Lisa tidur dengan nyenyak sambil memegang tangan Papa mertuanya hingga menunjukkan pukul 07.30WIB, ia baru bangun.
Memang saat Papa mertuanya menyuruhnya untuk tidur tidak lama Lisa tertidur, tapi baru juga tidur sekitar 30 menit ia terbangun karena mimpi buruk tentang wanita paru baya yang di tembak di depan Gadis kecil dan lelaki paru baya, namun mimpi semalam walau pun wajah ke dua orang tua paru baya itu tidak jelas, ia bisa mendengar wanita paru baya yang di tembak untuk menyuruh Gadis kecil itu berlari dengan panggilan Kalisa.
"Kalisa, cepat lari nak!!!"
Suara itu sangat jelas dalam pendengaran Lisa hingga ia tidur di temani Papa mertuanya dengan posisi Papa mertuanya duduk di kursi dekat ranjangnya sambil memegang tangannya.
Lisa terbangun lebih dulu dari pada Papa mertuanya, ia sangat terkejut saat tangannya masih sedang menggenggam tangan Papa mertuanya.
Lisa tersenyum saat melihat wajah terlelap dari Papa mertuanya, ia bingung sudah dua kali ia tidur bersama Papa mertuanya membuat tidurnya sangat nyenyak.
"Pa, Lisa tidak tau kenapa Papa bisa membuat tidur Lisa sangat nyenyak, Pa, kenapa Lisa semalam memimpikan ke dua pasangan paru baya itu dengan suara yang sangat jelas, Pa, siapa Kalisa sebenarnya? Kenapa Gadis itu terus datang dalam mimpi Lisa?" batin Lisa
Lisa langsung melepaskan genggaman tangannya, ia langsung mengusap lembut wajah Papa mertuanya, tidak lupa ia juga mengusap bulu mata Papa mertuanya sambil tersenyum hingga ia melihat bayangan Gadis kecil dalam otaknya.
"Pa, bulu mata Papa cantik, Kalisa juga mau bulu matanya seperti Papa."
Lisa menggelengkan kepalanya saat mendengar suara Gadis kecil dalam telinganya.
"Tidak, aku bukan Kalisa, kenapa aku menjadi mendengar nama Kalisa terus?!" batin Lisa
Lisa berbicara di dalam hatinya sambil memegang kepalanya dengan ke dua tangannya, ia bingung kenapa menjadi mendengar nama Kalisa.
"Nanti bukan Kalisa yang memiliki bulu mata seperti Papa, nanti anak Kalisa yang akan seperti Papa."
Lisa mendengar kata-kata dari suara lelaki yang ia yakini kalau suara itu adalah suara Papa mertuanya, karena suara Papa mertuanya memang mirip dengan suara yang ia dengar sekarang.
"Ah! Tidak! Aku bisa gila kalau terus seperti ini!"
Bagas yang mendengar suara teriakan dari menantunya membuat ia terbangun dari tidurnya, ia sangat terkejut saat melihat menantunya yang sedang menutup telinga dengan ke dua tangannya, membuat ia langsung berdiri dan memegang ke dua bahu menantunya.
"Kamu kenapa nak? Apa mimpi buruk lagi?"
Saat di tanya oleh Papa mertuanya Lisa langsung memeluk erat Papa mertuanya.
"Lisa bisa gila kalau seperti ini terus Pa."
"Apa yang membuatmu seperti ini nak?Apa karena mimpi buruk lagi?"
"Karena nama Kalisa Pa, Lisa bisa mendengar dengan jelas kalau wanita paru baya itu berteriak memanggil nama Kalisa, lalu tadi saat Lisa memandang Papa, tiba-tiba saja Lisa mendengar suara Gadis kecil yang mengatakan bulu mata Papa cantik, Lisa tidak tau kenapa menjadi seperti ini?"
"Tenangkan diri kamu nak, semuanya akan baik-baik saja, itu karena mungkin kamu terlalu memikirkan tentang Kalisa, jangan di pikirkan semua itu hanya ilusi semata."
Bagas berbicara sambil mengelus punggung menantunya dan sesekali ia menghela napas berat, ia tidak menyangka kalau menantunya sudah mulai mengingat masa lalunya.
"Sebenarnya mimpi itu terus menghantui kamu sejak kapan?"
"Lisa tidak tau pasti Pa, Lisa lupa, tapi yang jelas seingat Lisa mimpi itu semenjak Lisa SMA."
Lisa memang sudah tidak ingat kapan mimpi itu muncul, tapi yang jelas semenjak mimpi itu muncul tidurnya tidak pernah nyenyak, ia selalu dihantui dengan mimpi itu dan mimpi ke duanya yang selalu menghantui tidurnya adalah mimpi laki dewasa yang memberikan dua kalung pada seorang Gadis kecil.
