Helen meraung kesakitan di lantai, wanita itu benar-benar tidak menduga jika Seva tidak akan pandang bulu seperti itu.
Argh!
Teriak Helen sambil memegangi tangannya yang patah, wanita itu menatap tidak berdaya Seva yang berdiri di hadapannya tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Brengsek kau, Tomas bunuh dia!" seru Helen dengan marah.
Tomas reflek mengambil pistol dan langsung mengarahkannya ke Seva, akan tetapi Arlot sekarang yang langsung bergerak.
Bang
Duak
Brug
Tomas langsung tidak sadarkan diri ketika Arlot memukul tengkuk Pria itu dengan sangat keras.
Helen tidak pernah menduga kalau hari itu dirinya akan bertemu dengan orang seperti Seva, pria yang tidak memandang wanita ataupun pria.
Wanita itu pura-pura ketakutan saat melihat Seva terus mendekatinya, tapi tiba-tiba ia menyeringai, dengan tangan satunya yang masih berfungsi ia dengan cepat menancapkan sebuah jarum suntik ke Seva.
"Hahaha... kamu kira bisa menang dariku! Jangan mimpi pecundang!" seru Helen sambil melepaskan jarum suntik tersebut.
Arlot yang melihat hal itu khawatir, karena Helen memang Spesialis pengguna racun, wanita itu dapat membunuh lawannya dengan racun miliknya.
Wajah Helen berangsur-angsur menjadi kebingungan yang tadinya sangat percaya diri, karena Seva tidak bereaksi sama sekali dengan racun yang di suntikan kedalam tubuhnya.
Dengan santainya Seva mencabut jarum yang menancap di lehernya. Pria itu melihat jarum tersebut dengan seksama, baru kemudian menoleh ke arah Helen yang sedang tertegun.
Seva mencengkram dagu Helen. "******! Apa kau berniat membunuhku dengan racun?!" hardik Seva.
Helen menelan ludah, sekarang ia benar-benar ketakutan. Karena Seva tidak seperti manusi pada umumnya.
Plak
Plak
Seva menampar bolak-balik Helen, hingga wanita itu menangis terisak, pipinya lebam karena tamparan Seva begitu keras.
Arlot bergegas mendekati Seva, ia kemudian berbisik. "Tuan, sandera saja dia, kita bisa memanfaatkannya untuk menguasai wilayah Hercules."
Seva menghentikan tamparannya, ia menyeringai melihat wanita itu yang terlihat sangat memprihatinkan.
Seva menghempaskan Helen yang sudah tidak berdaya, ia menangis terisak dilantai, sekuat-kuatnya wanita mereka tetaplah akan terlihat sangat lemah jika sudah tidak berdaya.
"Bawa dia pulang Arlot, aku ingin bicara padanya," perintah Seva lirih.
"Baik." Arlot langsung membawa Helen dengan menggendongnya di bahunya.
Luci menarik baju Seva sambil menggembungkan pipinya. "Kenapa kau bawa dia pulang? Apa aku saja tidak cukup?" tanyanya sambil merajuk manja.
Seva tersenyum. "Buat jaga-jaga kalau kamu kewalahan melawanku," godanya kepada Luci.
Luci tidak bisa berkata-kata, wanita itu hanya bisa merajuk manja kepada Seva. Mau melarangnya pun, ia tidak punya hak akan hal tersebut, karena ia sadar hubungannya belum lah Resmi.
Semua orang melihat kejadian tersebut, akan tetapi tidak ada yang berani melerai, pasalnya ada Arlot di sana.
...***...
Mereka sampai di Mansion milik Ven, Seva dan Luci mengenakan topengnya kembali. Baru setelah sampai di kamar mereka melepaskannya.
Arlot membawa Helen ke tempat perawatan yang ada di Mansion, sesuai dengan perintah Seva agar mengobati luka Helen terlebih dahulu sebelum pria itu berbicara dengan wanita tersebut.
Baru saja masuk kamar, Luci langsung menutup kunci dan menguncinya. Wanita itu langsung melepaskan semua pakaiannya dan bertindak sangat agresif dengan Seva. Ia mau menunjukkan ke Seva kalau dirinya saja sudah cukup untuk pria tersebut.
Seva terkejut dengan tindakan Luci, tapi ia tidak bisa menolak sama sekali, hingga akhirnya mereka bergelut mesra didalam kamar.
Satu jam berlalu, Luci masih menikmati permainannya.
Dua jam berlalu....
Tiga jam, empat jam, lima jam, hingga sampai jam satu dini hari, mereka yang sudah bergelut dari siang belum juga selesai.
