BAB 5

Melati mengendap endap mendekati rumah tersebut yang di jaga puluhan orang yang berbadan besar.

" Aduh gimana ini. mereka banyak sekali, aku tidak bawa senjata." Melati bermenolog sendiri.

Melati terus saja berjalan perlahan agar tidak ketahuan. Saat sudah mendekati rumah kosong itu, Melati dengan keahliannya menggunakan mata batin. Butuh konsentrasi yang penuh untuk Melati menggunakan mata batin seperti yang di ajarkan oleh kakek nya. Dengan menggunakan mata batin, Melati dapat melihat bagian dalam ruangan rumah itu.

" Ternyata mereka hanya berjaga di luar. Sedangkan yang di dalam hanya beberapa orang. Hmmm aku harus bisa masuk dan menyelamatkan bocah itu." gumam Melati dalam hati.

Melati mendekati orang yang berbadan besar itu tanpa mengeluarkan suara. karena Melati juga punya ilmu peringan tubuh.

Melati menotok aliran darah mereka satu persatu. Sehingga mereka tidak bisa bergerak juga tidak bisa mengeluarkan suara.

Semua ilmu yang ada pada Melati adalah warisan dari kakeknya. Sang kakek menurunkan semua ilmu nya kepada cucu perempuan satu satunya.

Semua yang berjaga di luar diam tak bergerak seperti patung. Meskipun begitu, Melati tetap waspada memasuki rumah itu. rumah yang hampir bobrok dinding dan atap nya.

Melati menyaksikan seorang anak lelaki yang di bantai hingga pingsan. Tanpa aba aba Melati menyerang salah seorang dari mereka dan menendang nya dari belakang. Lelaki yang berbadan besar itu tersungkur beberapa meter hingga menghantam dinding yang terbuat dari papan kayu.

Sedangkan yang lain terbengong bengong melihat bos mereka terpelanting karena tendangan seorang gadis kecil hingga tidak sadar kan diri.

" Heh siapa kamu anak kecil? Berani sekali kamu melawan kami?" Tanya salah seorang dari mereka.

" Paman tidak perlu tahu siapa aku. " Jawab Melati dengan menantang.

" Wah nantang nih bocah. Kalau kami pukul jangan nangis ya." ucap salah satu dari mereka.

Tanpa banyak bicara lagi Melati terus melakukan serangan kepada mereka yang berjumlah 4 orang. Tak butuh waktu lama Melati sudah dapat menumbangkan mereka satu persatu. Melati kemudian menghampiri bocah lelaki tersebut. Melati memeriksa nadi anak itu.

" Syukurlah masih hidup." batin Melati.

Melati kemudian menyalurkan hawa murni pada tubuh bocah laki laki itu. Dengan perlahan lahan bocah itu membuka matanya.

" Siapa nama mu?" Melati bertanya pada bocah itu. Bukan nya menjawab pertanyaan Melati, bocah itu malah balik bertanya.

" Apakah aku sudah mati? Apakah kamu bidadari? " Pandangan bocah itu masih tertumpu pada Melati.

" Siapa nama mu, bocah?" tanya Melati lagi.

" Ha. Aku bukan bocah. namaku Rain Alexander Lemos. Kamu siapa? " tanya Rain.

" Aku Melati. namaku Melati putih." jawab Melati. Untuk beberapa saat keduanya saling diam.

" Bagaimana kamu bisa di culik oleh mereka?"

" Entah lah aku juga tidak tau. Yang aku ingat aku di pukul hingga pingsan. terus sadar tau tau sudah ada di sini. Dan aku di siksa lagi oleh mereka dan kembali tak sadar kan diri. "

Untuk pertama kalinya Rain berbicara panjang lebar.

" Apakah kamu yang menyelamatkan kan, MP?" tanya Rain lagi.

" MP? Apa tuh.? tanya bingung.

" Namamu melati putih kan? jadi ku singkat aja jadi MP. " Rain

" Huahahah. boleh juga tuh." Melati

"Apa nya yang boleh juga?" Rain garuk garuk kepala bingung.

"Ah udah lah, nanti kalau aku ke ibukota kau juga akan tau sendiri."

" Aaaww". Rain meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.

" masih sakit. mana yang sakit? lebih baik kita pergi dari sini ." Melati.

" MP, kamu belum menjawab pertanyaan ku?"

" Pertanyaan yang mana?"

