Lisa sudah berbaring sekitar 2 jam sambil memejamkan matanya untuk tidur, tapi ia tidak bisa tidur dan air matanya juga sesekali menetes, rasanya masih tetap sakit, ia belum pernah merasakan sesakit seperti sekarang selain bukan karena mimpi buruk yang selalu menghantuinya.
Namun Lisa mendengar ketukan pintu begitu nyaring di indra pendengarannya membuat ia terbangun.
Tok-tok!!
Lisa langsung duduk, sedangkan Papa mertuanya sudah berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu.
"Mana Lisa Pa?"
Lisa bisa mendengar pertanyaan dari suaminya yang membuat Lisa berjalan ke arah suaminya.
"Ada apa Raf? Apa kamu tidak bisa membiarkan aku istirahat sebentar saja?"
Lisa bertanya dengan wajah pucat dan kepalanya juga pusing, penglihatannya mulai kabur, ia langsung menggenggam tangan Papa mertuanya.
"Tahan Lisa, jangan sampai kamu pingsan karena darah rendah kamu, kamu harus kuat." batin Lisa
Kalau 2 bulan yang lalu Lisa tidak ingin menunjukkan darah rendahnya pada suaminya karena ia takut kalau suaminya nanti kuatir, tapi kali ini ia tidak mau menunjukannya karena ia tidak mau di kasihani.
"Kamu sedang apa tidur di kamar Papa Lis? Kamu jangan aneh-aneh, kamu mau selingkuh dariku bersama Papaku sendiri?!"
Bukan Rafa tidak percaya dengan istrinya, tapi melihat Papa tirinya yang tanpa jarak membuat ia tidak percaya kalau Papa tirinya tidak akan merayu istrinya.
Walau pun istrinya tidak akan mau bersama Papa tirinya, tapi ia takut kalau sampai Papa tirinya memaksa istrinya untuk bercinta, apa lagi mereka sudah sama-sama mengerti bercinta, jadi tidak ada yang tidak mungkin, belum lagi kamar Papa tirinya memiliki ruangan kedap suara, ia takut terjadi apa-apa dengan istrinya.
Plak..!!
Lisa menampar suaminya dengan tangan gemetar dan matanya menatap kecewa pada suaminya, ia tidak tau kenapa hari ini begitu banyak masalah.
"Kamu pikir aku seperti kamu Raf?! Aku bukan wanita murahan walau pun aku sangat gila bercinta, tapi bukan berarti aku akan melakukan itu dengan Papa kamu sendiri! Aku masih waras Rafa!"
Lisa langsung menghapus air matanya dengan sangat kasar, lalu ia langsung memeluk Papa mertuanya karena pandangannya semakin kabur.
Bagas juga membalas pelukan dari menantunya, ia tau kalau darah rendah menantunya sedang kambuh, ia tau kalau pandangan mata menantunya kabur, bagai mana pun juga ia tau kalau menantunya sering mengalami darah rendah karena masalah darah rendah terjadi setelah kecelakaan 16 tahun yang lalu, tapi sebenarnya menantunya sudah sembuh dari 10 tahun yang lalu, dan ia tau kalau menantunya memiliki darah rendah lagi 2 bulan yang lalu.
Walau pun Bagas diam dan terkesan tidak peduli, bukan berarti ia tidak peduli pada menantunya, selama ini menantunya masih tetap dalam pengawasannya saat di luar kamar, karena ia tidak mau terjadi sesuatu pada menantunya.
Rafa mengepalkan ke dua tangannya saat melihat istrinya memeluk Papa mertuanya, hatinya sangat hancur, tapi ia sadar kalau perasaan istri pertamanya lebih hancur dari pada perasaannya.
Sedangkan Lusi sangat marah saat melihat suaminya membalas pelukan dari menantunya, ia tidak menyangka kalau suaminya akan berdiri paling depan di saat hati menantu yang sangat suaminya benci.
"Rafa, lebih baik kamu keluar, kasihan Lisa dari tadi menangis, biarkan Lisa istirahat."
"Tapi Pa."
"Raf, Papa tidak akan macam-macam pada istrimu."
Bagas semakin mengeratkan pelukannya saat menyadari kalau menantunya mulai hilang kesadaran.
"Sekarang kalian keluar!!"
Bagas berbicara sambil menatap tajam pada istri dan putra tirinya. Mau tidak mau Lusi dan putranya langsung keluar dari kamar suaminya dengan perasaan kesal karena suaminya seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Setelah istri dan putra tirinya keluar Bagas langsung mengangkat tubuh menantunya lalu merebahkannya di atas ranjang, tidak lupa ia juga menumpuk dua bantal agar menantunya nanti sadar tidak pusing.
