Kalau masalah uang yang di habiskan oleh istri pertamanya, memang tidak sebanding menurut Rafa, apa lagi selama 2 tahun menikah istri pertamanya tidak pernah memakai uang miliknya.
Istri pertamanya selalu membeli kebutuhannya memakai uangnya sendiri, namun Rafa tidak habis pikir saat istri pertamanya tadi mengakui kalau data rahasia perusahaan di sebarkan oleh istri pertamanya hingga membuat ia duduk termenung di sofa dari satu jam yang lalu.
Tadinya Rafa masih ingin berbicara banyak pada istri pertamanya, tapi ia akhirnya mengalah dan mengakhiri perdebatannya saat mengingat istri pertamanya memang harus banyak istirahat.
"Lisa, aku tidak pernah menyangka kalau tindakanku akan membuat kamu membenciku dan jijik pada tubuhku." batin Rafa
Rafa langsung membayar tagihan kartu kredit istri pertamanya sambil sesekali menghela napas berat karena istri pertamanya menghabiskan banyak uang.
Tiba-tiba saja bahu Rafa di tepuk oleh Papa tirinya yang baru saja pulang bekerja.
"Apa yang kamu pikirkan nak?"
Bagas bertanya sambil tersenyum lebar saat putra tirinya menatapnya, sebenarnya ia sudah tau dari Raka kalau menantunya berbelanja menggunakan kartu kredit dan menghabiskan hingga sampai 3,5 triliun, ia yakin kalau putra tirinya memikirkan hal itu.
"Eh Papa, baru pulang?"
"Iya nak."
Bagas langsung duduk di samping putra tirinya.
"Pa, Rafa tidak tau harus bagai mana lagi menghadapi perlakuan Lisa, Lisa selalu mengajak untuk berpisah, aku tidak bisa berpisah dengan Lisa Pa."
"Rafa, saat kamu memilih untuk menikah lagi, seharusnya kamu memikirkan konsekuensinya, apa lagi kamu sudah mengenal Lisa semenjak SMA, tidak mungkin kamu tidak tau sifat Lisa seperti apa?"
"Iya, Rafa tau Pa, tapi Rafa tidak bisa menentang Mama, Mama hanya punya Rafa, kalau Rafa menentang Mama, bagai mana nanti kehidupan Mama?"
Rafa memang tau kalau rumah tangga orang tuanya sudah tidak baik-baik saja, membuat ia enggan untuk melawan Mamanya, ia takut kalau nanti Mamanya berpikir sangat menyedihkan, ia selalu ingin yang terbaik untuk Mamanya.
"Jadi lelaki itu harus tegas nak, mementingkan orang tua boleh, tapi kamu harus ingat kalau Lisa yang mengurus kamu selama hampir 2 tahun, kamu juga harus ingat kalau Lisa yang mengurus perusahaanmu."
Bagas memang terlihat menasehati putra tirinya dengan bijak, tapi tidak dengan hatinya, jelas kalau hatinya sangat bahagia karena perbuatan putra tirinya akan memudahkan ia untuk mendapatkan kembali wanita yang di cintainya.
"Iya, Rafa memang salah Pa, Rafa memang pengecut, Rafa tidak pernah membahagiakan Lisa."
"Sudah jangan berpikir macam-macam, lebih baik kamu tidur nak, sekarang sudah jam 3, Papa juga sudah mengantuk, kalau begitu Papa ke kamar dulu."
"Iya Pa."
Bagas langsung pergi ke arah kamarnya, ia memang sudah tidak sabar untuk melihat wanita yang di cintainya.
Bagas sangat terkejut saat melihat menantunya yang hanya duduk di atas ranjang dengan air mata yang mengalir deras.
"Nak, kamu kenapa?"
Bagas bertanya sambil duduk di atas ranjang samping menantunya.
"Lisa tidak apa-apa Pa, terima kasih sudah beliin Lisa lemari, Lisa suka."
Lisa berbicara sambil menghapus air matanya. Bagas langsung melepaskan kalung yang di pakai menantunya, lalu ia langsung memasangkan kalung yang putus oleh istrinya kemarin.
"Pa, kalungnya sudah jadi?"
Lisa bertanya sambil memegang bandul kalungnya yang ada di lehernya sambil tersenyum.
"Iya kalingnya sudah jadi, kamu sudah minum obat dari Papa?"
"Sudah Pa, terima kasih karena Papa sangat pengertian sama Lisa."
"Itu sudah sepantasnya kalau Papa perhatian sama kamu nak, lagi pula Papa ini mertua kamu."
Lisa hanya menganggukkan kepalanya, ia langsung memeluk Papa mertuanya, ia ingin menenangkan hatinya dengan memeluk Papa mertuanya.
Bagas juga langsung membalas pelukan dari menantunya dan mengecup singkat kening menantunya.
"Maaf Pa, Lisa memeluk Papa tanpa ijin."
Lisa langsung melepaskan pelukannya saat sadar kalau ia tidak boleh melakukan itu pada Papa mertuanya, ia takut Papa mertuanya marah.
"Kamu boleh memeluk Papa, kalau mau di temani tidur sama Papa juga boleh, atau butuh kehangatan dengan Papa juga boleh, apa pun yang kamu inginkan pasti akan Papa kabulkan."
Bagas berbicara sambil menarik menantunya dalam pelukannya. Sedangkan Lisa sangat terkejut saat mendengar ucapan dari Papa mertuanya yang sangat frontal, mengatakan tentang kehangatan, apa lagi ia dan Papa mertuanya sudah sama-sama tau hal yang dewasa.
Namun tidak bisa Lisa pungkiri kalau pelukan dari Papa mertuanya sangat hangat dan terasa terlindungi.
"Iya kalau Papa belum punya istri boleh-boleh saja minta kehangatan dari Papa, tapi Papa punya Mama, mana Lisa berani minta kehangatan dari Papa."
Sebenarnya Lisa bercanda mengatakan itu pada Papa mertuanya, lagi pula ia tidak pernah berpikir untuk berselingkuh di belakang suaminya, apa lagi selingkuh dengan Papa mertuanya sendiri, jelas membuat ia tidak mungkin karena ia tidak menyukai lelaki yang sudah making love.
"Tentu saja boleh sayang."
Setelah mengatakan itu Bagas mengecup singkat bibir menantunya yang sedang memeluknya dengan posisi wajah menantunya sedang melihat ke arah wajahnya.
Lisa yang mendapat perlakuan terlalu intim dari Papa mertuanya membuat ia mendadak diam dan sangat terkejut, ia tidak menyangka kalau Papa mertuanya berani mengecup bibirnya, tapi ia juga tidak munafik kalau bibir Papa mertuanya sangat lembut seperti bibir balita.
"Papa kenapa mengecup Lisa?"
Lisa bertanya sambil melepaskan pelukannya dari Papa mertuanya setelah dari tadi diam.
"Maafkan Papa nak, Papa tadi melihat kamu bukan menantu Papa, tapi Papa melihat Kalisa di wajahmu, Papa minta maaf, kamu boleh pukul Papa karena Papa keterlaluan."
Lisa menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban dari Papa mertuanya, ia tidak habis pikir dengan Papa mertuanya, apa pantas di panggil Papa angkat dan putri angkat di saat Papa mertuanya terlalu berlebihan menyayangi Kalisa.
"Apa sebenarnya Papa mencintai putri angkatnya sendiri? Atau Papa hanya menganggap kecupan bibir singkat itu tidak ada artinya hanya rasa sayang Papa saja? Aku tau Papa bukan lelaki yang mesum, aku berkali-kali memergoki Papa yang sedang menolak para wanita muda yang ingin dekat dengannya." batin Lisa
Lisa memang selalu tidak sengaja melihat adegan Papa mertuanya yang sedang di rayu wanita, tapi ia tidak habis pikir saat melihat Papa mertuanya yang menciumnya dan menganggapnya sebagai Kalisa.
"Nak maafkan Papa, kalau kamu marah kamu boleh pukul Papa."
Bagas minta maaf untuk yang ke dua kalinya sambil mengelus rambut menantunya yang terurai.
Lisa menghela napas berat saat mendengar permintaan maaf untuk yang ke dua kalinya, ia lebih memilih untuk menanyakan tentang foto dari pada ia membahas tentang kecupan singkat dari Papa mertuanya.
"Tidak apa-apa Pa, lagi pula Papa hanya mencium Lisa karena wajah Lisa mirip dengan putri angkat Papa, Pa, Lisa boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu saja boleh nak, tentang apa?"
"Tentang foto Pa, foto yang menjadi wallpaper di laptop Papa itu siapa yang bersama Papa?"
"Dia Kalisa Ayunda Putri Atmaja, ke dua orang tuanya sudah meninggal saat usia Kalisa masih 7 tahun karena di bunuh oleh orang suruhan adik tiri dari Atmaja, lalu Papa mengangkat Kalisa menjadi putri angkat Papa, tapi ada satu hal yang membuat Papa terpaksa menghapus ingatan Kalisa."
Setelah mengatakan itu setetes air mata Bagas jatuh begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Eka Lita
Lisa itu kan sama aja dengan Kalisa tapi karena Lisa masih amnesia, gak ngeh...
2023-06-15
1