Sekarang Lisa dan Papa mertuanya sedang sarapan, ia sarapan sambil menunduk karena mengingat kejadian tadi saat Papa mertuanya mendekati ia dan bertanya tentang kenapa wajahnya memerah.
Tentu saja membuat Lisa malu karena Papa mertuanya dengan tidak tau malunya menggoda ia dan mengatakan kalau ia tertarik dengan tubuh Papa mertuanya, jelas membuat ia malu, tapi ia tidak munafik, ia ingin sekali meraba-raba perut kotak-kotak Papa mertuanya.
Namun Lisa bersyukur karena tangannya masih bisa di kontrol, jadi ia tidak sampai melakukan hal yang memalukan, ia juga tidak mengerti walau pun hatinya sangat hancur, tapi ia masih sempat-sempatnya berpikir mesum.
"Nak, sarapan jangan sambil menunduk terus, kamu sangat cantik, bahkan lebih cantik dari biasanya."
Bagas memang bukan hanya memuji kecantikan menantunya dari mulut, dan juga bukan memuji karena menantunya adalah wanita yang sangat ia cintai, tapi karena biasanya menantunya tanpa olesan sedikit pun dan selalu memakai daster layaknya ibu rumah tangga, termasuk memakai pakaian biasa saat pergi ke kantor, tapi sekarang menantunya memakai make up, memakai perhiasan juga, dari gelang tangan, cincin, anting dan gelang kaki, sedangkan kalungnya tetap memakai kalung pemberiannya.
"Papa jangan merayu Lisa terus dong, Lisa jadi malu."
Lisa berbicara sambil mengunyah makanan.
"Kalau malu itu artinya kamu suka Papa."
"Suka bibir Papa."
Lisa berbicara sangat pelan namun masih bisa di dengar oleh Bagas yang membuat Bagas tersenyum senang.
"Jadi mau lagi seperti jam 4 pagi atau kamu mau yang lebih nak?"
Lisa yang di tanya oleh Papa mertuanya ia langsung menunduk, ia yakin kalau wajahnya sekarang sudah merah, ia tidak tau kenapa bisa memikirkan hal yang tadi pagi, jelas-jelas Papa mertuanya itu menciumnya karena melihat ia sebagai Kalisa.
"Ingat Kalisa Pa."
Lisa mencoba untuk menghindari pertanyaan prontal dari Papa mertuanya.
"Kalau kamu mau, kamu bisa menggantikan Kalisa di hati Papa."
Lisa langsung menghentikan makannya, rasanya ia ingin segera kabur dari meja makan, entah kenapa semakin kesini ia semakin sedikit baper, ucapan Papa mertuanya selalu membuat ia nyaman, walau pun ia tidak suka jika lelaki lain mengatakan kata-kata frontal, tapi dari Papa mertuanya, ia sama sekali tidak risih.
"Pa, Lisa sudah kenyang."
Lisa baru saja berdiri, tapi Papa mertuanya langsung menyuruh ia duduk lagi dengan menekan pelan ke dua bahunya.
"Duduk, biar Papa yang menyuapi kamu."
Bagas langsung duduk lagi lalu menggeser tempat makan menantunya ke arahnya, setelah itu langsung menyodorkan sendok berisi makanan ke arah mulut menantunya.
Mau tidak mau Lisa menerima suapan dari Papa mertuanya untuk pertama kalinya, ia menghela napas berat, kalau perlakuan baik Papa mertuanya bisa jadi hasutan dari ke tiga sahabatnya bisa ia lakukan karena semakin nyaman dengan perlakuan Papa mertuanya.
"Lisa, kenapa kamu memikirkan ucapan dari sahabat laknat mu, kenapa mereka menyuruhku untuk membuat Papa jatuh cinta padaku, tapi lebih baik sahabat seperti mereka, walau pun mendukungku ke jalan yang salah, dari pada Luna yang menusukku dari belakang, bagai mana kalau hanya aku yang baper pada Papa, sedangkan Papa sendiri tidak akan pernah mencintaiku karena hati Papa hanya ada Kalisa? Oh Lisa, kenapa kamu bisa berpikir masalah lain di saat rumah tanggamu sedang di ujung tanduk?!" batin Lisa
Pikiran sehat Lisa mencoba menepis pikiran buruk yang menurut Lisa tidak masuk akal, ia baru saja patah hati 2 hari yang lalu karena suaminya membawa wanita lain, tapi ia sudah berpikir macam-macam.
Luna yang baru saja di depan pintu meja makan, ia melihat adegan Papa mertuanya yang sedang menyuapi Lisa, ia langsung mengepalkan ke dua tangannya.
