BAB 14

Seperti biasa setiap hari Minggu restoran milik Melati tutup. Sedangkan Melati masih bergelung di balik selimut di dalam kamar nya. Jam sudah menunjukkan 7 pagi. Tadi setelah shalat subuh Melati tidur kembali.

Tok

Tok

Tok

" Melati!" Panggil Rania. Namun tidak ada sahutan dari dalam.

Rania masuk karena pintu kamar Melati tidak terkunci. Rania cuma geleng geleng kepala melihat anak gadisnya.

" Mentang mentang hari Minggu jam segini belum bangun." Rania menggoyang tubuh Melati.

" Amel bangun nak udah siang."

" Sebentar Bun masih ngantuk."

" Di bawah ada Rain katanya mau jemput kamu."

" Haah emang mau kemana sih pagi pagi gini." Melati mengerucutkan bibirnya.

" Memang nya dia gak bilang sama kamu mau pergi kemana?" Melati menggeleng kan kepala nya.

" Ya sudah siap siap aja, nanti dia kelamaan nunggu loh." Dengan malas Melati bangun bergegas ke kamar mandi. Butuh waktu 15 menit Melati sudah selesai mandi. Dengan memakai baju gamis warna pink dan pasmina dengan motif yang sama, tak lupa ia memoles wajah nya dengan makeup tipis. sejatinya Melati jarang bermake-up. Hanya di waktu waktu tertentu saja. Wajah tetap kelihatan cantik walau tanpa make-up. Perlahan ia melangkah kan kaki menuruni anak tangga.

Sampai di ruang tamu ia melihat Rain sedang asyik ngobrol dengan sang ayah. Di temani secangkir kopi dan beberapa potong kue yang di buat oleh Melati semalam. Entah jam berapa dia baru selesai buat kue sebab itu lah dia terlambat bangun. Meskipun begitu dia tidak pernah melalaikan shalat.

Rain belum menyadari kehadiran Melati di ruang tamu itu.

" Sudah lama menunggu, bang?" tanya Melati.

Rain menoleh ke arah suara dan terkesima melihat penampilan kekasihnya itu.

" Bidadari Abang," Ucap nya tanpa sadar. Alfian yang ada di situ hanya bisa tersenyum. Memang tidak di ragukan lagi Melati memang sangat cantik. gabungan dari Alfian dan Rania memang sangat sempurna.

" Eheem" Alfian berdehem membuyarkan lamunan Rain yang melihat makhluk ciptaan Tuhan yang begitu indah. Buru buru dia menetralkan kan diri nya dari keterkejutan nya.

" Sudah siap? Ayo!"

" Kita mau kemana?"

" Ke temu mama, beliau sudah kangen."

" Sebentar," Melati berjalan kedapur, ternyata ada Bunda sedang membungkus kue yang akan di bawa ke rumah calon mertua. Rania menyerah kan kotak berisi kue tersebut ke Melati setelah di masukan ke dalam paper bag.

" Sudah? Yok jalan." kedua nya pun berpamitan pada orang tuanya.

" Kenapa gak bilang bilang kalau mama ingin ketemu? Untung semalam aku sempat bikin kue.."

" Tidak perlu bawa buah tangan juga gak apa apa."

" Gak enak lah ketemu camer dengan tangan kosong." Rain tersenyum.

" Kalau begini rasanya pengen cepat cepat halalin." kata Rain dalam hati. 40 menit mereka sampai ke mansion keluarga Alexander Lemos. Satpam segera membuka kan pintu gerbang melihat mobil majikan nya. Satpam melongo melihat majikannya membawa seorang gadis cantik. Melati memberikan satu kotak berisi kue kepada satpam tersebut. satpam tentu saja menerima dengan senang hati.

Rain memarkirkan mobilnya di garasi.

" Ayo turun," Rain menggandeng tangan Melati. Namun tiba di depan pintu, Melati segera melepas kan genggaman tangan Rain.

" Kenapa?"

" Tidak malu apa?"

Rain bukan nya marah malah gemes dengan tingkah Melati yang malu malu.

Ting tong

Ting tong.

Suara bel berbunyi. Seorang pelayan buru buru membuka kan pintu.