Setelah itu Bagas langsung mengecup kening menantunya cukup lama hingga setetes air mata jatuh ke pipi menantunya.
Walau pun usia Bagas sudah 45 tahun, tapi ia tetap saja menangis saat melihat wanita yang di cintainya itu lemas tidak berdaya.
Setelah itu Bagas langsung mengambil obat penambah darah untuk ia suntikan pada tubuh menantunya, bagai mana pun juga ia adalah seorang dokter, demi untuk menantunya ia selalu mempelajari apa pun untuk menantunya, begitu pun sebagai dokter, ia tertarik karena menantunya memiliki darah rendah, membuat ia terpaksa melanjutkan S3 nya menjadi dokter.
Namun Bagas sendiri tidak pernah memberikan pertolongan untuk siapa pun selain untuk menantunya, wanita yang sangat ia cintai.
Setelah obat itu di suntikan sekitar 15 menit Lisa sadar dari pingsannya, ia langsung melihat ke arah Papa mertuanya yang sedang menatapnya.
Lisa merasa sangat bingung saat melihat Papa mertuanya ada sisa air mata, selama ia menikah dengan Rafa ia belum pernah melihat Papa mertuanya menangis, jangankan menangis, melihat Papa mertuanya bersedih saja ia belum pernah.
"Papa."
Lisa memanggil Papa mertuanya sambil duduk dan langsung di bantu oleh Papa mertuanya.
"Papa kenapa?"
Lisa bertanya dengan ke dua tangannya terulur untuk menghapus sisa air mata Papa mertuanya, tapi ke dua tangannya langsung di pegang oleh Papa mertuanya.
"Maaf Pa, Lisa lancang."
Lisa minta maaf sambil menunduk dan setengah melirik ke wajah Papa mertuanya, ia juga sedikit takut, ia takut Papa mertuanya marah karena ulahnya.
"Papa tidak apa-apa nak, Papa hanya rindu pada putri angkat Papa."
Bagas berbicara dengan tangan kiri yang mengelus kepala menantunya.
"Papa punya putri angkat?"
Lisa bertanya sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap Papa mertuanya.
"Iya nak."
"Lalu kenapa Papa tidak menemui putri angkat Papa?"
"Putri angkat Papa sudah tidak mengenali Papa lagi, sudah 16 tahun putri angkat Papa tidak mengenali Papa."
Lisa bisa melihat kesedihan dari mata Papa mertuanya membuat ia memberanikan diri untuk bertanya lagi.
"Memangnya usia putri angkat Papa berapa tahun?"
"Usia putri angkat Papa sudah 23 tahun, namanya hampir mirip sama kamu, dia bernama Kalisa, wajahnya juga sangat mirip sama kamu."
Bagas terpaksa berbohong, ia tidak mungkin mengatakan namanya Lisa, ia juga berharap menantunya mengingat nama Kalisa, karena Kalisa adalah nama sebelumnya.
"Kenapa nama Kalisa tidak asing di pendengaranku? Aku yakin sebelumnya aku pasti sudah mengenal nama Kalisa." batin Lisa
Lisa merasa nama yang di ucapkan oleh Papa mertuanya tidak asing dalam pendengarannya, jelas-jelas selama ia sekolah hingga lulus kuliah ia tidak mendengar nama Kalisa di kelasnya, tapi ia merasa sangat tidak asing.
"Pa, kenapa Lisa merasa nama Kalisa tidak asing dalam pendengaran Lisa?"
"Sudah kamu tidak perlu memikirkan itu nak, bagai mana dengan kondisimu?"
"Lisa jauh lebih baik Pa."
"Mulai dari sekarang kamu harus makan banyak sayur, oh iya Papa juga sudah menyiapkan obat itu untuk kamu nak."
Bagas berbicara sambil menujuk ke arah kotak obat di meja, sebenarnya itu adalah sayuran penambah darah yang sengaja ia buat menjadi obat untuk menantunya, ia sangat tau kalau menantunya tidak suka sayur.
"Lisa tidak suka sayur Pa."
"Iya Papa tau, tapi kamu harus makan sedikit demi sedikit nak, Papa tidak mau kalau kamu sampai pingsan lagi."
"Iya Pa, Lisa tau, tapi Rafa tidak tau'kan Pa?"
"Tentu saja nak."
"Syukurlah kalau Rafa tidak tau Pa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Syhr Syhr
penasaran dengan masa lalu mereka
2024-01-31
1
Syhr Syhr
Iiis mulutnya, Raf.
2024-01-31
1
Syhr Syhr
Apakah masa lalu Lisa?
2024-01-31
1