Terlihat Luci yang sudah menahan sakit, karena mahkotanya sudah tidak mengeluarkan pelumasnya lagi.
Seva masih dengan semangat menggagahinya membuat wanita yang sudah kehabisan tenaga tersebut hanya bisa pasrah tidak berdaya di ranjang.
Linu, nyeri, napasnya pun tersengal-sengal tidak beraturan karena sudah terlalu lelah, mungkin sebentar lagi wanita itu bisa pingsan.
Luci tidak tahu saja semenjak tubuh Seva sudah menyatu dengan Sistem, fisiknya otomatis berevolusi, alasan Seva waktu bermain pertama kali dengannya hanya sebentar, itu semua karena pertama kali untuknya.
"Seva aku sudah lelah," ucap wanita itu tidak berdaya.
"Nanggung, aku masih pengen," jawab Seva masih menggagahi Luci.
Wanita itu menitihkan air mata, ia benar-benar sudah tidak kuat lagi rasanya sangat sakit. Akan tetapi ia tidak bisa menghentikan Seva, mengingat dirinya yang memulai.
Seva kemudian tersadar saat melihat air mata Luci, ia melepaskan Junior nya dan langsung melihat mahkota Luci.
"Luci maaf, aku kelepasan," ucapnya lembut sambil mengecup keningnya.
Sambil menangis Luci memaksakan sebuah senyum, ia menggelengkan kepalanya masih dengan napas tersengal-sengal.
"Kamu tidak salah, aku yang terlalu naif," jawabnya getir.
Seva memeluk Luci dari samping, ia menyelimuti tubuhnya dan wanita yang sudah di sakitinya tersebut.
Seva berulang kali meminta maaf, ia sadar telah melakukan kesalahan yang fatal karena tidak membiarkan wanitanya istirahat terlebih dahulu.
Mereka berdua pun akhirnya terlelap bersama, dengan Seva yang memeluk Luci sepanjang malam.
...***...
Ke esokan harinya Seva menelpon Arlot agar membawakan makanan ke kamar, karena Luci hari itu benar-benar tidak bisa berjalan.
"Seva, aku mau duduk," ucap wanita itu lembut ketika tubuhnya sedang di basuh Seva.
"Kamu yakin?" tanya pria itu khawatir.
Luci menganggukkan kepalanya. Seva dengan perlahan membantu Luci untuk bersandar di ranjang. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit di mahkotanya.
Seva merasa sangat bersalah, karena ia telah bertindak kelewatan hingga membuat Luci seperti itu.
Tok... Tok....
"Tuan, ini makanannya!" seru Arlot dari balik pintu.
"Ya sebentar!" Seva bergegas ke pintu.
Pria itu membuka pintu, terlihat Arlot yang membawakan nampan makan. Seva langsung mengambilnya.
"Tuan, Helen sudah bangun, kapan anda akan menemuinya?" tanya Arlot memastikan.
"Nanti, setelah ini aku akan ke sana," jawab Seva sambil menutup pintu.
Arlot menghela napas, ia kemudian pergi dari depan kamar tuan barunya itu untuk mengawasi Helen.
Sementara itu Seva menaruh makanan di pangkuannya, kemudian menyuapi Luci dengan penuh perhatian.
Wanita itu tersenyum mendapatkan perhatian dari Seva, setidaknya rasa sakitnya sedikit terobati dengan tindakan Seva.
"Sayang, apa kamu menyukai Helen?" tanya Luci lembut dengan panggilan barunya.
"Hais, kamu ini berbicara apa sih? Aku membawa Helen kemari, karena dia pemimpin kelompok Hercules, aku berniat untuk memanfaatkannya," jawab Seva sambil menyuapi Luci.
"Eh... pemimpin Hercules wanita?" tanya Luci terkejut.
"Itulah kenapa aku membawanya kemari, ngomong-ngomong tadi kamu manggil aku apa?" tanya Seva sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri.
"Sayang, memangnya gak boleh?"
"Boleh saja, kamu dari dulu kan memang memanggil aku suka-suka, bahkan binatang pun pernah."
"Ih... itukan dulu, sekarang berbeda."
Seva tersenyum simpul, ia tahu kalau Luci yang dulu dan sekarang memang berbeda, tapi sikapnya masih tetap sama terus perhatian kepada dirinya, karena itulah Seva menyukai wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Dinda Lestari
meluarkan apa😁,ini💦💦💦💦
2023-06-13
2
ᜫ͢ ⁶²ハナフィ⁵⁴
tengkuk siapa yang dipukul, siapa yang pingsan
2023-06-11
3
Red Ant
👍👍👍👍
2023-06-10
1