Lisa sangat terkejut saat melihat Papa mertuanya menangis, saat itu juga ia melihat Papa mertuanya menangis karena merindukan Kalisa.
Lebih terkejut lagi saat tau kalau Papa mertuanya menghapus ingatan Kalisa, karena yang ia tau saat itu kalau Papa mertuanya mengatakan Kalisa hilang ingatan, tapi faktanya Kalisa bukan hilang ingatan, melainkan sengaja di hapus ingatan masa lalunya.
"Papa memang lelaki brengsek, Papa tidak bisa menjadi Papa yang baik untuk Kalisa karena permintaan almarhum sahabat Papa di masa lalu, Papa melukai hati Kalisa hingga membuat Kalisa membenci Papa."
Bagas berbicara sambil menghapus air matanya dengan sangat kasar, hatinya sakit setiap kali mengingat masa lalunya bersama Lisa.
Apa lagi Bagas selalu melihat bayangan masa lalunya dengan sangat jelas, tapi yang membuatnya menangis karena ia selalu melihat Lisa di tabrak oleh mobil di depan matanya sendiri, dan itu mampu membuat hatinya terluka walau pun sekarang ia sudah melihat Lisa baik-baik saja.
Ada juga ketakutan di hati Bagas saat Lisa sudah bisa mengingat masa lalunya, ia takut Lisa membencinya untuk yang ke dua kalinya, tapi ia tidak bisa terus saja menutupi pakta itu dari Lisa, menurutnya Lisa berhak tau masa lalunya.
Lisa masih diam, ia ingin mendengar cerita selanjutnya dari Papa mertuanya, ia berharap cerita dari Papa mertuanya bisa memecahkan teka-teki dalam mimpinya.
"Papa harus menikahi Lusi atas permintaan almarhum sahabat Papa karena almarhum sahabat Papa ingin Papa memberikan kasih sayang yang lebih untuk Rafa."
"Jadi Rafa bukan anak kandung Papa?"
Lisa bertanya dengan raut wajah terkejut, ia memang melihat dengan jelas kalau perlakuan Papa mertuanya sangat menyayangi suaminya seperti putranya sendiri.
"Iya, Rafa memang bukan anak kandung Papa, Papa menikahi Lusi saat Rafa masih berusia 7 tahun saat Papa baru saja mengangkat Kalisa sebagai putri angkat Papa 3 bulan yang lalu."
Bagas menghela napas berat, ia sudah tidak sanggup menceritakan masa lalunya, karena ingatannya selalu saja pada Lisa saat kecelakaan.
"Apa Papa mencintainya?"
Tiba-tiba saja kata itu terlontar dari mulut Lisa, saat melihat Papa mertuanya menyayangi Kalisa seperti berlebihan, apa lagi saat mencium ia dan menganggap ia sebagai Kalisa, jelas kalau Papa mertuanya seperti sangat mencintainya.
"Kalau kamu tanya Papa mencintai Kalisa? Jawabannya iya, Papa sangat mencintai Kalisa dalam pandangan pertama, hanya Kalisa yang bisa menggerakkan hati Papa, hanya Kalisa yang membuat Papa menangis setelah kematian ke dua orang tua Papa."
Entah kenapa hati Lisa ikut sakit saat melihat Papa mertuanya menangis, apa lagi ia tidak ada kaitannya dengan wanita yang bernama Kalisa, tapi mampu membuat hatinya lebih sakit, bahkan rasa sakit penghianatan dari suaminya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan sekarang.
"Ada apa dengan hatiku, kenapa dadaku begitu sesak saat Papa menceritakan tentang Kalisa?" batin Lisa
Tidak terasa air mata Lisa menetes dengan sendirinya, ia ingin sekali memukul dadanya yang terasa sakit, tapi ia tahan karena ingin mendengar cerita selanjutnya dari Papa mertuanya.
"Kalisa sangat membenci Papa karena Papa bersedia menikahi Lusi, terlebih Papa sudah berjanji pada Kalisa, Papa mau menikahi Kalisa, saat Kalisa meminta Papa untuk menikahinya setelah Kalisa dewasa."
Lisa menghela napas berat, jadi Papa mertuanya dan Kalisa saling mencintai, mereka berdua bukan hanya Papa angkat dan Putri angkat, melainkan mereka menganggap orang yang di cintai.
Tidak heran kenapa Papa mertuanya setiap menceritakan Kalisa selalu menangis, karena Kalisa adalah wanita yang Papa mertuanya cintai.
"Lalu apa selama Papa dan Mama menikah, Papa tidak pernah mencintai Mama hingga sekarang?"