"Maafkan Papa Kalisa, hingga membuat tidurmu tidak nyenyak, ini memang salah Papa karena Papa yang sudah menghapus ingatanmu." batin Bagas
Cukup lama Lisa memeluk Papa mertuanya hingga pikirannya mulai tenang, tapi ia yakin kalau Papa mertuanya bisa saja kunci dari ingatannya yang hilang.
Walau pun ke dua orang tuanya tidak mengatakan sesuatu dan setiap kali Lisa bertanya tentang mimpinya pada ke dua orang tuanya, ke dua orang tuanya selalu mengatakan kalau semua itu hanya bunga tidur dan penglihatannya selalu mengatakan kalau itu semua hanya ilusi.
"Apa Papa sebelumnya mengenal Lisa?"
Lisa bertanya sambil melepaskan pelukannya, untuk pertama kalinya ia menatap mata Papa mertuanya, biasanya ia tidak pernah berani untuk menatap mata Papa mertuanya dengan intens.
"Memangnya kamu kenapa bertanya seperti itu nak?"
"Tidak tau Pa, tapi parfum yang Papa pakai tidak asing dalam indra penciuman Lisa, lalu pelukan Papa membuat Lisa merasa terlindungi dan sangat nyaman."
Bagas tersenyum lebar saat mendengar jawaban dari menantunya, hatinya sangat senang saat tau kalau pelukannya mampu membuat menantunya nyaman.
"Papa jangan tersenyum begitu."
"Memangnya Papa salah kalau tersenyum? Bukan'kah tidak salah?"
"Memang tidak salah, tapi Papa tidak menjawab pertanyaan Lisa."
Belum sempat Bagas menjawab ucapan dari menantunya, tiba-tiba saja istrinya masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Apa yang kalian berdua lakukan hingga duduk di ranjang yang sama?!!"
Lusi berbicara sambil melangkah ke arah suami dan menantunya, ia tidak menyangka kalau suaminya begitu dekat dengan menantunya.
"Apa yang kamu lakukan Bagas?!"
Bagas langsung berdiri sambil menghela napas berat dan melihat ke arah istrinya, begitu pun dengan menantunya, hanya saja menantunya masih duduk di atas ranjang.
"Apa kamu sedang merayu suami Mama?!!"
"Kita tidak melakukan apa pun Ma."
"Bohong! Pasti kamu sedang merayu suami Mama dengan menyerahkan donat basimu itu'kan?! Harusnya kamu sadar kalau Rafa saja bisa berpaling dengan wanita lain karena donat basimu itu sudah tidak membangunkan nafsunya lagi!"
Lisa menghela napas berat saat mendengar hinaan dari Mama mertuanya, rasanya ia ingin mendengarkan hasutan ke tiga sahabat laknatnya yang menyuruh ia untuk merayu Papa mertuanya sendiri.
"Lusi, jaga bicaramu, kamu boleh menghinaku, tapi jangan pernah menghina menantuku, apa lagi sampai melukai harga dirinya, aku tidak akan tinggal diam jika ucapanmu semakin keterlaluan pada menantuku!"
"Kenapa kamu selalu membela wanita mandul ini Bagas?! Apa yang sudah Lisa berikan hingga kamu terus saja membelanya?!"
"Lisa tidak mandul, dan suatu saat aku yakin kalau Lisa pasti punya anak, jadi berhenti menghina Lisa!"
Lusi tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan dari suaminya, ia merasa lucu saat melihat suaminya selalu membela menantunya, walau pun dari dulu ia dan suaminya tidak pernah sepemikiran, tapi biasanya suaminya tidak pernah peduli dengan apa pun.
"Aku tau kamu seorang dokter, tapi aku tidak pernah percaya kalau kamu bisa membuat wanita mandul ini punya anak, dan kamu Lisa, jangan berharap kamu bisa merayu suamiku, karena sampai kapan pun suamiku tidak akan pernah tertarik dengan donat basimu."
Lisa langsung turun dari ranjang, ia berdiri di depan Mama mertuanya.
"Mama berpikir terlalu jauh, akan Lisa pastikan kalau Lisa bisa mendapatkan Papa karena tantangan gila dari Mama."
Lusi langsung melayangkan tamparan pada menantunya.
Plak...!!
"Dasar wanita mandul!!"
Lisa yang di tampar oleh mertuanya hingga ia tersungkur ke atas ranjang karena tubuhnya memang lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Aerik_chan
authornya bisa aja kepikiran donat basi...
by your side..
2023-06-26
1