"Entah apa yang membuat Lisa lagi-lagi di sayangi dan di istimewakan? Apa cantiknya Lisa hingga Papa seperti mengistimewakan Lisa?" batin Luna
"Kamu memikirkan apa nak?"
Bagas bertanya sambil menyingkirkan rambut menantunya ke belakang telinganya, karena rambut menantunya terurai.
"Lisa cuma berpikir Mama sangat beruntung bisa menikah dengan Papa, yang terlihat cuek, tapi sangat hangat."
Lisa menjawab pertanyaan dari Papa mertuanya dengan berbohong. Bagas langsung tersenyum lebar, ia tidak sehangat seperti sekarang pada istrinya, mau dulu dan sekarang ia tetap bersikap biasa saja pada istrinya, bahkan selama menikah 16 tahun ia belum pernah tidur di ranjang yang sama dengan istrinya.
Namun bukan berarti Bagas tidak memberikan nafkah batin, ia selalu memberikannya jika istrinya meminta dan selalu menggunakan pengaman, bahkan ia tidak pernah berciuman dengan istrinya seperti suami istri pada umumnya, ia akan mencium istrinya sekilas.
Semua Bagas lakukan hanya untuk Lisa, ia tidak ingin memiliki anak dari wanita lain selain Lisa, begitu pun dengan Lisa, ia tidak mau Lisa memiliki anak dari lelaki lain selain ia sendiri.
"Kalau kamu mau Papa bisa menjadikanmu istri Papa juga."
Uhuk...!
Lisa langsung mengambil air minum setelah tersedak, ia tidak habis pikir kalau ucapan Papa mertuanya semakin gila.
"Pelan-pelan nak."
Bagas berbicara sambil mengelus punggung menantunya.
"Jangan di pikirkan, Papa hanya becanda, ayo habiskan makannya."
Lisa hanya menganggukkan kepalanya, ia menerima suapan dari Papa mertuanya lagi. Luna langsung mendekati meja makan, ia langsung duduk di samping Papa mertuanya.
"Pa, cucu Papa juga ingin di suapin."
Luna berbicara sambil mengelus perut ratanya. Bagas langsung melihat ke arah menantu ke duanya sekilas.
"Kamu bisa meminta Lusi untuk menyuapinya, atau meminta Rafa untuk menyuapi kamu, karena saya hanya memiliki Lisa sebagai menantu."
"Pa, jangan begitu, Luna juga menantu Papa."
Sebenarnya Lisa jijik untuk mengatakan itu, tapi ia berusaha menutupi rasa bencinya di depan para asisten rumah tangganya.
"Papa tidak punya menantu yang tidak punya akhlak, datang-datang langsung berbicara, bahkan dia tidak tau cara menyapa orang yang lebih tua bagai mana."
Lisa tersenyum senang saat melihat wajah malu dari Luna. Bukan hanya Lisa, tapi ke dua asisten rumah tangga yang tidak jauh dari sana juga sedang menahan tawa karena mendengar ucapan dari Bagas yang sangat menolak Luna.
Apa lagi bagi mereka berdua Luna tidak pantas menjadi seorang menantu, mengingat Luna adalah sahabat baik Lisa, tapi Luna tega menjadi istri ke dua untuk Rafa.
Terutama Bi Asih, ia sangat puas saat Bagas tidak mengakui Luna sebagai menantu, bahkan ia tidak suka pada Lisa yang terkesan masih baik pada Luna.
"Dasar wanita ular! Mampus Tuan Bagas tidak mengakuinya sebagai menantu, lagi pula suami sahabat sendiri di hembat, dasar gila." batin bi Asih
"Iya maaf Pa, Luna belum terbiasa."
Setelah dari tadi Luna diam, akhirnya ia mengeluarkan suaranya juga.
"Menyapa itu adalah hal yang biasa dan sudah sehari-hari, apa kamu tidak pernah menyapa ke dua orang tuamu hingga kamu lupa atau alasan belum terbiasa?"
Luna menggigit bibir bawahnya sekilas, sepertinya Papa mertuanya memang sangat membencinya karena ia selalu saja di pojokan.
"Maaf Pa."
"Saya sudah pernah mengatakannya saat pertama kali kamu menginjak rumah ini kalau saya tidak sudi memiliki menantu seperti kamu!"
Luna menghela napas, ia langsung mengambil makanan untuk sarapan karena ia juga memang baru bangun, semalam ia berdebat dengan suaminya karena perkara Lisa yang membocorkan data rahasia perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Eka Lita
Luna caper minta diakui juga sebagai menantu...
2023-06-17
1