WSMC.18

Semua kejadian itu tak luput dari penglihatan dari dua pria yang masih berdiri di depan pintu, mereka adalah Emry dan Dzacky. Atas kejadian itu, Emry berharap jika Dzacky tidak berbuat onar disana.

"Yakin masih ingin masuk?" Meminta persetujuan dari Dzacky, Emry tidak ingin sahabatnya itu semakin terluka.

"Hem, lagian aku juga sudah mengikhlaskannya Emry. Kau tidak perlu khawatir, ayo."

Isi pikiran Emry saat itu benar-benar tidak habis pikir, memiliki sahabat yang aneh-aneh dengan sikapnya. Bahkan dirinya juga sering tergoda menjadi seperti itu.

"Enak ya, kita disini jadi lumutan." Sindir Dzacky berjalan menghampiri Cakra dan Ayara.

Sontak saja mendengar suara itu, membuat Ayara mendorong tubuh Cakra dengan kuat sehingga membuat pria itu harus mendarat dengan selamat di lantai.

Bugh!

"Mmmm hahaha." Pecah sudah tawa Dzacky maupun Emry, pemandangan itu sangatlah langka.

"Diam kalian!" Teriak Cakra dengan rasa sakit serta malu karena terjatuh.

Hal tersebut membuat kedua pria itu berlindung pada sisi Ayara, karena saat itu. Cakra dalam keadaan yang sangat menyeramkan. Namun untuk Ayara, dia sedikit terhibur oleh lelucon yang perlihatkan oleh mereka.

"Hai, kita bertemu lagi. Aku harus memanggilmu apa? Kakak, kakak ipar atau sayang. Karena pria batu itu tidak akan menyukai jika orang yang dia cintai tidak mempunyai nama panggilan. Apalagi kalau kamu mengobrol lama dengan pria, yang ada pria itu akan bernasib sial." Dzacky langsung menghampiri Ayara.

"Kau!" Geram Cakra melihat Dzacky mendekati wanitanya.

"Betulkan apa yang baru saja aku ucapkan, aduh. Sayang, eh kakak ipar tolong bantu. Aku bisa tamat ini." Dzacky mengerang saat Cakra sudah menepuk kepalanya.

Secepat kilat, Dzacky menghindari dari serangan lanjutan dari Cakra. Akan tetapi, ia hanya berputar-putar disamping Ayara untuk mencari pembelaan. Karena Dzacky tahu, jika hanya Ayara lah yang bisa menolongnya.

"Kakak ipar, tolong!"

"Jangan lari kau! Hei, jangan menyentuhnya!"

Dari kejauhan, Emry hanya bisa menghela nafas berat dan duduk manis menyaksikan aksi kejar-kejaran yang dilakukan oleh dua pria aneh.

"Argh!" Ayara berteriak ketika dirinya hampir terjatuh dari atas tempat tidur.

"Sayang!"

"Kakak ipar!"

Tangan kekar itu terlebih dahulu mengapainya, sehingga Ayara aman dari jatuh. Namun orang yang menyelamatkannya langsung menarik kedua telinga mereka sangat kuat, setelah memastikan Ayara tidak terjatuh.

"Kalian ini, sudah tua tapi kelakuan seperti bocah! Kalian berdua! Duduk disana dan jangan bergerak sedikitpun."

Tidak berani membantah sedikitpun, Cakra dan Dzacky segera duduk manis didekat Emry. Sungguh senyuman yang diperlihatkan oleh Emry begitu manis, bahkan bisa membuat semut menyukainya.

"Mampus, rasakan." Seringai Emry menjauh dari keduanya.

Penyelamat Ayara adalah Adhitama Damendra, ia hadir disana karena permintaan dari sang istri. Namun begitu ia sampai, apa yang ia lihat saat itu benar-benar membuatnya geram.

"Kamu tidak apa-apa nak?" Tanya Damendra kepada Ayara yang terdiam.

"Sa saya tidak apa-apa tuan." Jawab Ayara yang menunduk.

"No! Daddy dan bukan tuan, biasakanlah. Hah, daddy harus menghukum mereka dulu. Dan ini, titipan dari mommy untukmu." Menyerahkan sebuah bingkisan dalam paper bag kecil kepada Ayara.

