Sepanjang perjalanan pulang Lisa dan Raka hanya diam hingga mereka berdua sampai di depan rumah Rafa. Lisa dan Raka langsung menurunkan barang-barang miliknya ke teras depan rumah hingga selsai.
"Mau bantu bawa ke dalam?"
"Tidak perlu Rak, aku tidak ingin ada keributan, apa lagi sekarang sudah jam 11 malam, tidak enak dengan tetangga."
"Iya sudah, kamu harus hati-hati, kalau ada apa-apa bilang padaku."
Raka langsung memeluk Lisa dengan sangat erat, ia sebenarnya kuatir saat melihat wajah Lisa yang sedikit pucat, tapi ia tetap menuruti apa permintaan dari Lisa.
Raka berharap Bagas juga segera pulang, setidaknya Lisa memiliki sandaran saat ia jauh dari Lisa.
Lisa juga membalas pelukan dari Raka, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Raka yang selalu ada untuknya selama ini.
"Iya Raka, terima kasih banyak karena selalu ada untukku, walau pun aku selalu mengecewakan kamu dengan pilihanku."
"Tidak perlu berterima kasih, karena sampai kapan pun kamu tetap sahabatku, dan sampai kapan pun aku selalu ingin menjadi orang pertama yang ingin mendengar keluh kesahmu. Lisa, aku harap kamu tidak egois dan lepaskan apa pun yang tidak perlu kamu pertahankan, ingat ke dua orang tuamu tidak pernah ingin melihat harga dirimu di injak-injak."
"Aku tau Rak, tapi aku belum membalas mereka semua, terutama Mama, aku ingin membuat Mama tidak berkutik di depanku."
Raka langsung melepaskan pelukannya, ia mengusap pipi Lisa dengan ke dua tangannya.
"Kalau kamu ingin membuat Tante Lusi bungkam, aku akan mengirimkan beberapa video perselingkuhan Tante Lusi padamu."
"Mama selingkuh?"
Lisa bertanya dengan raut wajah terkejut saat mendengar ucapan dari Raka, ia tidak menyangka kalau Mama mertuanya selingkuh, apa lagi ia tau kalau Mama mertuanya sangat mencintai Papa mertuanya, hanya saja Papa mertuanya seperti membatasi jarak di antara mereka.
"Iya, nanti aku kirimkan videonya agar kamu bisa mengancam Tante Lusi."
"Baiklah, terima kasih Rak."
"Sama-sama, iya sudah aku pulang dulu."
"Iya, hati-hati Raka."
"Iya."
Raka langsung masuk ke dalam mobil, ia melambaikan tangan sekilas pada Lisa, lalu langsung melajukan mobilnya.
Setelah Raka pergi Lisa meminta pada ke empat asisten rumah tangganya untuk membantu membawa barang belanjaannya ke kamar Papa mertuanya.
Lisa menghela napas berat saat di kamar Papa mertuanya tidak ada Papa mertuanya, itu artinya kalau Papa mertuanya memang belum pulang.
Lisa langsung menyuruh yang lain untuk keluar dari kamar, hanya Bi Asih yang di suruh untuk menyusun barang-barangnya. Bi Asih adalah orang kepercayaan Bagas dan asisten rumah tangga paling dekat dengan Lisa.
"Bi, apa Papa belum pulang?"
"Belum Nyonya muda, katanya Tuan masih ada pekerjaan, mungkin besok sampai rumah atau sekitar jam 3 malaman."
Lisa menghela napas pelan saat tau Papa mertuanya belum pulang.
"Lalu saya menyusun barang-barang saya di mana bi?"
"Kata Tuan, lemari dari sana hingga sini itu untuk Nyonya muda."
Lisa melihat lemari yang di tujukan oleh bi Asih sambil tersenyum lebar saat melihat warna lemari yang di cat dengan warna ungu, warna kesukaannya.
"Perasaan saya lemari ini sebelumnya tidak ada bi."
"Iya tadi siang Tuan menyuruh orang untuk membawa lemari kesini Nyonya muda, dan kata Tuan, Nyonya muda jangan lupa meminum obat yang di meja, itu obat penambah darah dan obat yang terbuat dari sayuran penambah darah."
"Iya bi, saya capek, semua barang-barangnya bibi yang nyusun terserah bibi mau di susun bagai mana."
"Baik Nyonya muda."
Lisa langsung duduk di sofa dengan kepala yang terasa pusing dan penglihatannya mulai kabur.
Rafa langsung masuk ke dalam kamar Papa tirinya saat tau kalau istrinya sudah pulang, ia sangat terkejut saat melihat kamar Papa tirinya seperti kapal pecah.