"Tidak, Lusi sudah tau kalau Papa tidak akan pernah belajar mencintainya dan tidak akan pernah belajar menghapus nama Kalisa di hati Papa, Lusi sudah tau kalau suatu saat pernikahan kita akan berakhir setelah Papa bisa mendapatkan kembali Kalisa."
Lisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum samar, ia tidak menyangka ada lelaki yang mencintai seorang begitu tulus, tidak tergerak dengan apa pun, andaikan saja lelaki itu adalah Rafa yang sangat mencintainya, ia akan menangis bahagia.
Lisa sangat kagum dengan Papa mertuanya karena tidak tertarik dengan wanita mana pun selain Kalisa.
"Andaikan saja itu Rafa, aku pasti akan menangis bahagia." batin Lisa
"Lalu sekarang di mana Kalisa Pa?"
"Kalisa sudah menikah."
"Kata Papa Kalisa juga mencintai Papa?"
"Tadi Papa sudah bilang kalau Papa menghapus ingatan Kalisa, Papa tidak sanggup melihat Kalisa menangis saat mengingat ke dua orang tuanya meninggal, dan Papa tidak sanggup saat melihat Kalisa tidak bisa tidur karena teragedi ke dua orang tuanya, termasuk Papa tidak sanggup saat Kalisa membenci Papa karena Papa menerima permintaan dari almarhum sahabat Papa."
Lisa pikir perkara rumah tangganya sangat menyakitkan, nyatanya percintaan Papa mertuanya lebih menyakitkan dari pada percintaannya.
Lisa menghapus air mata Papa mertuanya dengan ke dua ibu jarinya dan air matanya masih mengalir deras.
"Lisa tidak tau kenapa hati Lisa sangat sakit saat Papa bercerita tentang Kalisa, mungkin karena kisa percintaan Papa lebih menyakitkan dari pada masalah rumah tangga Lisa."
Bagas langsung menarik menantunya dalam pelukannya.
"Kalisa, Papa berharap suatu saat nanti kamu bisa mencintai Papa, dan memaafkan semua kesalahan Papa." batin Bagas
Lisa juga membalas pelukan dari Papa mertuanya sambil menghela napas berat.
"Betapa beruntungnya wanita yang di cintai oleh Papa, Papa melakukan apa pun untuk Gadis yang di cintainya, hanya saja kesalahan Papa menerima permintaan sahabatnya yang menikahi Mama, hingga Papa di benci oleh Kalisa." batin Lisa
Cukup lama mereka berdua berpelukan hingga mereka berdua melepaskan pelukannya.
"Pa, Lisa minta maaf karena telah lancang bertanya tentang foto Gadis yang ada di laptop Papa, hingga membuat Papa menangis."
"Tidak apa-apa, kamu berhak tau semua tentang masa lalu Papa, agar Papa juga tidak menanggung masalah Papa seorang diri, karena selama ini Papa tidak pernah menceritakan masa lalu Papa."
Lisa hanya menganggukkan kepalanya, ia memang merasa tidak enak hati saat melihat Papa mertuanya menangis karena menceritakan tentang Kalisa.
"Lebih baik kamu tidur nak, sekarang sudah jam 4 pagi, kamu harus banyak istirahat."
Bagas berbicara sambil menumpuk dua bantal untuk menantunya rebahan.
"Papa tau Lisa memiliki darah rendah dari siapa?"
Memang pertanyaan itu sudah ingin Lisa lontarkan saat itu juga, tapi baru sekarang ia menanyakannya.
"Mana mungkin Papa tidak tau kalau kamu memiliki darah rendah, Papa seorang dokter, masa iya Papa tidak tau tentang hal itu?"
Lisa mengerutkan keningnya sesaat saat mendengar jawaban dari Papa mertuanya, ia tidak menyangka kalau Papa mertuanya ternyata seorang dokter, apa lagi selama ini setiap orang rumah sakit, pasti selalu memanggil dokter keluarga, yaitu dokter Rina.
"Papa memiliki alasan kenapa Papa kuliah lagi saat itu, karena Papa ingin menjaga Kalisa dengan baik, jadi Papa kulih lagi untuk ke 3 kalinya mengambil jurusan dokter."
Lisa yang mendengar ucapan dari Papa mertuanya, lagi-lagi ia kagum dengan Papa mertuanya yang rela melakukan apa pun hanya untuk wanita yang di cintainya.
"Papa hebat, Papa mau melakukan apa pun untuk Kalisa, andai'kan saja Kalisa sudah mengingat segalanya tentang Papa, mungkin Kalisa sangat bangga dengan Papa."
"Papa harap juga begitu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
anggita
👍👌.,
2024-01-22
1
mom mimu
dua like dan satu iklan mendarat kak, semangat 💪🏻💪🏻
2023-06-27
1
Aerik_chan
Baik bener...
By your side,
2023-06-24
0