"Apa kamu yang menyelamatkan nyawa ku?"

" Menurut mu?"

" Jawab aja apa susah nya sih."

"Iya aku yang menolong mu."

" Kamu bilang, kamu mau ke ibukota. kapan?

'' Tunggu aku lulus kuliah.''

'' Kalau gitu aku akan melamar kamu bila kita sudah sama sama dewasa nanti. Tapi setelah aku menjadi CEO. ''

flashback off.

Itulah kata yang tak bisa Melati lupakan. pertemuan mereka yang singkat ternyata sungguh sangat mengesankan. Melati memegang kalung pemberian dari Rain.

" Bagaimana kabar mu sekarang Rain? Kenapa aku tiba tiba merindukan mu apakah kamu masih ingat aku? hampir sepuluh tahun kita tidak bertemu.'' Melati merenung jauh sambil tersenyum sendiri.

'' Sudah lah lebih baik aku tidur.''

Sementara di dalam pesawat seorang laki laki muda dan tampan sedang duduk sambil memandang peniti yang berbentuk bunga melati pemberian seorang gadis yang menyelamatkan nyawa nya.

" Aku pulang Melati. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mu. Sudah hampir sepuluh tahun aku menahan rindu ini. Aku harap kau tidak lupa akan diriku. MP engkau lah cinta pertama ku dan cinta terakhirku. kata Rain penuh dramatis, Namum hanya dia sendiri yang mendengar nya.

Rain turun dari pesawat , bukan kembali ke ibukota. Namun ia langsung ke kampung nya Melati. Dengan menyewa mobil di bandara. Rain mengendarai mobil menuju desa tempat tinggal Melati. setelah beberapa jam akhirnya Rain tiba di depan rumah Melati.

'' Assalamualaikum Bunda." sapa Rain pada seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik. Wanita itu adalah Rania.

" Waallaikum sallam. cari siapa nak?" tanya Rania. Rain tersenyum sangat tampan dan meraih tangan Rania lalu mencium punggung tangan wanita itu. Rania terdiam mematung melihat pemuda di depan nya.

" Bunda pasti lupa sama saya. Saya Rain Bun, bocah yang di bawa Melati sembilan tahun lalu." Rain.

Rania mencoba mengingat ingat. Siapa Rain?

" Kamu bocah itu. Ya Allah sekarang sudah besar tinggi dan tampan." Rania langsung memeluk pemuda itu sambil menangis. Rania sudah menganggap Rain seperti anak nya sendiri.

" Ayo masuk masuk. kamu datang sendiri saja? kamu tidak bersama Melati?" tanya Rania beruntun.

" Saya baru pulang dari luar negeri Bun dan langsung ke sini. Memang nya Melati tidak ada ada di sini Bun?"

" Melati sudah 2 tahun pergi ke ibukota. tapi beberapa bulan yang lalu Melati pulang ke sini untuk menjemput Bunda, tapi Bunda menolak. Akhirnya Melati hanya membawa teman teman nya untuk bekerja di ibukota."

" Kalau begitu saya pamit Bun. saya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Melati." Detik itu juga Rain kembali ke ibukota. Rindu nya pada bidadari penyelamat nya sudah tidak terbendung lagi.

" Aku sangat merindukan mu bidadari ku. aku yakin kamu semakin cantik. Tunggu lah aku akan melamar mu sayang."

Rain kini telah tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. kedatangan Rain sudah di sambut oleh sang mama Sofia dan sang papa Alexander Lemos. Sofia langsung memeluk anak tunggal nya. Anak yang selama ini berada di luar negeri demi menyelesaikan pendidikan S2 Nya.

" Ayo kita pulang nak." kata Alexander sambil merangkul pundak putra nya."

" Rain harus mencari Melati ma, pa. "

" Ha. Siapa Melati?" tanya Sofia bengong.

Terpopuler

Comments

Avelina Marpaung

Avelina Marpaung

masa umur 22 udh S2 ?
LEBAY ahh...lain kali kalo bikin cerita yh masuk akal lah,jgn terlalu haluk,kasian pembaca...mau bilang jenius jg??...hadeuuuhhh

2024-01-25

3

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Rain nggak capai apa langsung terbang ke sana ke mari, berasa ikut gos²an bacanya.
🙏🙏

2023-11-28

2

Dewi Dama

Dewi Dama

kenapa novel jadi campur2 dgn cerita perdukungan...jadi mlas baca nya.m

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!