BAB. 17 Kemarahan Lusi

Lisa tidur dengan nyenyak sambil memegang tangan Papa mertuanya hingga menunjukkan pukul 07.30WIB, ia baru bangun.

Memang saat Papa mertuanya menyuruhnya untuk tidur tidak lama Lisa tertidur, tapi baru juga tidur sekitar 30 menit ia terbangun karena mimpi buruk tentang wanita paru baya yang di tembak di depan Gadis kecil dan lelaki paru baya, namun mimpi semalam walau pun wajah ke dua orang tua paru baya itu tidak jelas, ia bisa mendengar wanita paru baya yang di tembak untuk menyuruh Gadis kecil itu berlari dengan panggilan Kalisa.

"Kalisa, cepat lari nak!!!"

Suara itu sangat jelas dalam pendengaran Lisa hingga ia tidur di temani Papa mertuanya dengan posisi Papa mertuanya duduk di kursi dekat ranjangnya sambil memegang tangannya.

Lisa terbangun lebih dulu dari pada Papa mertuanya, ia sangat terkejut saat tangannya masih sedang menggenggam tangan Papa mertuanya.

Lisa tersenyum saat melihat wajah terlelap dari Papa mertuanya, ia bingung sudah dua kali ia tidur bersama Papa mertuanya membuat tidurnya sangat nyenyak.

"Pa, Lisa tidak tau kenapa Papa bisa membuat tidur Lisa sangat nyenyak, Pa, kenapa Lisa semalam memimpikan ke dua pasangan paru baya itu dengan suara yang sangat jelas, Pa, siapa Kalisa sebenarnya? Kenapa Gadis itu terus datang dalam mimpi Lisa?" batin Lisa

Lisa langsung melepaskan genggaman tangannya, ia langsung mengusap lembut wajah Papa mertuanya, tidak lupa ia juga mengusap bulu mata Papa mertuanya sambil tersenyum hingga ia melihat bayangan Gadis kecil dalam otaknya.

"Pa, bulu mata Papa cantik, Kalisa juga mau bulu matanya seperti Papa."

Lisa menggelengkan kepalanya saat mendengar suara Gadis kecil dalam telinganya.

"Tidak, aku bukan Kalisa, kenapa aku menjadi mendengar nama Kalisa terus?!" batin Lisa

Lisa berbicara di dalam hatinya sambil memegang kepalanya dengan ke dua tangannya, ia bingung kenapa menjadi mendengar nama Kalisa.

"Nanti bukan Kalisa yang memiliki bulu mata seperti Papa, nanti anak Kalisa yang akan seperti Papa."

Lisa mendengar kata-kata dari suara lelaki yang ia yakini kalau suara itu adalah suara Papa mertuanya, karena suara Papa mertuanya memang mirip dengan suara yang ia dengar sekarang.

"Ah! Tidak! Aku bisa gila kalau terus seperti ini!"

Bagas yang mendengar suara teriakan dari menantunya membuat ia terbangun dari tidurnya, ia sangat terkejut saat melihat menantunya yang sedang menutup telinga dengan ke dua tangannya, membuat ia langsung berdiri dan memegang ke dua bahu menantunya.

"Kamu kenapa nak? Apa mimpi buruk lagi?"

Saat di tanya oleh Papa mertuanya Lisa langsung memeluk erat Papa mertuanya.

"Lisa bisa gila kalau seperti ini terus Pa."

"Apa yang membuatmu seperti ini nak?Apa karena mimpi buruk lagi?"

"Karena nama Kalisa Pa, Lisa bisa mendengar dengan jelas kalau wanita paru baya itu berteriak memanggil nama Kalisa, lalu tadi saat Lisa memandang Papa, tiba-tiba saja Lisa mendengar suara Gadis kecil yang mengatakan bulu mata Papa cantik, Lisa tidak tau kenapa menjadi seperti ini?"

