WSMC.16

Operasi telah dilakukan dan berhasil, kini Ayara sudah berada dikamar perawatan.

"Operasinya berhasil, sekarang kita fokuskan pada proses pemulihan. Sepertinya dia wanita yang pas untuk mendampingimu, karena dia adalah wanita yang kuat. Sakit kepalanya saja bisa ia tahan, apalagi dengan watakmu yang keras seperti batu." Matteo selalu puas jika berhadapan dengan Cakra.

"Terserah paman saja." Pandangan mata Cakra tak lepas dari terus memandangi Ayara yang masih terlelap.

Menarik kursi dan duduk berdampingan dengan tempat tidur yang Ayara tempati, bersandar dengan bersedekap tanpa mengalihkan pandangannya.

Entah mengapa, melihat keadaan wanita didepannya ini. Membuat Hati Cakra terasa sakit, ditambah ia mengetahui perbuatan keluarganya yang dimana seharusnya memberikan serahkan kasih sayang sebagai pengganti kedua orangtuanya. Tapi itu tidak terjadi pada kehidupan Ayara, malah ia harus, menghidupi dirinya sendiri. Jika tidak ada pengaruhnya, baik Leha yang ikut serta merawatnya. Maka tidak bisa dipastikan bagaimana keadaan Ayara saat ini, benar-benar membuat orang lain menggelengkan kepala.

Mengetahui keponakannya mengalami sesuatu gejolak dalam hatinya, Matteo pamit undur diri dan kembali melaksanakan tugasnya. Dan selama Ayara belum membuka matanya, Cakra selalu setia menemaninya. Dan tentu juga bersama bik Leha disana, ia tidak berani untuk menyentuh Ayara yang masih terpasang alat-alat rumah sakit karena itu akan menyakiti Ayara menurut isi pemikiran Cakra.

"Bibik istirahat saja, biar saya yang jaga." Ujar Cakra kepada Leha.

"Tidak apa-apa tuan, bibik belum mengantuk. Apa tuan mau sesuatu untuk dimakan? Nanti bisa bibik belikan." Leha juga tahu, jika Cakra ingin bersama dengan Ayara.

"Apa tidak merepotkan?"

"Tidak tuan, bibik malah senang."

Akhirnya Cakra menyetujui usulan dari bik Leha untuk dirinya, karena memang hari itu ia belum memakan makanan yang berat. Mengeluarkan isi dari dompet yang ia punya, menyerahkan beberapa lembar uang yang nominalnya cukup besar kepada Leha.

"Tidak tuan, bibik masih ada uang. Ini disimpan saja buat biaya pengobatan non Aya." Leha juga tahu, jika pengobatan Ayara membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Ambil saja bik, karena saya tidak menerima penolakan." Cakra meraih tangan bik Leha dan menaruh uang tersebut pada telapak tangan wanita tersebut.

"Tapi tuan.."

Cakra hanya tatapan dingin dan menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak ada penolakan, bik Leha pun menganggukan kepalanya dan segera berlalu.

Tiba-tiba saja ponsel milik Cakra bergetar, pada layarnya terlihat jika seseorang yang tidak pernah ia harapkan itu kembali merusak waktunya. Dengan cepat jemari Cakra merijeknya dan memblokir nomor tersebut, benar-benar membuat emosinya kembali memburuk.

"Kenapa kamu terlalu kuat untuk menghadapi kehidupan ini, Ayara? Setelah ini, aku tidak akan membiarkanmu sendirian dalam menghadapi apapun. Jangan pernah berpikir untuk bisa pergi ataupun menghilang dari hidupku, karena aku mencintaimu."

Perlahan Cakra meraih telapak tangan Ayara yang masih tertancap jarum infus, lalu ia memberikan sedikit sentuhan penyemangat. Karena terlalu larut dalam suasana, sehingga Cakra tidak menyadari jika seseorang memasuki kamar tersebut.

Sret!!

"Aduh! Mommy!" Melihat wajah orang yang menarik telinganya, membuat kaget dirinya.

"Kamu ya, suka bener mengambil kesempatan dalam kesempitan. Minggir sana, biar mommy yang duduk disini." Yuri memaksa putranya berpindah tempat menjadi berdiri.

"Mommy, ngapain juga kemari. Merusak suasana saja, daddy tidak ikut?" Mengusap telinga yang berdenyut akibat dari tarikan tangan mommy nya, benar-benar menyakitkan.

"Seperti biasa, daddy sedang merusak perusahaanmu bersama Emry." Ketus Yuri dan berbohong kepada Cakra.

"Maksud mommy?" Kening itu berkerut sangat banyak.

"Silent, cari tahu sendiri." Dalam hati Yuri, ia sangat ingin sekali untuk tertawa.

Tanpa mengucapkan pamit ataupun yang lainnya, Cakra keluar dari kamar perawatan Ayara. Dan itu membuat tawa Yuri pun pecah.

Rasakan, siapa suruh sentuh orang sembarangan. Awas saja anak itu, Ayara harus aman dari Cakra.

"Halo anak mommy yang cantik, bangun ya." Yuri begitu jatuh hati disana pertama bertemu dengan Ayara.

Sudah ia duga pada saat itu, dimana tangan Ayara terluka. Karena luka tersebut bukan akibat dari kelalaian diri sendiri, namun sepertinya memang sengaja dilakukan orang lain.

"Pemisi." Leha yang baru saja masuk menjadi kaget, karena bukan Cakra yang berada disana.

"Iya, silahkan masuk." Sapa Yuri dengan ramah.

Dalam keadaan bingung, Leha langsung saja menutup pintu dan menaruh paper bag dari tnagannya. Melihat kebingungan dari Leha, Yuri segera bangkit dan menghampirinya.

"Saya mommy nya Cakra, kita pernah bertemu kan sebelumnya?" Tatap Yuri dengan tersenyum.

"Iya nyonya, maaf. Saya tidak langsung ingat."

"Tidak apa-apa, putra saya sudah menceritakan semuanya. Terima kasih sudah merawat dan menemani Ayara bik, saya benar-benar tidak habis pikir semuanya itu terjadi pada Ayara."

"Non Aya bukan lagi kuat nyonya, dia sepertinya sudah kebal dengan hal-hal yang dilakukan keluarga padanya. Saya tidak bisa membantunya disaat perlakuan kejam ia terima, jika saya menentang. Maka non Aya semakin menderita, itu membuat saya bersalah seumur hidup saya." Air mata Leha lolos begitu saja, disaat menceritakan apa yang dialami oleh Ayara.

"Ya sudah bik, saat ini. Ayara sudah terlepas dari mereka, nanti kalian bisa ikut sama saya dan bisa juga dengan Cakra. Sekarang kita fokus untuk kesembuhan Ayara dulu, bibik beli makanan? Aduh, ayo dimakan. Jadinya saya yang tidak enak." Yuri melihat paper bag yang baru di letakkan Leha.

"Ah ini, ini pesanannya tuan Cakra nyonya. Tadi saya pikir, tuan belum makan."

"Siapkan saja bik, sekalian bibik makan juga ya. Biar yang sakit lekas pulih dan yang jaga juga sehat, benar kan?" Senyuman Yuri seakan mengikis jarak diantara mereka.

Keduanya pun menikmati obrolan sembil menemani Leha memakan makanannya, dan dengan kasar pintu terbuka. Terlihat Cakra masuk dan menatap tajam ke arah Yuri, yang dimana hanya dibalas dengan senyuman kemenangan pada putranya.

"Mommy benar-benar sekali, awas saja." Gerutu Cakra lalu tangan ditarik Yuri untuk ikut bersama mereka.

"Makan dan diam, Ayara pasti tidak suka dengan pria cerewet seperti kamu. Ayo bik, lanjutkan makannya. Abaikan saja anak ini, anggap saja tembok."

"Mom!" Sifat manja itu terlihat jelas dari seorang Cakra.

"Hahaha."

Sebelumnya Leha merasa canggung untuk duduk bersama dengan orang besar seperti mereka, akan tetapi Yuri telah membuang batasan itu sehingga suasana menjadi nyaman.

Terpopuler

Comments

Yuni Zizi

Yuni Zizi

saya suka

2024-03-22

0

Videlia Laia

Videlia Laia

cerita nya bagus thor. suatu saat pasti byk yg baca ttp semangat

2023-06-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!