WSMC.10

Semuanya sedang larut dalam percakapan yang terjadi, suasana sungguh begitu tenang dan akrab. Apalagi dengan sikap para pria yang ada disana, membuat mereka semakin nyaman.

Tak berselang lama kemudian, secara tiba-tiba kursi yang ditempati oleh Eliot, ditarik secara paksa dan orangnya sudah berdiri. Berganti dengan orang yang baru untuk menempatinya, berwajah dingin serta datar.

Tukh!

"Aaa.. Nany!"Suara keras itu bergema.

"Apa? Tidak sopan, datang-datang nyelonong saja. Apa aku ini, kau anggap tidak ada." Suara nany pun tak kalah mengagetkan.

"Iya iya, maafkan aku." Orang tersebut adalah Cakra, dengan mengusap kepalanya yang terkena pukulan dari tongkat milik nany.

Dengan wajah tanpa bersalah, ia langsung duduk bersebelahan dengan Ayara. Seakan mengetahui situasi saat itu, Emry menarik kedua pria lainnya untuk berpindah tempat. Dan nany, hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh ketiga anak-anaknya itu. Tanpa bertanya lagi, seolah mengetahui arti dari kepergian mereka dari tempat tersebut dan hanya meninggalkan dua orang disana.

"Betah?" Sebuah pertanyaan yang seketika terlintas dalam pikiran seorang Cakra.

"Hah? Maksud anda tuan?" Ayara kaget dengan apa yang Cakra ucapkan padanya.

"Kemana saja kamu selama ini, hah? Aku menunggu kamu untuk datang dan bekerja, tapi malah menghilang. Apa salahnya jika menghubungiku untuk masalah pekerjaan." Terkesan ketus namun mempunyai arti dalam perkataan tersebut.

Kepala Ayara menengok ke arah Cakra dan memasang muka heran serta bingung pada pria itu, perkataannya masih saja ketus dan terkesan tinggi.

"Setiap orang, mempunyai hak untuk memilih. Termasuk untuk memilih pekerjaan dan hidup, apa saya harus mematuhi anda yang saya pun tidak mengenal anda sama sekali." Jawab Ayara menggunakan wajah seperti sedang bergurau.

"Sangat aneh sekali tuan." Beranjak dari tempat duduknya, Ayara harus benar-benar menjauhi pria yang ada dihadapannya.

Sebelum kaki itu melangkah, tangan Cakra menahan Ayara untuk menjauh darinya. Hal tersebut semakin membuat Ayara tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh pria aneh itu, memberintak untuk melepaskan diri. Sekelas dan sekuat apapun Ayara mencoba untuk melepaskan diri, semua tidak sebanding dengan apa yanh dimiliki oleh Cakra.

Pada saatnya, kesabaran Ayara sudah semakin menipis. Memilih jalan terakhir yang ia punya, yaitu dengan menginjakkan kakinya pada kaki Cakra menggunakan tenaga yang benar-benar full.

"Arkh! Apa yang kau lakukan, hah?!" Erang Cakra menarik kakinya dan meringgis atas rasa sakit pada kakinya.

"Jangan menganggap semua orang bisa menuruti apa yang anda inginkan tuan." Ayara menatap Cakra dengan tatapan tajam.

"Diam! Kau tidak berhak untuk membantah dan juga menolak. Dan sepertinya kamu harus diberikan sedikit paksaan, ayo!" Menarik tangan Ayara begitu saja untuk mengikutinya.

"Lepaskan! Hei tuan, lepaskan." Ayara memberontak.

"Diam, atau kamu mau aku melakukan hal yang dapat membuatmu tidak dapat menikmati dunia lagi!"

Degh!

Ayara kaget, entah itu ancaman atau bukan. Yang jelas telah membuat dirinya takut, apalagi ia merasa jika pria dihadapannya ini bukanlah pria sembarangan. Cakra terus membawa Ayara bersamanya, melewati ketiga sahabatnya beserta nany disana.

Awalnya, nany sempat ingin menghalangi Cakra untuk membawa Ayara. Namun hati kecilnya merasakan jika gadis itu akan aman bersama Cakra.

Sang asisten kepercayaan dari Cakra sedang memijat keningnya, sedangkan Eliot menikmati drama yang terjadi. Untuk Dzacky, tanpa diduga. Pria itu menjadi pendiam dan tidak seperti biasanya, tentunya hal itu membuat Liam menaikan salah satu alis matanya.

"Semoga saja, Ayara dapat melupakan hati anak itu. Ah, sudah lama sekali tidak melihatnya mengandeng tangan wanita. Dan kalian, pulanglah. Toko akan nany tutup, tidka akan ada pelangan lagi hari ini. Ayo." Nany meminta ketiga pria disana untuk membantunya menutup toko, karena yang menjadi daya tarik dari toko tersebut sedang dibawa kabur oleh anak asuhnya yang sangat keras kepala.

Setelah selesai dengam toko, nany pun pulang dengan dihantarkan oleh Eliot dan Emry. Untuk Dzacky, ia bersama Liam masih berdiri didepan toko tanpa pergerakan untuk segera pulang.

Menatap wajah Dzacky yang sudah terlihat tidak baik, dalam pikiran Liam pun terlintas jawaban dari penyebab hal tersebut. Perlahan ia berdiri disisi Dzacky yang termenung.

"Kau menyukainya?" Pertanyaan singkat yang Liam ucapkan.

Tatapan kosong yang Dzacky berikan, seakan menjawab apa yang sudah Liam pertanyakan. Tersenyum melepas semua ketegangan yang ada, tangan Liam menepuk pundak Dzacky perlahan.

"Biarkan dia bahagia bersamanya, jika kau menyukainya. Lepaskan dia untuk mendapatkan kebahagian itu bersama orang yang tepat, dia wanita yang baik. Lupakanlah." Liam berlalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Dzacky yang masih termenung.

Terpopuler

Comments

Royani Arofat

Royani Arofat

dzaky cinta pada pandangan pertama?

2024-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!