Ada rasa terharu dan bahagia yang dirasakan Yuri saat ini, dimana putranya mengatakan sendiri mengenai perasaannya. Dan hal ini sudah begitu lama ia tunggu-tunggu, Yuri meraih tangan anaknya dan menggenggamnya dengan penuh kelembutan dari seorang mama.
"Benarkah itu nak? Mommy sangat bahagia mendengarnya, bolehkah mommy tahu siapa orangnya?" Yuri menatap Cakra dengan tersenyum.
Sejenak Cakra menatap wajah sang mommy, namun disaat pikirannya terlintas bayangan Ayara. Ia segera membuang pandangannya, ada rasa segan namun hatinya mengatakan jika saat ini, ia butuh nasihat dari mommy nya.
"Entahlah mom, aku takut jika ini hanyalah sebagian dari ke egoisanku saja." Cakra tertunduk.
Melihat putranya seperti itu, membuat Yuri menjadi sedih. Ia tahu jika anaknya mempunyai kenangan buruk dengan namanya wanita, disaat dirinya sangat menyayangi dan mencintai orang tersebut. Tapi dengan mudahnya, wanita itu berpaling dan pergi begitu saja. Membawa semua perasaan yang diberikan oleh Cakra padanya, dan kali ini semuanya itu menyapa Cakra kembali.
"Yakinkah dulu hatimu nak, jangan terlalu mendapatkan ke egoisan untuk mendapatkan sesuatu yang menurutmu baik namun tidak bagi orang lain."
"Apa wanita itu juga mempunyai perasaan yang sama denganmu nak?" Pertanyaan yang cukup tajam untuk Cakra.
Duar!!
Seakan membenarkan apa yang sudah di ucapkan oleh mommy nya, Cakra terdiam. Menyadari jika dirinya memang memaksakan perasaan yang ia miliki kepada Ayara, tanpa mempertimbangkan bagaimana posisi Ayara.
"Nak, cobalah untuk perlahan-lahan memahami perasaan setiap orang. Tidak semua orang bisa menerima apa yang kita inginkan, apalagi itu terjadi secara satu sisi saja. Mommy minta maaf, belajarlah dari pengalaman yang dulu pernah kamu rasakan."
"Untuk berada dekat dengan kita saja, setiap orang mempunyai perbedaan. Ada yang suka, benci bahkan ada yang merasa tidak pantas untuk sekadar berdiri didekat kita. Untuk itu, mommy harap kamu bisa memahami itu semuanya nak."
Ucapan tersebut sekaligus nasihat untuk seorang Cakra dalam menghadapi perasaan yang kini ia rasakan. Dan itu benar-benar tidak dipikirkan oleh dirinya, selama ini ia selalu keras kepala dan tidak tergoyahkan oleh apapun jika sudah berkehendak.
Pada akhirnya, Cakra menceritakan semua yang ia rasakan dan lakukan kepada Ayara. Lalu Yuri hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya setelah mendengar cerita dari putranya itu, memang tidak mudah untuk menyembuhkan kekecewaan yang pernah di alami oleh seseorang.
"Hanya satu pesan mommy, jika kamu merasa yakin akan apa yang kini menjadi tujuanmu. Raihlah dengan cara terbaik, tanpa menggunakan ke egoisan dan apalagi harta. Tapi, kalau tujuan itu sudah terlihat tidak baik. Tinggalkan dan carilah yang benar-benar bisa menjadikan dirimu yakin akan hal itu. Mommy dan daddy selalu mendukungmu, nak."
Mengusap kepala Cakra dengan perlahan, Yuri tahu jika putranya saat ini sedang jatuh cinta. Untuk siapa orangnya dan darimana ia berasal, dirinya tidak ingin tahu. Karena, saat ini putranya hanya membutuhkan dukungan dan peredam rasa ke egoisan dalam dirinya.
"Terima kasih, mom." Cakra memeluk Yuri dengan erat, karena hanya dengan mommy nya lah dia bisa merasakan ketenagan sampai pada saat ini.
.
.
.
.
Dalam keadaan tidak sehat, Ayara masih memaksakan dirinya untuk bekerja. Ia tidak tega membiarkan nany sendirian mengurus toko dan para pelangannya, dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan yang ia miliki. Walaupun bik Leha sudah semaksimal mungkin mencegah Ayara agar tidak pergi, namun itu semuanya tidak berhasil.
