WSMC.19

Setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit, dan kini Ayara diperbolehkan untuk pulang. Namun, dalam pikirannya. Ayara bingung harus pulang kemana, dimana ia tahu jika Cakra mendatangi rumah pamannya.

"Bik, Aya pulang kemana? Apa kita sewa rumah kontrakan saja, kan masih ada uang tabungan."

"Iya juga ya non, bibik juga merasa tidak enak dengan nyonya Yuri. Mereka terlalu baik."

"Kita cari kontrakan saja ya bik, semuanya sudah bereskan?" Mastikan jika tidak ada barang-barang yang tertinggal.

"Iya non, semuanya sudah dibawa."

Ketika semuanya sudah siap, Ayara yang sudah diperbolehkan pulang pun merasa sangat senang. Niat awalnya adalah pulang ke rumah Cakra namun pada akhirnya mereka merubahnya dan mencari kontrakan adalah jalan yang terbaik.

Saat membuka pintu, alangkah kagetnya mereka berdua saat mendapati Cakra bersama dengan Emry sudah berdiri disana. Dan tatapan tajam pun didapatkan Ayara dan Bik Leha, mereka hanya bisa terdiam.

" Mau kemana? Sudah aku bilang untuk menungguku kan." Nada bicara Cakra sedikit tinggi dan terkesan seperti orang sedang marah.

Cakra berjalan masuk ke dalam ruangan yang sebelumnya Ayara tempati, dimana membuat Ayara dan bik Leha pun ikut masuk kembali ke dalam ruangan itu dengan berjalan mundur. Ada sedikit rasa ketakutan pada mereka, namun tak ingin diperlihatkan.

"Mau kemana?" Cakra meraih tangan Ayara.

"Lepas tuan, kami ingin pergi. Karena pihak rumah sakit sudah mengizinkan saya pulang, lepas tuan." Ayara sedikit memberontak saat tangan Cakra mulai terasa menyakitkan.

"Jangan pernah kabur, karena aku tidak menyukai nya. Kamu akan ikut denganku, jangan pernah berpikir untuk pergi begitu saja."

"Tapi tuan, kita tidak boleh satu atap. Apa nanti yang akan orang lain katakan." Tolak Ayara dengan terus memberontak.

" Tidak ada yang perduli dengan ucapan orang lain." Tegas Cakra.

"Sayangnya saya perduli, tuan terhormat. Lepas!" Kali ini, Ayara menegaskan ucapannya.

Tangan Cakra pun terlepas dan sedikit terhempas oleh hentakan tangan Ayara, dan itu membuat emosi Cakra terpancing. Kedua matanya memerah menatap Ayara, namun itu langsung dihapus oleh Emry.

"Jangan membuat masalah, ini rumah sakit." Ucap Emry yang menghalangi Cakra.

"Diam kau!" Cakra mendorong Emry hingga hampir terjatuh.

Kembali Cakra mendekati Ayara, ia mencengkram kuat rahang Ayara hingga wajahnya memerah. Biasanya Ayara selalu lemah untuk berhadapan dengan hal seperti ini, namun kali ini ia berusaha sekuat tenaga untuk melawannya.

"Apa yang aku lakukan selama ini, apa belum cukup untukmu percaya padaku hah?!! Kenapa kau selalu saja membuatku terlihat buruk, Ayara!"

"Aku tidak memintanya, anda sendiri yang memperburuk semuanya." Balas Ayara yang mulai merasa lelah dengan perlakuan Cakra padanya.

Membalas apa yang di ucapkan oleh Cakra padanya, membuat Ayara tidak habis pikir dengan jalan pikiran dari pria itu. Terkesan terlalu memaksa dan tidak mau menerima masukan dari orang lain, benar-benar membuat Ayara lelah.

"Pergilah, pergi sejauh yang kamu mau. Bila perlu menghilanglah dari bumi ini!"

Kaget, itulah yang Ayara dan lainnya alami. Secara tiba-tiba saja, Cakra menyerah dengan apa yang ia lakukan. Emry segera menghampirinya dan bermaksud untuk membuatnya tenang, namun seketika itu tubuh Cakra terhempas ke lantai.

Brukh!

"Cakra!" Erang Emry yang memengangi tubuh pria itu.

Dan Ayara beserta bik Leha pun kaget, mereka melihat Cakra dengan keadaan tertunduk menahan tubuhnya. Emry memastikan keadaan Cakra saat itu, namun ia segera menampakkan ekspresi yang tidak biasanya.

"Hei, ada apa denganmu!" Emry menahan tubuh itu yang sedang bergetar hebat.