"Tenangkan diri kamu nak, semuanya akan baik-baik saja, itu karena mungkin kamu terlalu memikirkan tentang Kalisa, jangan di pikirkan semua itu hanya ilusi semata."

Bagas berbicara sambil mengelus punggung menantunya dan sesekali ia menghela napas berat, ia tidak menyangka kalau menantunya sudah mulai mengingat masa lalunya.

"Sebenarnya mimpi itu terus menghantui kamu sejak kapan?"

"Lisa tidak tau pasti Pa, Lisa lupa, tapi yang jelas seingat Lisa mimpi itu semenjak Lisa SMA."

Lisa memang sudah tidak ingat kapan mimpi itu muncul, tapi yang jelas semenjak mimpi itu muncul tidurnya tidak pernah nyenyak, ia selalu dihantui dengan mimpi itu dan mimpi ke duanya yang selalu menghantui tidurnya adalah mimpi laki dewasa yang memberikan dua kalung pada seorang Gadis kecil.

"Maafkan Papa Kalisa, hingga membuat tidurmu tidak nyenyak, ini memang salah Papa karena Papa yang sudah menghapus ingatanmu." batin Bagas

Cukup lama Lisa memeluk Papa mertuanya hingga pikirannya mulai tenang, tapi ia yakin kalau Papa mertuanya bisa saja kunci dari ingatannya yang hilang.

Walau pun ke dua orang tuanya tidak mengatakan sesuatu dan setiap kali Lisa bertanya tentang mimpinya pada ke dua orang tuanya, ke dua orang tuanya selalu mengatakan kalau semua itu hanya bunga tidur dan penglihatannya selalu mengatakan kalau itu semua hanya ilusi.

"Apa Papa sebelumnya mengenal Lisa?"

Lisa bertanya sambil melepaskan pelukannya, untuk pertama kalinya ia menatap mata Papa mertuanya, biasanya ia tidak pernah berani untuk menatap mata Papa mertuanya dengan intens.

"Memangnya kamu kenapa bertanya seperti itu nak?"

"Tidak tau Pa, tapi parfum yang Papa pakai tidak asing dalam indra penciuman Lisa, lalu pelukan Papa membuat Lisa merasa terlindungi dan sangat nyaman."

Bagas tersenyum lebar saat mendengar jawaban dari menantunya, hatinya sangat senang saat tau kalau pelukannya mampu membuat menantunya nyaman.

"Papa jangan tersenyum begitu."

"Memangnya Papa salah kalau tersenyum? Bukan'kah tidak salah?"

"Memang tidak salah, tapi Papa tidak menjawab pertanyaan Lisa."

Belum sempat Bagas menjawab ucapan dari menantunya, tiba-tiba saja istrinya masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Apa yang kalian berdua lakukan hingga duduk di ranjang yang sama?!!"

Lusi berbicara sambil melangkah ke arah suami dan menantunya, ia tidak menyangka kalau suaminya begitu dekat dengan menantunya.

"Apa yang kamu lakukan Bagas?!"

Bagas langsung berdiri sambil menghela napas berat dan melihat ke arah istrinya, begitu pun dengan menantunya, hanya saja menantunya masih duduk di atas ranjang.

"Apa kamu sedang merayu suami Mama?!!"

"Kita tidak melakukan apa pun Ma."

"Bohong! Pasti kamu sedang merayu suami Mama dengan menyerahkan donat basimu itu'kan?! Harusnya kamu sadar kalau Rafa saja bisa berpaling dengan wanita lain karena donat basimu itu sudah tidak membangunkan nafsunya lagi!"

Lisa menghela napas berat saat mendengar hinaan dari Mama mertuanya, rasanya ia ingin mendengarkan hasutan ke tiga sahabat laknatnya yang menyuruh ia untuk merayu Papa mertuanya sendiri.