"Selamat datang." Ayara menyapa pelanggan yang baru saja masuk ke dalam toko bunga.
"Saya mau cari bunga yang bisa melambangkan kasih sayang, bisa anda membantunya?" Ujar pelanggan tersebut kepada Ayara.
"Baiklah tuan, ada beberapa jenis bunga yang melambangkan kasih sayang. Tapi, toko kami hanya mempunyai dua jenis saja. Yaitu Mawar dan tulip, itu disana tuan." Ayara menunjukkan kepada pelangan tersebut bunga yang ia tanyakan.
Keduanya bersama melihat bunga tersebut, perlahan tangan Ayara bertumpu pada dinding didekatnya agar tubuhnya tidak jatuh. Tak lama kemudian, nany telah tiba. Dan Ayara mulai merangkai bunga yang sudah pelanggannya inginkan, setelah pembayaran telah selesai. Dan bunga tersebut akan dikirimkan kepada orang yang dituju.
"Nak, wajahmu terlihat sangat pucat sekali. Kamu sakit?" Nany terlihat cemas.
"Tidak nany, Aya baik-baik saja." Ayara menyakinkan nany.
"Aya mau hantar pesanan dulu ya nany, tidak apa-apakan nany Aya tinggl sebentar?" Ada perasan tidak enak pada nany yang sendirian di toko.
"Hahaha, kamu ini. Nany sudah terbiasa sendiri sebelumnya, tapi kamu jangan lama-lama ya. Nanti nany pusing menghadapi pelanggan yang datang mencarimu nak."
"Nany bisa saja bercandanya, Aya berangkat dulu nany."
"Iya nak, hati-hati di jalan."
Dengan memesan taksi online, Ayara berangkat menuju alamat yang tertuliskan pada nota pembayaran toko. Akan tetapi, kepala Ayara semakin berdenyut tak tertahankan. Ia hanya bisa memejamkan kedua matanya selama perjalan, saat tiba pun ia harus disadarkan oleh sang supir.
Setelah turun dari taksi, Ayara kembali melihat alamat tersebut dan benar adanya. Bangunan mewah seperti istana yang Ayara lihat, benar-benar menakjubkan. Meminta persetujuan dari penjaga yang ada, lalu Ayara diminta menghantarkan bunga tersebut langsung pada orangnya.
Tidak ada kecurigaan pada diri Ayara, karena ia belum terlalu paham dengan pekerjaannya saat ini. Lagi-lagi tubuhnya seakan tidak bisa menahan rasa sakit pada kepalanya yang sudah tak tertahankan, ia berhenti sejenak dan berjongkok didepan pintu besar.
Klek!
Mendengar suara pintu terbuka, Ayara bergegas berdiri dan menyapa orang tersebut. Betapa kagetnya Ayara saat mengetahui siapa orang tersebut, tatapan tajamnya sekaan tidak teralihkan dari dirinya.
"Anda.."
"Kenapa lama? Bukannya saya meminta dihantarkan tepat waktu? Ini sudah terlalu lama, kamu ini bisa kerja apa tidak!" Begitu ketus ucapan yang di ucapkan oleh orang tersebut yang tak lain adalah Cakra.
"Siapa nak?" Suara wanita dari bali, tubuh pria jangkung dan kekar itu.
"Ini mom, kurir toko langganan mommy telat menghantarkan pesanan." Jelas Cakra.
Sedikit menyampingkan tubuh Cakra untuk bisa berjalan, Yuri melihat siapa yang anaknya maksud.
"Loh, ini kan." Yuri mengenali wajah Ayara.
"Maaf nyonya, pesanannya sedikit terlambat. Soalnya kurir yang biasa menghantarkan pesanannya sedang tidak masuk, mohon maaf nyonya." Ayara lupa jika ia pernah bertemu.
"Tidak apa-apa nak, terim kasih ya." Yuri menerima bunga tersebut dari tangan Ayara, tanpa sengaja ia melihat luka lebam dan tubun Ayara terasa panas.
Selesai menyertakan pesanannya, Ayara bermaksud untuk segera kembali. Lagi-lagi, Cakra menahan lengannya secara tiba-tiba dan membuat Ayara berteriak.
"Argh! Le lepas tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments