Seva masih memeluk Luci dengan perasaan bersalah, walaupun wanita itu membohonginya kalau dirinya merupakan bagian dari kelompok Silas, ia tahu perasaan Luci padanya sangatlah tulus.
Seva melepaskan pelukannya, ia menatap wanita yang masih sesenggukan menangis dihadapannya itu, ia menghapus air matanya.
"Apa kamu juga memasang penyadap?" bisik Seva kepada wanita itu.
Luci mengangguk lirih, Seva menghela napas berat. "Kamu matikan penyadap itu, kita berbicara mulai dari awal lagi," ucapnya masih berbisik.
Luci menganggukkan kepalanya lagi, ia menarik Seva untuk kembali ke kamar tempat monitornya berada.
Masih dengan diam wanita itu menggerakkan jarinya di monitor dengan satu tangan, karena tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi Seva agar tidak meninggalkannya.
"Aku tidak akan pergi, lepaskan saja," ucap Seva lembut.
Luci mendongak menatap pria itu. "Apa kamu yakin?" tanyanya serius.
Seva menganggukkan kepalanya, sambil mengusap puncak kepala Luci. "Dimana Kamu menaruh kotak obat?"
Luci melepaskan tangannya dari lengan Seva. "Di bawah kasur kamarku," jawabnya lirih.
"Aku mau mengambilnya dulu, kamu lakukan tugasmu," ucap Seva lembut.
Luci menganggukkan kepalanya, ia fokus mematikan penyadap dan video yang merekam kebersamaan mereka berdua yang berada di kamar monitor tersebut.
Bersamaan dengan itu Silas dan bawahannya yang sedang melihat dan mendengarkan interaksi keduanya di mobil Box yang digunakan untuk memata-matai, terkejut saat layar laptop mereka langsung padam.
"Brengsek! Apa yang terjadi?" tanya Silas kepada bawahannya.
"Entahlah tuan, kami sudah mencoba menghubungkan kembali tapi sinyalnya eror!" jawab bawahan Silas.
"Luci, apa kau sengaja melakukan ini!?" gumam Silas geram.
Silas menebak kalau Luci sengaja mematikan seluruh koneksi dengannya, karena kemampuan Hacker wanita itu di atas bawahannya yang lain.
Di dalam rumah Luci, Seva sedang mengobati luka wanita itu yang terluka oleh cengkeramannya barusan.
Luci hanya duduk diam membiarkan Seva mengobati dirinya, ia menatap pria itu penasaran karena dapat melihat kebohongan dirinya.
Sebenarnya Seva tidak akan tahu sama sekali kalau Luci berbohong, jika saja Sistem tidak memberitahunya mungkin ia tidak akan pernah tahu Luci membohonginya sebagai agen ganda.
"Aku akan pergi dari sini setelah menyelesaikan misi nanti malam, terserah kamu mau ikut denganku atau tidak," ucap Seva tanpa menatap wanita yang sedang di obatinya tersebut.
"Kita akan pergi kemana, Seva?" tanya Luci memastikan.
"Kota Original, aku akan tinggal di sana," jawab Seva yakin.
"Tapi Seva, apa kamu yakin akan tinggal di sana? Kota tersebut terkenal sangat bebas dan para Mafia kelas atas juga tinggal di sana," Luci tampak tidak setuju dengan Seva karena ia merasa kalau tempat tersebut sangat berbahaya.
Seva mendongak menatap wanita itu, tatapan mereka bertemu satu sama lain. "Tujuanku memang akan menguasai kota tersebut!"
Luci membelalakan mata lebar ketika Seva mengatakan niatnya, karena menurutnya itu terlalu berbahaya.
Wanita itu tidak tahu apa yang ada di pikiran Seva, tapi tidak terlihat sedikitpun keraguan di matanya sama sekali.
"Aku sudah mengatakan niatku untuk tinggal di sana, sekarang semua terserah kamu, akan ikut denganku atau tetap tinggal di sini," ucapnya seraya beranjak berdiri setelah selesai mengobati luka Luci.
"Aku ikut kemanapun kamu pergi!" jawabnya yakin.
Seva tersenyum, ia kemudian membeberkan rencananya kepada Luci. Wanita itu tercengang ternyata Seva sudah memiliki rencana untuk pergi dari sana menggunakan identitas dari pemimpin kelompok Mafia Venom yang terkenal selalu menggunakan topengnya.
Seva akan menjadi pemimpin Mafia Venom agar bisa dengan bebas bergerak di kota Original dimana para Mafia kelas atas tinggal di sana.
Setelah menjelaskan semuanya kepada Luci, ia menyuruh wanita itu mengaktifkan kembali semua koneksinya dengan Silas.
Ketika Video sudah di aktifkan kembali, Silas melihat Luci yang sedang bermesraan dengan Seva hanya mengenakan handuk saja.
