Perkara Beli Laptop

Pov : Gandi

Aku mendengar dengan jelas bahwa mamah mengatakan dirinya tidak dapat memberitahuku. Menjelaskan secara jujur padaku alasan mamah dan bapak berpisah. Apakah aku salah menyalahkan mamah atas peristiwa itu?

Jujur, hatiku terkoyak ketika mendengar dari mbah uti bahwa bapakku tidak akan tinggal serumah lagi dengan kami. Aku yang saat itu masih SMP berpikir, oh mungkin karena bapak kerjanya jauh. Tapi, ada seorang saudara mengatakan dengan gamblang padaku bahwa mereka telah melakukan akad perceraian.

Bayangkan saja anak SMP ini saat itu berperan seolah tidak tahu apapun. Sejak saat itulah, aku selalu menyalahkan mamah karena berpisah dari bapak. Mengapa demikian? Karena mamah tidak pernah mengatakan kepadaku alasannya pisah.

Banyak yang bilang padaku bahwa itu karena bapak seorang pengangguran. Sudah lama tidak memberikan nafkah pada mamah dan juga aku. Tapi, bagiku uang itu bisa dicari. Dan, uang tidak dapat menggantikan keutuhan keluarga. Bukankah begitu?

Mengapa mamah tidak bertahan? Malah memilih melepaskan bapak. Aku hanya ingin punya keluarga utuh yang harmonis. Tapi mamah menghancurkan harapan itu.

"Mamah egois! Kenapa sih harus pisah sama bapak? Aku tidak dibelikan barang mahal juga tidak masalah. Kenapa Mamah selalu meributkan uang dengan bapak?" Uratku sampai keluar karena menahan amarah.

"Apa sih, Gan? Mamah banting tulang sendirian, apa kamu tidak kasihan? Kenapa selalu membela bapakmu? Apa dia pernah memberikan apa yang kamu minta?" bantah Mamah.

"Dia memberikan sayangnya tulus pada Gandi."

Mamah menghadap ke arahku, "Apa itu tidak Mamah lakukan? Maaf jika tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk kamu. Tapi tolong, jaga perasaan Mamah. Setidaknya jangan bertanya apapun tentang perpisahan kami. Nanti, ada saatnya kamu akan tahu. Bukan sekaranh, Nang. Mamah hanya ingin menjaga kewarasan mental kita."

Semenjak saat itu aku tidak mau bertanya lagi pada mamah tentang alasannya bercerai. Aku menganggap bahwa mamah meminta berpisah karena perkara uang.

Namun, petang ini membuatku bertanya-tanya. Apa yang disembunyikan mamah dariku? Bukankah aku sudah cukup umur untuk mengetahui alasan perpisahan orang tuaku sendiri.

Ini lagi tante Shofi. Pakai acara mengajak mamah untuk ke acara reuni. Bisa gagal nanti rencanaku. Aku harus meminta mamah tidak datang pada acara itu.

Setelah tante Shofi pulang, aku mengambil undangan reuni yang ditinggalkan mamah begitu saja. Oke, aku akan meminta mamah pergi denganku.

"Mbak, mamah masih ada pasien?" tanyaku pada Mbak Banun.

"Masih, Gan. Kenapa?" Asisten mamah yang satu ini selalu saja sibuk merias wajahnya.

"Nggak, cuma tanya doang. Menor banget mau kemana, sih?"

Mbak Banun langsung berlari menuju cermin besar. Aku mengatakan sejujurnya, memang menor sekali dandanannya. Membuatku tidak tahan untuk tidak berkomentar.

Aku melihat mamah keluar dari ruang periksa bersama pasiennya. "Tumben anak Mamah disini. Ada apa?" tanya Mamah.

"Temankan Gandi mencari laptop yang baru." Tanpa ekspresi aku mengatakannya pada Mamah.

"Kapan?"

"Tanggal 18 besok pas tanggal merah," jawabku.

"Uangnya belum cukup untuk beli laptop seperti keinginanmu, Gandi. Mamah masih berusaha mengumpulkannya. Kan kamu sendiri yang bilang ke Mamah kalau laptop itu tidak mendesak."

Aku memutar otak agar mamah mau pergi denganku. "Aku minta ke bapak."

Mamah menghela napas pasrah. "Terserah kamu."

Aku segera bergegas mencari ponselku. Menghubungi nomor bapak. Setelah tersambung, aku segera mengatakan keinginanku.

"Bapak belum punya uang, Nak. Nanti ya?" kata Bapak dari seberang. Aku menelan kekecewaan. Memang betul kata mamah, bapak tidak pernah memberikan yang aku minta.

Aku segera memutus sambungan telepon itu. Kesal melanda diriku. Bergegas menuju kamar mamah. Saat itu pintu sedikit terbuka. Mamah sedang bicara dengan seseorang di telepon.

"Tolong jualkan, iya, untuk beli laptop Gandi. Segera ya?"