Perlahan Ayara mendekatinya dan saat Emry membalikkan tubuh Cakra. Keringat jagung sudah membasahi wajahnya, ketika ia melihat Ayara mendekatinya. Cakra langsung berteriak tak terkendali, bahkan seperti orang yang sedang diluar kendali.

"Pergi! Pergilah sejauh mungkin! Pergi!" Suara itu terus keluar dari mulut Cakra.

Dimana Emry berusaha menetralkan keadaan sahabatnya itu, akan tetapi ia menjadi bingung harus melakukan apa. Untuk Ayara, ia merasa kaget serta khawatir dengan apa yang di alami oleh Cakra saat itu. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dari sikap Cakra.

"Ayara, sebaiknya kamu pergi saja. Biar Cakra, aku yang menangganinya." Ujar Emry.

Awalnya Ayara juga ingin melakukan hal tersebut, namun hati kecilnya seakan tidak mengizinkan untuk pergi. Terasa sesak di dadanya saat melihat keadaan Cakra ketika itu, lalu ia melirik pada bik Leha dan memberikan isyarat agar mereka tetap disana.

"Pergi!" Cakra kembali berteriak.

"Ayara, pergilah." Emry pun meminta kepada Ayara hal yang sama, ia takut jika Cakra kan lepas kendali.

Bukan nya mundur dan pergi, Ayara perlahan-lahan semakin mendekati Cakra. Dan itu membuat Emry sangat khawatir, ketika Ayara menggelengkan kepalanya. Hal itu seakan memberikan tanda.

"Aku tidak akan pergi, maafkan aku." Ayara meraih tangan Cakra yang terus bergetar.

"Pergilah, kau sendiri yang mau pergi. Pergi!" Tangan Ayara terhempas dan membuat dirinya sedikit oleng.

Emry ingin menahan Ayara, namun Ayara langsung tersenyum dan mengatakan jika dirinya tidak apa-apa. Dalam pikiran Emry saat itu, ia teringat saat Cakra berpisah dengan orang dari masa lalunya. Kejadian tersebut juga pernah terjadi.

"Maafkan aku, maaf." Ayara masih terus mendekati Cakra.

"Untuk apa kau meminta maaf, hah! Karena kasihan? Aku tidak butuh rasa kasihanmu, pergilah!"

Tangan kekar itu mendorong Emry hingga jarak diantara mereka cukup jauh, dengan cepat Cakra berusaha bangkit dan ingin pergi menjauh.

"Tuan, mau kemana?" Ayara yang mulai cemas ketika Cakra dalam keadaan yang tidak stabil ingin berjalan keluar.

Tidak ada jawaban dari pria itu yang terus berjalan dengan tertatih, lalu Ayara segera mencegahnya.

"Lepaskan, pergilah. Kau memang ingin pergi dariku kan, dan itu aku kabulkan. Memang aku tidak pantas untuk mendapatkan perasaan cinta ini, aku memang bre****ek!"

Langkah kaki Cakra mencapai kaca jendela, sekuat tenaga ia menghantamkan kepalan tangannya hingga serpihan kaca itu berserakan dan menancap pada punggung tangan miliknya. Tak terelakan darah mengalir dari sana.

"Apa yang tuan lakukan?! Lihat, tangannya berdarah." Ayara yang sigap mengangkat tangan tersebut agar darahnya tidak banyak mengalir.

"Lepaskan."

"Tidak! Jangan melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, atau aku akan benar-benar pergi dari hidup tuan!" Ancam Ayara.

"Pergi saja, aku tidak perduli." Cakra menghempaskan tangannya Ayara.

Plak!

"Jangan ngaco kalau bicara, obati dulu lukanya. Pergi atau tidak, itu hak saya. Ayo!" Ayara menarik kembali Cakra untuk mengikutinya.

"Siapa kamu mengatur hidupku, hah!"

"Saya wanita yang berhak mengatur hidup anda, karena saya adalah wanita anda dan calon pendamping hidup anda. Puas! Cepat obati lukanya, dasar bayi tua!" Kesal Ayara.

Terpopuler

Comments

Emak Kam

Emak Kam

oh bayi tua yang lucu. bagus seru ceritanya 👍👍👍

2024-04-29

0

Dyah Oktina

Dyah Oktina

aya.. bisa tegas.. kenapa saat d aniaya sm bibi & sepupunya ngak berontak

2024-03-11

0

Ari_nurin

Ari_nurin

masih meraba karakter tokoh tokoh utama nya .. belum jelas gt

2024-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!