"Lusi, jaga bicaramu, kamu boleh menghinaku, tapi jangan pernah menghina menantuku, apa lagi sampai melukai harga dirinya, aku tidak akan tinggal diam jika ucapanmu semakin keterlaluan pada menantuku!"

"Kenapa kamu selalu membela wanita mandul ini Bagas?! Apa yang sudah Lisa berikan hingga kamu terus saja membelanya?!"

"Lisa tidak mandul, dan suatu saat aku yakin kalau Lisa pasti punya anak, jadi berhenti menghina Lisa!"

Lusi tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan dari suaminya, ia merasa lucu saat melihat suaminya selalu membela menantunya, walau pun dari dulu ia dan suaminya tidak pernah sepemikiran, tapi biasanya suaminya tidak pernah peduli dengan apa pun.

"Aku tau kamu seorang dokter, tapi aku tidak pernah percaya kalau kamu bisa membuat wanita mandul ini punya anak, dan kamu Lisa, jangan berharap kamu bisa merayu suamiku, karena sampai kapan pun suamiku tidak akan pernah tertarik dengan donat basimu."

Lisa langsung turun dari ranjang, ia berdiri di depan Mama mertuanya.

"Mama berpikir terlalu jauh, akan Lisa pastikan kalau Lisa bisa mendapatkan Papa karena tantangan gila dari Mama."

Lusi langsung melayangkan tamparan pada menantunya.

Plak...!!

"Dasar wanita mandul!!"

Lisa yang di tampar oleh mertuanya hingga ia tersungkur ke atas ranjang karena tubuhnya memang lemas.

Terpopuler

Comments

Aerik_chan

Aerik_chan

authornya bisa aja kepikiran donat basi...
by your side..

2023-06-26

1

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Penghianatan
2 BAB. 2 Mengajak Berpisah
3 BAB. 3 Sama-sama terluka
4 BAB. 4 Pakta Bagas
5 BAB. 5 LALI
6 BAB. 6 Lisa Pingsan
7 BAB. 7 Foto Gadis Kecil
8 BAB. 8 Raka
9 BAB. 9 Ke rumah Raka
10 BAB. 10 Shopping Liana Tasya
11 BAB. 11 Menceritakan perkara rumah tangganya
12 BAB. 12 Lisa minta maaf
13 BAB. 13 Lisa pulang
14 BAB. 14 Lisa sadar
15 BAB. 15 Kalisa
16 BAB. 16 Menceritakan Tentang Kalisa
17 BAB. 17 Kemarahan Lusi
18 BAB. 18 Lusi Di Tampar
19 BAB. 19 Seperti Merayu
20 BAB. 20 Sarapan
21 BAB. 21 Debat
22 BAB. 22 Sanjaya Atmaja
23 BAB. 23 Ayam Goreng Gosong
24 BAB. 24 Lisa Menangis
25 BAB. 25 Mengungkapkan
26 BAB. 26 Makan nasi goreng
27 BAB. 27 Berangkat
28 BAB. 28 Taman Bagas Samudra Anderson
29 BAB. 29 Ciuman
30 BAB. 30 Masak
31 BAB. 31 Makan
32 BAB. 32 Menceritakan masa lalu
33 BAB. 33 Jujur
34 BAB. 34 Sertifikat
35 BAB. 35 Ke Makam
36 BAB. 36 Menceritakan masa lalu
37 BAB. 37 Di Guyuran Shower
38 BAB. 38 Lavender
39 BAB. 39 Bagas pergi
40 BAB. 40 Rafa datang
41 BAB. 41 Rafa mengetahui tanda kepemilikan
42 BAB. 43 Video Call
43 BAB. 43 Bertemu Kenny
44 BAB. 44 Curhat
45 BAB. 45 Luna menghina Lisa
46 BAB. 46 Bagas pulang
47 BAB. 47 Bagas memarahi istrinya
48 BAB. 48 Tamparan dari Lusi
49 BAB. 49 Bagas Marah
50 BAB. 50 Jalan-jalan
51 BAB. 51 Bagas dan Lisa pulang
52 BAB. 52 Pujian dari netizen
53 BAB. 53 Bagas mengajak berpisah
54 BAB. 54 Making Love
55 BAB. 55 Berita di internet
56 BAB. 56 Pertengkaran berlajut
57 BAB. 57 Rafa meminta kesempatan
58 BAB. 58 Lisa mengetahui penundaan kehamilan
59 BAB. 59 Menangis
60 BAB. 60 Bagas mendatangi menantunya
61 BAB. 61 Surat dari orang tua Lisa
62 BAB. 62 Lisa salah paham
63 BAB. 63 Bagas dan menantunya pulang
64 BAB. 64 Lusi menyuruh Rafa untuk bercerai
65 BAB. 65 Berdebat di kamar
Episodes

