Seva yang tidak memiliki tempat tinggal selain di kelompok Ghost, ia berjalan tanpa arah sambil sembunyi-sembunyi, padahal jikapun ia berjalan biasa saja tidak akan ada mengenalinya.
Pria itu berhenti disebuah gang dimana ia biasanya beristirahat ketika ada waktu luang.
"Sistem, bagaimana caranya aku mendapatkan hadiah lagi?" tanyanya memastikan.
Layar hologram kemudian muncul di hadapannya.
[ Tuan, setiap hari anda akan mendapatkan satu kali kesempatan mengocok Dadu, untuk hari ini anda sudah mendapatkan hadiah, jadi silahkan tunggu besok.]
"Hah! Jadi aku harus menunggu besok?"
[ Benar Tuan.]
Seva menghela napas tidak berdaya, sekarangpun ia tidak memiliki uang sepeserpun, ditambah dirinya yakin sedang menjadi buronan kelompok Ghost.
Seva hanya bisa pasrah saja dengan kehidupannya, ia harus bersabar menunggu besok untuk mendapatkan hadiah dari Sistem .
Pria itu bersandar Kedinding sambil menatap langit dengan pistol yang ia genggam di kedua tangannya.
"Sekalinya dapat keajaiban, aku harus menunggu sampai besok lagi, tapi tidak apalah, setidaknya sekarang aku sudah tidak lemah lagi! Lebih baik aku mencari makan dulu baru setelah itu mencari tempat berteduh!" gumamnya menyemangati diri sendiri.
Seva beranjak pergi dari sana untuk sekedar mencari makan, sambil menunggu Sistem besok akan memberikannya hadiah kembali.
Pria itu berjalan menyusuri pinggiran Kota Vox, karena hanya tempat tersebut yang jarang di lewati Kelompok Gangster Ghost.
"Cepat berikan uangmu mata empat!"
Tiba-tiba Seva melihat tiga orang yang sedang membentak pria berkacamata, mereka menodongkan senjata ke arah pria tersebut.
Pria berkacamata terlihat sangat ketakutan, ia dengan cepat mengeluarkan dompetnya. Ketiga pria itu langsung merampasnya dengan paksa, tidak sampai di situ saja ponsel pria berkacamata juga di rebut dengan paksa.
Bag
Bug
Brug
Pria berkacamata langsung tersungkur ketika ketiga pria itu menghajarnya, ia tidak bisa melawan sama sekali dan hanya bisa pasrah saja di pukuli mereka.
Seva yang menyaksikan hal tersebut, ia sangat marah, karena dirinya tahu kalau tiga orang itu merupakan Kelompok Ghost.
Dor!
Dor!
Dor!
Argh!
Ketiga orang tersebut merintih kesakitan ketika sebuah tembakan mengenai paha mereka, membuat ketiganya seketika langsung terjatuh ditanah.
"Kalian memang para sampah harus di musnahkan dari kehidupan ini!" terdengar suara dingin Seva.
Ketiga pria tersebut langsung menoleh, terlihat pria kekar sedang menatap mereka dengan sinis sambil menodongkan senjatanya.
"Siapa kau! Berani ikut campur urusan kami!" seru salah satu dari mereka.
"Hahahaha... kalian tidak mengenalku? Jangan bercanda!" teriak Seva geram.
Seva belum menyadari sama sekali kalau perawakannya telah berubah berkat evolusi dari Sistem, karena itulah ia marah saat kelompok Ghost tidak mengenalnya sama sekali.
Salah satu pria mengangkat senjatanya dengan cepat untuk menembak Seva, akan tetapi Seva melihat pergerakannya.
Dor!
Arghh
Pria itu meraung kesakitan ketika pergelangan tangannya di tembak Seva tanpa belas kasihan sama sekali.
Dor!
Dor!
Dor!
Seva langsung menembak kepala mereka bertiga sehingga langsung tewas seketika di sana dengan kepala berlubang.
Pria berkacamata yang melihat hal tersebut jelas saja ketakutan, ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya itu.
Seva menghampiri mayat ketiga pria tersebut, ia tanpa ragu mengambil senjata mereka bertiga dan mengambil semua barang berharga mereka.
"Hei, ini punyamu?" tanya Seva ke pria Berkacamata menunjukkan ponsel dan dompetnya.
Pria itu menganggukkan kepala dengan raut wajah masih ketakutan. Seva memberikan dompet dan ponsel pria tersebut, sementara dirinya mengambil barang berharga ketiga orang tersebut.
"Cepat pergi dari sini sebelum teman-teman mereka datang," ucap Seva sambil bersiap pergi.
