dia menepikan mobil karena terkejut dengan pertanyaan remaja itu. Segera mencari air untuk mendorong makanan masuk ke mulutnya. Sayangnya ada yang masuk ke hidung hingga membuatnya pengar.
"Siapa yang bilang? Tantemu? Maksud Om, tante Widya?" tanya Tompi penasaran.
"Nggak bilang secara langsung sih, cuma tadi pas Gandi mau ngasih minum dari gelasnya, tante Widya langsung bilang tidak boleh. Karena secara tidak langsung, bibir kami nanti bisa bersentuhan dan itu dosa. Lalu tante cerita pengalamannya waktu dulu sama seseorang. Aku sih nggak tanya siapa orang itu. Tapi, kalau dari reaksi Om begini, kayaknya orangnya Om, kan? Emang Om sama tante Widya pernah pacaran?" Banyak sekali pertanyaan Rania. Pantaslah dia dibilang ceriwis, cerewet, dan bawel.
Salah Tompi juga kenapa harus kaget dan tersedak. Coba saja dia lebih bisa mengontrol emosinya tadi. Sekarang mau tidak mau ia harus jujur pada Rania, kalau tidak? Siap-siap Rania akan terus menanyakan hal itu di depan keluarganya.
"Pacaran sih belum. Hanya sampai tahap pendekatan, setelah itu dia menjauhi Om. Dulu pernah Om nganter tante Widya ke rumahnya. Om kehausan, minta minum dong. Tante Widya memberikan minum pada Om. Airnya masih, nggak Om habiskan, Om suruh tante untuk menghabiskannya. Waktu dulu kami nggak tahu ya santai saja. Orang tua tante Widya datang dan menegur kami. Nah, sejak saat itulah kami tidak pernah minum dari bekas orang lain."
Rania manggut-manggut mendengar penjelasan omnya. Sedangkan Tompi? Lelaki itu sedikit menyunggingkan senyumnya. Ternyata wanita itu masih ingat kenangan yang dulu ada. Setidaknya dia merasa bahwa Widya tidak membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
knp kabur, thor??
Hiatus aja laaaah...
eh sama ato beda yak????
wkwkwk
2024-11-06
1
Janah Janah
drQ selalu menantikan cerita halu dari mak nyak,sampai² klo kangen baca ² lagi erita yg sebelumnya...semangat dan sehat terus ya mak nyak,biar tambah banyak karya² nya.../Kiss//Kiss//Kiss/
2024-10-21
2
Ahnaf Fajry
lama ga buka karya Mak nyak,tau² ada judul baru
2023-11-13
2