Updated 65 Episodes

1
BAB. 1 Penghianatan
2
BAB. 2 Mengajak Berpisah
3
BAB. 3 Sama-sama terluka
4
BAB. 4 Pakta Bagas
5
BAB. 5 LALI
6
BAB. 6 Lisa Pingsan
7
BAB. 7 Foto Gadis Kecil
8
BAB. 8 Raka
9
BAB. 9 Ke rumah Raka
10
BAB. 10 Shopping Liana Tasya
11
BAB. 11 Menceritakan perkara rumah tangganya
12
BAB. 12 Lisa minta maaf
13
BAB. 13 Lisa pulang
14
BAB. 14 Lisa sadar
15
BAB. 15 Kalisa
16
BAB. 16 Menceritakan Tentang Kalisa
17
BAB. 17 Kemarahan Lusi
18
BAB. 18 Lusi Di Tampar
19
BAB. 19 Seperti Merayu
20
BAB. 20 Sarapan
21
BAB. 21 Debat
22
BAB. 22 Sanjaya Atmaja
23
BAB. 23 Ayam Goreng Gosong
24
BAB. 24 Lisa Menangis
25
BAB. 25 Mengungkapkan
26
BAB. 26 Makan nasi goreng
27
BAB. 27 Berangkat
28
BAB. 28 Taman Bagas Samudra Anderson
29
BAB. 29 Ciuman
30
BAB. 30 Masak
31
BAB. 31 Makan
32
BAB. 32 Menceritakan masa lalu
33
BAB. 33 Jujur
34
BAB. 34 Sertifikat
35
BAB. 35 Ke Makam
36
BAB. 36 Menceritakan masa lalu
37
BAB. 37 Di Guyuran Shower
38
BAB. 38 Lavender
39
BAB. 39 Bagas pergi
40
BAB. 40 Rafa datang
41
BAB. 41 Rafa mengetahui tanda kepemilikan
42
BAB. 43 Video Call
43
BAB. 43 Bertemu Kenny
44
BAB. 44 Curhat
45
BAB. 45 Luna menghina Lisa
46
BAB. 46 Bagas pulang
47
BAB. 47 Bagas memarahi istrinya
48
BAB. 48 Tamparan dari Lusi
49
BAB. 49 Bagas Marah
50
BAB. 50 Jalan-jalan
51
BAB. 51 Bagas dan Lisa pulang
52
BAB. 52 Pujian dari netizen
53
BAB. 53 Bagas mengajak berpisah
54
BAB. 54 Making Love
55
BAB. 55 Berita di internet
56
BAB. 56 Pertengkaran berlajut
57
BAB. 57 Rafa meminta kesempatan
58
BAB. 58 Lisa mengetahui penundaan kehamilan
59
BAB. 59 Menangis
60
BAB. 60 Bagas mendatangi menantunya
61
BAB. 61 Surat dari orang tua Lisa
62
BAB. 62 Lisa salah paham
63
BAB. 63 Bagas dan menantunya pulang
64
BAB. 64 Lusi menyuruh Rafa untuk bercerai
65
BAB. 65 Berdebat di kamar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!