"Te-Terima kasih tuan!" ucap Pria itu langsung.
Seva hanya tersenyum, kemudian ia langsung pergi dari sana meninggalkan pria berkacamata itu sendirian.
Pria berkacamata menatap Seva yang mulai menjauh, ia mengingat dengan jelas wajah penolongnya tersebut, kemudian ia pun pergi dari sana.
...***...
Seva keluar dari minimarket setelah membeli beberapa botol minuman, snack dan Roti untuk mengganjal perutnya menggunakan uang hasil jarahannya.
"Ah... akhirnya aku bisa makan dengan bebas," ucapnya dengan mata berkaca-kaca sembari memakan roti dengan rakus didepan minimarket persis seperti gelandangan.
Pria itu tidak perduli sama sekali banyak orang yang keluar masuk melihatnya dengan aneh, baginya sekarang menikmati kebebasannya sangatlah berarti.
Pria itu menghabiskan beberapa bungkus roti sekaligus, mengingat dirinya tidak pernah makan dengan kenyang, sehingga membuatnya begitu lahapnya makan roti-roti yang dibelinya.
"Orggh... akhirnya kenyang juga," ucapnya sambil mengelus-elus perut.
Seva melihat belanjaannya masih banyak, pria itu beranjak dari duduknya setelah istirahat beberapa waktu membawa belanjaannya.
Ia berjalan ke arah tempat kumuh yang ada di kota Vox, karena di sana begitu banyak orang yang kekurangan makanan.
Ketika sampai ditempat kumuh itu, hari sudah menjelang malam, terlihat para gelandangan yang sedang membuat api unggun untuk mengusir dinginnya malam.
Seva menghampiri mereka yang sedang menyalakan api unggun. "Apa kalian mau ini?"
Para gelandangan itu seketika menoleh, mereka melihat Seva yang menawarkan roti di tangannya sambil tersenyum.
"Saya mau tuan! Tolong berikan untuk saya," ucap salah satu gelandangan.
"Saya juga mau tuan!"
"Saya juga!"
Seketika mereka semua berkerumun mengelilingi Seva. Pria itu mengulas sebuah senyum.
"Baiklah, kalian berbaris jangan berebut, nanti akan dapat semuanya!" seru Seva yakin.
Para gelandangan menganggukkan kepala, mereka semua berbaris seperti yang diperintahkan Seva.
Pria itu membagikan masing-masing satu dua bungkus Roti, mengingat Seva tadi belanja roti sangat banyak, jadi semuanya kebagian walau cuma satu bungkus roti saja.
Seva melihat ada satu keluarga yang memiliki dua orang anak yang kurus kering karena kekurangan gizi, jelas saja pria tersebut merasa tersentuh dan menghampirinya.
"Kalian sudah berapa lama tinggal di sini?" tanya Seva ramah.
"Kami sudah tinggal disini sepuluh tahun tuan, karena tidak bisa mencari pekerjaan yang layak, anak dan Istriku terpaksa saya ajak tinggal di sini," ucap si suami tidak berdaya.
Seva melihat Suami istri itu tidak memakan rotinya, mereka tampaknya menyimpan roti tersebut untuk anak-anak mereka.
Seva mengeluarkan uang dari sakunya, walau cuma seratus dolar saja, tapi Seva berharap itu bisa membantu mereka.
"Makanlah rotinya, ini ada uang tidak seberapa, buat beli roti lagi nanti, kalau ada rejeki lebih nanti aku datang kemari lagi, jaga anak kalian baik-baik," ucapnya sambil menepuk bahu si suami.
"Terima kasih banyak tuan!" ucapnya sambil akan bersujud di hadapan Seva. Namun, Seva segera menyuruhnya bangun.
"Jangan terlalu berlebihan, aku pergi dulu nanti aku kembali lagi," ucapnya seraya meninggalkan tempat tersebut.
Semua gelandangan mengucapkan terima kasih terhadap Seva, pria itu menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul.
"Andai saja aku di lahirkan menjadi orang kaya, aku pasti akan menolong mereka!" gumamnya geram sambil mengepalkan tangan.
Seva kini sadar, tujuannya bukan hanya membalaskan dendam dirinya saja, ia juga perlu memberikan bantuan kepada orang-orang yang kekurangan seperti mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
untung Seva ini tidak lupa kalau kacang butuh kulit nya🤣 gaje ya...
2023-11-06
2
Hades Riyadi
Lanjuuutt Thor 😛😀💪👍👍👍
2023-08-14
0
Hades Riyadi
Like and Coment 😛😀💪👍👍🙏
2023-08-14
0