Dalam keadaan yang membingungkan, Ayara menerima bingkisan tersebut dengan ragu. Namun Damendra menyakinkannya, sehingga Ayara menerimanya dan tersenyum.

"Terima kasih, tu.. Dad dy."

Tangan kekar itu mengusap kepala Ayara dengan perlahan, lalu ia berjalan mendekati kedua terdakwa yang sedang duduk tidak manis.

"Apa yang mommy titipkan?" Tanya ketus Cakra pada Damendra.

"Tanya sendiri dengan mommy mu, setelah ini. Kembali ke perusahaan, biarkan Ayara disini beristirahat. Adanya kalian disini bukannya membuat pasien sembuh, yang ada malah semakin parah."

"Tidak!" Jawab Cakra dan Dzacky bersamaan.

Keduanya saling bertatapan atas jawaban tersebut, suasana pun terasa semakin menegangkan. Emry memilih beranjak dari tempatnya, dan mengisyaratkan pada Ayara untuk pamit, dan Ayara pun menanggapi isyarat itu.

"Kembalilah ke perusahaan, jangan membebani orang lain akan tugasmu. Dan kau juga, kenapa kalian menjadi pemalas seperti ini." Ketus Damendra menghadapi kedua pria yang kini ada dihadapannya.

"Siapa yang akan menjaga Ayara, dad? Perusahaan ada Emry yang menghandlenya, daddy pun kenapa meninggalkan perusahaan?" Sudut bibir Cakra tertarik ke atas.

"Dasar anak ini, daddy menghantarkan pesanan mommy mu. Kasihan Ayara dengan adanya kalian disini, dia tidak bisa istirahat dengan baik. Sepertinya Ayara yang harus menjelaskan pada klaian bedua, Ayara. Katakan pada mereka."

Kaget, bingung dan juga merasa tidak enak dengan apa yang terjadi. Awalnya, Ayara tidak ingin memperkenalkan suasana. Namun, Damendra menyakinkan dirinya untuk mengatakannya.

"Mmm, be benar apa yang dikatakan oleh tu... daddy. Pekerjaan lebih penting dan membutuhkan kalian, disini sudah ada perawat yang menjaga." Jelas Ayara singkat.

"Ah. Benar juga apa yang kakak ipar katakan. Aku akan menurutinya." Dzacky memilih untuk segera berlalu dari sana.

Takh!!

"Arkh!" Erang Dzacky dengan mengusap kepalanya yang terkena sambutan dari tangan Cakra.

"Jangan sembarangan memanggilnya." Geram Cakra kepada Dzacky.

"Iya iya, dasar pencemburu sekali. Paman, aku permisi dulu ya. Dada kakak ipar, hahaha." langkah kabur adalah pilihan terakhir yang Dzacky ambil, sebelum ia mendapatkan amukan dari Cakra.

Benar-benar kocak sekali, Damendra menggelengkan kepalanya dengan sikap putra serta sahabatnya. Setelah menyakinkan jika Cakra akan bekerja, Damendra pamit undur diri. Tak lupa ia mengusap kepala Ayara sebelum pergi, sebagai tanda jika dirinya juga telah menganggap Ayara sebagai putrinya sebagaimana dilakukan oleh Yuri.

"Aku kerja dulu, tidak apa-apakan kalau aku tinggal?"

"Iya, tidak apa-apa. Terima kasih."

Cakra membereskan sedikit barang-barang miliknya, namun rasanya begitu berat jika dirinya harus berjauhan dari wanitanya.

"Saya tidak apa-apa tuan, disini banyak sekali perawat yang jaga. Fokuslah bekerja." Ayara begitu merasa tidak enak jika Cakra terus-terusan berada di rumah sakit untuk menjaganya.

"Huh! Baiklah, berikan nomor mu. Hubungi aku terus." Cakra menyodorkan ponsel miliknya.

Menerima ponsel tersebut, lalu Ayara menyakin nomor ponsel miliknya. Setelah semuanya selesai, Cakra pun beranjak dari sana dan membuat Ayara bisa bernafas dengan lega.

Terpopuler

Comments

Emak Kam

Emak Kam

bagus, emak ikut senyum senyum sendiri membayangkan tingkah Cakra dan Drake😁

2024-04-23

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Cakra bucin akut 🤣👍❤

2024-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!