Aku mengurungkan niatku untuk merengek. Tanpa aku memaksa, wanita yang selalu aku salahkan malah terus menerus berkorban untukku. Membuatku semakin merasa bersalah.

Aku kembali ke kamar. Mamah ternyata tahu bahwa aku baru saja mendengarnya.

"Kenapa sedih?" tanyanya.

"Mamah jual apa lagi?"

"Jual emas. Kalau untuk keperluan sekolah ya harus dibeli, kalau uangnya belum cukup ya artinya harus ada yang dikorbankan."

Aku terpekur dalam pikiranku. "Mah, beli laptopnya besok lagi aja. Gandi masih bisa pakai laptop om, kok."

"Laptop om katanya lemot, kalau memang butuh untuk penunjang sekolah ya harus beli." Mamah masih saja ingin membelikanku laptop baru.

"Bapak kamu belum ada uang, kan?" tanyanya. Aku hanya mampu mengangguk pelan. Malu mengungkapkan kebenaran.

Aku menatap mata mamah, "Gandi belum butuh laptop itu. Tadi, Gandi hanya tidak ingin Mamah pergi ke acara reuni itu."

Terlihat sangat jelas raut muka mamah yang bingung akan ucapanku. "Kenapa?"

"Ya pokoknya nggak boleh," jawabku. "Kalau Mamah maksa tetap pergi, berarti Gandi harus ikut."

Mamah malah menertawakanku. Memangnya, apa yang lucu?

"Bagus kalau kamu mau ikut. Mumpung masih libur sekolah. Jadi ajudan Mamah selama seminggu kayaknya asyik, Gan."

Aku menatap tajam mamah yang sedang tertawa. "Gandi mau tidur, Mah."

"Oke, selamat malam, Nang." Mamah beranjak dari kamarku.

Aku memeriksa ponselku. Ada pesan masuk dari Rania. Dia teman sekelasku, lebih tepatnya anak baru. Pindahan dari Sulawesi. Entah kenapa dia sering mengajakku mengobrol.

Rania : "Gan, liburan hanya di rumah tak seru."

Aku : "Coba keluar rumah, main sama bocil. Pasti seru."

Rania : "Rumah kawasan pejabat polisi nih, mana ada bocil jam segini di luar?"

Rania : "Ajaklah aku ini ke rumahmu. Biar aku tak jenuh."

Ini anak kenapa tiba-tiba minta main ke rumah? Dasar Rania aneh. Tapi, asyik juga kalau bersepeda mengelilingi beberapa desa bersama.

Aku : "Keliling desa naik sepeda, berani?"

Rania : "Jangan salah, Bos! Besok aku minta antar sama om aku. Sharelock sekarang! Cepat!"

Aku tertawa membacanya. Tidak sabaran sekali gadis ini. Segera kukirim lokasi rumah, kalau tidak pasti nanti malam aku diterornya.

Aku mengirim pesan suara, "Aku ngantuk. Bye."

Rania : "Tidur, persiapkan fisikmu untuk melawanku besok!"

Aku tidak membalasnya lagi. Memejamkan mata lebih enak daripada membalas pesan Rania. Keesokan harinya, aku mencari keberadaan mamah sudah tidak ada.

Aku membaca pesan yang ditinggalkannya di depan pintu kamar. Ternyata semalam ada yang lahiran, tapi tidak bisa ditangani. Oleh sebab itu mamah sudah menghilang sejak pagi, ternyata pergi ke rumah sakit untuk merujuk.

Rania : "Aku sudah di depan rumahmu."

Aku segera membukakan pintu. Ada seorang pria yang aku perkirakan usianya sama seperti mamah, dan gadis cerewet yang selalu menerorku.

Aku menyalami pria itu. Dia tampak ingin tahu tentang plang bidan mamah.

"Mari silahkan masuk, Om."

"Om doang? Aku?" protes gadis itu.

"Ya masuklah!" jawabku sedikit sebal. Pria itu hanya tertawa melihat cara komunikasi kami.

"Aku siap-siap dulu. Om, adanya air putih dan sedikit cemilan. Silahkan dinikmati. Mamah sedang merujuk pasien ke rumah sakit. Maaf belum bisa menyapa."

Pria itu hanya tersenyum dan mengangguk. Aku bergegas bersiap.

"Assalamu'alaikum, Gan, bikinin Mamah teh." terdengar suara Mamah. Pasti sudah pulang.

"Astaghfirullah, maaf tidak tahu kalau ada tam... mu," kata Mamah sedikit terkejut.

Aku melihat mamah dan om Rania sama-sama beradu pandang.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

shrsny terbuka aja, ceritakn ayahmu selingkuh...

2024-11-06

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

wuusshhhhhhhhh
Cinta lama kembali lagi...

wkwkwk

2024-11-06

1

Choco_33

Choco_33

Sengaja baca runut dari awal nggak niat langsung ke episode up terakhir biar dapat feel nya, padahal biasa nya longok part terakhir baru baca awal nya.

2023-07-13

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!