BAB 13

Malam semakin larut mereka akhirnya pulang dengan pasangan masing-masing.

" Masuk lah, gue anterin lo sampai pelaminan." Ronald.

" Cieee yang udah kebelet nikah," Ledek Frans. Yang di ledekin cuek cuek bebek saja. Sedangkan Ratih sudah tersipu malu. Gimana gak malu baru jadian beberapa hari sudah di godain begitu. Cepat cepat Ratih masuk ke dalam mobil agar tidak semakin malu.

" Gue duluan ya, cewek gue udah gak sabar tuh." Ronald pun masuk ke dalam mobil dan berlalu dari situ.

Di dalam mobil hanya ada keheningan di antara mereka. kedua nya larut dalam pikiran masing masing. Setelah beberapa menit Ronald memberanikan diri untuk bicara.

" Kenapa dari tadi diam saja? Apa aku ada salah, atau kamu marah dengan perkataan ku tadi?" Tanpa sadar Ronald merubah panggilan nya jadi aku kamu. Ratih menoleh sebelum menjawab.

" Gak kok aku gak marah, cuma bercanda mu itu loh mas."

" Mmas?" Ratih menunduk.

" Gak boleh ya, aku manggil mas?"

" Boleh.. Boleh kok. Boleh banget." Dalam hati Ronald bersorak kegirangan. Jujur baru kali ini ia merasakan jatuh cinta. Ronald bukan jenis pemain wanita, kalau sekali ia jatuh cinta maka akan di perjuangkan mati matian sehingga hati cewek itu luluh. Begitu juga dengan teman teman nya, Rain, Steve, Frans dan William. Meskipun mereka semua berkuliah di luar negeri dengan pergaulan bebas namun tidak bagi mereka. Dulu mereka berlima menempuh pendidikan di universitas yang sama. Sampai mendapatkan gelar S1 bersama. Hanya Rain yang melanjutkan sampai S2. Karena Ronald, Frans, Steve dan William ingin cepat cepat menerus dan usaha orang tua mereka. Sebab itu lah mereka kagum dengan Melati, seorang gadis tangguh yang bisa sukses dengan usaha nya sendiri. Awal bertemu dengan Melati, Ronald menyukai gadis itu. Tapi Melati tentu saja menolak secara halus bertujuan agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Apalagi Ronald mengetahui ternyata Melati gadis yang di cintai sahabat nya sejak dulu. Jadi Ronald hanya sekedar mengabumi gadis itu.

" Mau kah kamu menikah dengan ku?" Ucap Ronald to the point.

" Aku memang bukan lelaki romantis, yang merayu cewek dengan kata manis. Karena mulut ku bukan sarang lebah. Ratih pun tidak kuasa menahan tawa.

" Kenapa ketawa? aku serius loh." Ratih pun menghentikan tawanya.

" Apa tidak terlalu cepat mas? Kita baru beberapa hari jadian."

" Hal yang baik jangan di tunda tunda, bercinta dengan lebel halal jauh lebih nikmat." Ratih sudah tersipu malu hingga wajah nya memerah.

" Tapi bagaimana dengan keluarga mas, aku hanya orang susah hanya gadis desa."

" Memang mengapa kalau gadis desa? orang tua ku tidak memandang kasta dan derajat seseorang. Bagi orang tua ku yang penting adalah kebahagiaan ku. Aku bahagia dengan orang yang aku cintai, maka orang tua ku juga bahagia." Ronald bicara panjang lebar. Ratih hanya terdiam menunduk.

" Okelah, aku tidak akan memaksa mu untuk meminta jawaban sekarang. Sebaiknya pikir kan keputusan yang akan kamu ambil. Aku akan selalu menunggu jawaban dari mu. Tapi aku tidak terima penolakan." Ratih melotot kan matanya kearah Ronald, bukan nya marah malah gemes.

" Kalau begitu aku gak perlu jawab kalau ujung ujungnya maksa."

" Itu karena aku serius sama kamu."

" Mengapa kamu bisa sama aku?"

Hahaha. Ronald tertawa terbahak bahak.

" Apa perlu aku jawab? Kamu aja gak jawab lamaran ku."

" Apa kah begitu caranya melamar seorang gadis?"