" Assalamualaikum"

" Waallaikum sallam, tuan muda nona muda mari silahkan masuk."

" Yok masuk!" Melati hanya mengikuti Rain melangkah masuk ke dalam mansion.

Baru saja masuk, Melati sudah di suguhkan dengan pemandangan mansion yang sangat megah. Barang barang mahal tersusun rapi dengan indah.

' Indah sekali mansion ini.' gumam Melati dalam hati. Ia tidak mau terlihat norak walaupun ia mengagumi nya. Dan sebisa mungkin untuk bersikap biasa biasa saja. Walaupun dia sekarang juga kaya, tapi tetap saja ia kagum dengan barang barang di mansion ini.

" Eeh menantu mama sudah datang. Makin cantik aja."

" Assalamualaikum ma, " Melati mencium tangan Sofia.

" Papa mana ma?" tanya Rain.

" Ada di kamar. tadi habis sarapan langsung ke kamar. katanya kalau Melati datang baru papa mu keluar."

" Ini ma," Melati menyerah kan paper bag ke Sofia.

" Apa ini"

" Kue ma, untung semalam aku bikin kue."

" Terima kasih, mari kita duduk," Mereka duduk di ruang keluarga. Tak berapa lama Alex datang bergabung dengan mereka.

.

.

.

Sementara di apartemen, Anita tidak terima setelah ia di tampar oleh Rain beberapa waktu lalu. Diam diam ia menyusun rencana licik untuk menyingkirkan Melati. Dia menyuruh orang untuk menyelidiki hubungan Rain dan Melati.

" Gue tidak terima lo bahagia, Rain. Lo udah nolak gue yang mati matian ngejar Lo. Gue akan singkirkan kekasih Lo," Anita tersenyum devil seperti seorang psikopat.

Ya dia memang tergila gila dengan Rain sejak dulu. Sejak Rain menolongnya dari para preman yang hendak melecehkan nya. Anita begitu terobsesi apalagi Rain sangat tampan di tambah lagi Rain adalah pewaris semua kekayaan orang tua nya. karena dia putra tunggal dari seorang konglomerat.

" Tunggu pembalasan gue, Rain. Dengan kematian kekasih mu maka hidup mu akan menderita."

Tapi Anita tidak tau kalau Melati bukan gadis lemah. Puluhan penjahat pun mampu Melati hadapi.

" Hahaha hahaha," Anita tertawa seperti orang gila.

" Sebentar lagi kekasih mu akan mati di tangan gue," Tak berapa lama Anita tertawa lagi lalu menangis lalu menyeringai. Benar benar sudah gila.

.

.

.

Di mansion Alexander, Melati tengah sibuk berkutat di dapur, memasak untuk makan siang. Para pelayan hanya menjadi penonton saja melihat kecekatan Melati dalam mengolah setiap masakan.

Kini masakan Melati sudah matang ia menyuruh pelayanan untuk menata nya di meja makan. Saat berjalan ke ruang tamu, Melati melihat seorang wanita dan seorang pemuda mungkin seumuran Rain. Sofia yang menyadari Melati nampak kikuk segera menghampiri nya. Sedangkan Rain ada di kamar nya saat ini lagi mandi.

" Mari Mel, aku kenalkan pada adik kandung Mama." Melati pun hanya patuh.

" Ini dek kenal kan calon istrinya Rain," Sofia memperkenalkan Melati ke adik nya.

" Saya Melati Tante," Melati mencium tangan Tante Sonya. Pemuda yang duduk di sofa berseberangan dengan Melati, menatap Melati tanpa berkedip. Sonya yang menyadari hal itu langsung menyikut anaknya.

" Sa... saya Ardhan," katanya gugup terpesona dengan kecantikan Melati. Ardhan mengulur kan tangan hendak bersalaman tapi dengan cepat Rain menyambut uluran tangan itu. Melati hanya tersenyum melihat tingkah Rain yang entah sejak kapan berada di situ.

" Dia milikku, jadi jangan terpesona dengan kecantikan nya. Hanya aku yang boleh memujinya., " kata Rain berbisik saat ia duduk di samping sepupu nya itu.

Pelayan datang memberitahukan majikan nya bahwa makan siang sudah siap.

" Mari kita makan dulu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!