"Sialan, mau berapa kali dalam satu hari mereka berhubungan!" gerutu Silas kesal.
Bawahan Silas tersenyum tipis. "Pantas saja tadi videonya dimatikan bos."
Silas menghela napas. "Mudah-mudahan saja Luci benar tidak menipu kita."
Seva dan Luci sebenarnya tidak habis berhubungan. Namun, karena Silas dan Luci sudah mencapai kesepakatan jika masalah ranjang ia akan mematikan Videonya, jadi Silas tidak curiga kalau Luci sedang melakukan rencana di luar perintahnya.
Seva dan Luci tampak semakin akrab satu sama lain, mereka berdua sepanjang hari tetap bersama di rumah wanita itu, hingga malam hari ketika rencana akan dilakukan tiba.
Luci bersiap bersama dengan Seva, sementara Silas juga sudah bersiap dengan bawahannya untuk menangkap Velix, bila perlu mereka juga akan menangkap pemimpin kelompok Mafia Venom.
Mobil Seva dan Luci bergerak ke arah pelabuhan kota Vox, tempat dimana Velix mengadakan pertemuan dengan kelompok Mafia Venom.
Mereka sengaja memarkirkan mobilnya sedikit lebih jauh dari tempat pertemuan agar tidak di curigai.
"Apa kamu siap?" tanya Seva lembut.
"Kapanpun aku sudah siap," jawabnya sambil tersenyum.
Seva dan Luci keluar dari mobil, mereka berdua mengenakan pakaian hitam ketat agar mudah untuk berlari.
Keduanya dengan hati-hati mendekat ketempat biasanya kapal bersandar. Karena tujuan mereka bukan hanya sekedar menangkap Velix saja.
"Kamu tunggu di sini, tetap lakukan komunikasi dengan Silas sebelum aku memberikan sinyal!" perintah Seva lirih.
Luci menganggukkan kepalanya mengerti. Seva mengecup bibir Luci kemudian meninggalkannya.
Sesuai dengan perintah Luci tetap berkomunikasi dengan Silas. Tidak berselang lama kapal yang membawa kelompok Mafia Venom bersandar.
Seva dengan cepat bergegas masuk kedalam kapal tersebut, ia juga sudah menyiapkan pistolnya yang sudah dipasang peredam.
Dengan hati-hati pria itu mencari pemimpin kelompok Mafia Venom masuk kedalam kapal.
Tidak ada yang melihatnya, karena kelompok Venom sibuk menurunkan senjata yang akan mereka jual ke Velix.
"Tuan, kita sudah sampai!" tiba-tiba terdengar seseorang yang sedang memanggil tuannya di sebuah kamar.
Seva menyeringai, ternyata data yang diberikan Luci sangat tepat, kalau pemimpin kelompok Venom pasti berada didalam salah satu kamar.
"Kalian semua pergilah dulu, aku akan bersiap!" terdengar suara berat dari dalam kamar.
"Baik tuan!" bawahan Pemimpin Venom meninggalkan tuannya seorang diri.
Setelah bawahan tersebut pergi, Seva dengan cepat masuk kedalam kamar tersebut, tanpa permisi ia langsung menembak kepala pria itu ketika menoleh hingga tewas seketika tanpa bereaksi sama sekali.
Seva menatap mayat pemimpin kelompok Venom, ia tidak menyangka kalau sosok tersebut seorang pria dengan wajah rusak karena luka bakar.
"Pantas saja kau selalu memakai topeng," ucapnya sambil melucuti pakaian orang tersebut dan mengenakannya.
Luci ditempatnya masih bersembunyi dan berkomunikasi dengan Silas, ia juga memberitahu mereka kalau kelompok Venom mulai turun dari kapal membawa senjata yang akan di jual.
Pemimpin kelompok Venom kemudian turun dari kapal, Ia sedikit mengangkat tangannya memberikan Kode kepada Luci.
Luci tersenyum simpul, prianya memang sangat cekatan dalam melakukan aksinya, ia pun langsung memberitahu Silas kalau pemimpin kelompok Venom belum turun dari Kapal.
Wanita itu mengatakan hal tersebut agar penembak jitu yang di siapkan Silas bingung, karena Luci melaporkan sesuatu yang di luar pemahaman mereka, karena ketika nanti pemimpin Venom terlihat, mereka mengira kalau sosok tersebut hanya menyamar saja dan Luci juga akan mengatakan itu.
Semua itu untuk pengalihan agar fokus Seva tinggal menghabisi Velix dan pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Lanjuuutt Thor 😛😀💪👍👍🙏
2023-08-15
0
Hades Riyadi
Seva menyamar menjadi pemimpin Venom, setelah pemimpin aslinya dibunuh mati olehnya dan ia menggantikan perannya...😛😀💪👍👍👍
2023-08-15
0
Jimmy Avolution
Josss...
2023-06-11
3