" Menurut mu?"

" Cih, udah gak romantis maksa lagi."

" Kamu mau lamaran yang gimana?"

" Kita orang Indonesia, kita punya budaya dan adat istiadat, menurut aku melamar seperti ini rasanya kurang sopan."

" Terus bagaimana? Apa harus pakai cincin dan tempat tempat romantis?"

" Aku gak perlu semua itu, dan aku masih punya orang tua. Coba kamu pikir, apa ada orang tua yang rela anak gadis nya di culik?"

" Culik? Aku gak culik anak gadis orang?"

" Astaghfirullah. Masih gak ngerti juga sih."

Ronald cuma garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

" Coba jelasin sayang."

"Datangi orang tua ku di kampung, bawa hadiah atau apa lah gitu untuk melamar. minta secara baik baik bukan dengan cara di culik."

" Tapi aku tidak menculik kok."

" Iya tidak menculik. Tapi dengan melamar seperti ini sama saja dengan menculik. Masa melamar anak gadis orang di tengah jalan. Kalau memang mas serius, minta lah pada orang tua ku mas."

" Baik Minggu depan kita pulang ke desa mu, untuk melamar mu." Akhirnya mereka pun sampai ke kontrakan Ratih. kontrakan yang sepenuhnya di bayarin oleh Melati. sebenarnya Melati mengajak mereka tinggal bersama di rumah Melati. Tapi mereka menolak. Ratih segera turun dari mobil.

" Maaf aku tidak bisa mengajak mu masuk rumah."

" gak apa apa, aku ngerti kok. Oke aku pulang ya." Ronald pun berlalu meninggalkan tempat itu setelah memastikan pujaan hatinya masuk ke dalam rumah. Tidak ada cium kening atau pipi atau semacamnya. Karena Ronald akan menjaga hasrat nya itu sebelum kata sah terucap dari bibirnya.

Ronald tiba ke mansion nya dengan perasaan yang sulit di gambar kan. Jam sudah menunjukkan 11 malam. Saat tiba di ruang tamu ternyata papa dan mamanya belum tidur. Kebiasaan kedua orang tuanya selalu tidur lewat malam.

" Baru pulang Ron? " tanya sang papa.

" Iya pa kumpul sama teman." jawab Ronald. Lalu duduk di samping mama nya.

" Jangan bergaul dengan teman yang gak bener, yang mabuk mabukan pergi ke club dan sebagainya."

" Gak lah pa, Ronald cuma kumpul dengan Rain, Steve, Frans dan William aja kok."

" Kamu gak bohong kan?" tanya sang mama.

" Sukur deh kalau gitu. Mama jadi tenang."

" Ma, aku pingin melamar cewek." ucap Ronald to the point. Mama dan papanya saling pandang seolah tak percaya dengan apa yang di ucapkan putra nya barusan.

" Serius " Kata mama dan papanya serentak.

" Serius lah ma, masa main main. Tapi dia gadis desa, dia ke ibukota bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup orang tua nya di desa."

" Papa tidak peduli, dia gadis desa atau gadis hutan sekali pun. Yang penting dia gadis baik baik tidak terjerumus pergaulan bebas. "

" Benar kata papa mu, mama juga setuju. Kapan kamu ingin mengenal kan nya dengan mama?"

" Minggu depan aku ngajak dia pulang ke desa nya, sekalian ingin melamar nya di depan orang tuanya. Mama sama papa harus ikut ya."

" Baiklah kalau begitu, besok mama akan pergi berbelanja untuk keperluan lamaran."

" Kalau begitu Ronald istirahat dulu ya ma."

" Istirahat lah nak."

" Anak kita sudah dewasa ya ma, sudah pengen melamar anak orang."

" Iya pa, mama pikir kita tidak bakalan punya menantu."

" Memang nya kenapa ma? Anak kita tampan dan mapan, masa gak ada cewek yang mau."

" Cewek yang mau mungkin banyak ngantri malah. Mama pikir anak itu suka nya terong dan gak suka kacang. Udah ah Mama mau tidur besok mau belanja."

Bab ini khusus untuk Ronald dan Ratih.

Semoga kalian tidak bosan ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!