"Apa yang kamu lakukan sayang?"
Rafa bertanya sambil mendekati istrinya yang sedang duduk di sofa.
"Maksudmu tentang apa Raf? Tentang data rahasia perusahaan tersebar atau tentang kartu kredit yang habis hingga 3,5 triliun?"
Lisa bertanya sambil tersenyum lebar dan mencoba menutupi rasa sakit di kepalanya.
Memang Rafa ingin menanyakan tentang itu, tapi yang utama ia ingin bertanya tentang bersama Raka, apa lagi saat melihat wajah istrinya kelelahan dan pucat, jelas membuat ia penasaran apa yang di lakukan istrinya bersama Raka.
"Apa yang kamu lakukan bersama Raka? Kenapa wajahmu pucat seperti kelelahan?"
"Aku berselingkuh dengan Raka, lagi pula Raka masih perjaka, jadi tidak salah kalau aku selingkuh dengannya."
Lisa menjawab pertanyaan dari suaminya sambil tersenyum lebar.
"Bohong! Kamu pasti sedang membohongiku!"
Rafa berbicara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan raut wajah kecewa, ia tidak percaya kalau istrinya akan berbuat hal gila.
"Aku tidak peduli mau kamu percaya atau tidak, tapi yang jelas itu pakta."
Rafa langsung menarik lengan istrinya dengan kasar dan langsung menghempaskannya di atas ranjang, ia tidak peduli di kamar itu masih ada bi Asih yang sedang beres-beres barang-barang istrinya.
"Kalau kamu butuh kepuasan, aku bisa memberikannya Lisa! Jadi jangan melakukan hal gila, ingat aku masih sah suamimu!"
Lisa sangat terkejut saat suaminya menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang, selama 2 tahun menikah suaminya tidak pernah melakukan hal kasar, atau mungkin karena dulu suaminya lumpuh, sedangkan sekarang suaminya sudah bisa berjalan dengan normal lagi. Rafa langsung menarik ke dua bahu istrinya agar telentang.
"Mari kita lakukan sekarang!"
Saat suaminya akan membuka bajunya sendiri Lisa langsung mendorong suaminya lalu langsung menampar suaminya dengan sangat kencang.
Plak...!
"Jangan pernah berharap kalau kita bisa melakukan layaknya suami istri lagi, karena sampai kapan pun aku tidak akan melakukan itu lagi denganmu!"
Rafa yang di tampar oleh istrinya mendadak terkejut, ia tidak melihat cinta dari mata istrinya lagi, melainkan ia melihat di mata istrinya dengan penuh kebencian.
"Mari kita berpisah, kamu bebas menikahi Luna secara negara juga setelah kita berpisah, lagi pula nanti anakmu akan menderita kalau kamu tidak menikahinya secara negara!"
"Lisa, walau pun kamu sudah berani tidur dengan Raka, tapi aku tidak akan pernah mau berpisah denganmu, aku tidak peduli tentang anak yang ada dalam kandungan Luna, yang aku pedulikan hanya kamu dan kamu."
"Cui! Kamu peduli denganku atau kamu ingin melihat hatiku hancur berkeping-keping?!"
Lisa mulai berjalan mundur ke arah ranjang karena tadi ia berjalan mendekati suaminya dan menampar suaminya.
Kepala Lisa semakin pusing dan pandangan matanya semakin kabur, ia berjalan mundur dengan sesekali menghela napas hingga ia tidak sadarkan diri, bersyukur suaminya dengan sigap menahan tubuhnya.
Rafa yang sedang menyanggah tubuh istrinya, ia menepuk pelan pipi istrinya dengan perasaan kuatir.
"Sayang, sayang bangun! Jangan membuat aku kuatir sayang!"
Tidak ada jawaban dari istrinya membuat Rafa langsung mengangkat tubuh istrinya lalu langsung membaringkannya di atas ranjang.
Rafa mengusap-usap wajah istrinya yang terlihat pucat, ia langsung mencium kening istrinya cukup lama hingga beberapa tetes air matanya jatuh.
"Maafkan aku sayang, maafkan aku yang tidak tegas, maafkan aku yang telah menyakitimu, maafkan aku karena selalu membuatmu menderita, tapi perlu kamu tau apa pun yang aku lakukan hanya semata-mata untuk mempertahankan rumah tangga kita." batin Rafa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Syhr Syhr
jangan seudzon. Lisa GK spertimu
2024-02-20
0
Syhr Syhr
sepertinya dalam ini
2024-02-20
0
Aerik_chan
idih....
by your side
2023-06-19
1