BAB 10

Malam hari...

Di teras rumah minimalis duduk sepasang sejoli, Melati dan Rain.

" Aku suka desa ini, tentram damai dan indah, " Rain berkata sambil menengadahkan ke langit penuh bintang.

" Tapi aku lebih suka ibukota," Melati juga menengadah ke langit yang sama.

" Kenapa?"

" Ya, di desa memang damai tapi aku tidak bisa sukses kalau tidak pergi ke ibukota."

" Kenapa kau begitu terobsesi ingin sukses."

" Kau tau....?" Rain menggeleng cepat.

" Enggak!"

" Ish... aku kan belum selesai ngomong main potong potong aja," Rain terkekeh.

" Cerita aja aku dengar kok."

" Gak jadi."

" Ciee ngambek sayang nya Abang."

" Au ah gelap." Melati hendak bangkit dari duduknya, namun tangan kekarnya menarik nya hingga Melati kembali duduk.

" Jangan ngambek dong, abang kan cuma bercanda."

" Abang?"

" Hmmm. mulai sekarang kamu harus merubah panggilan mu ke aku. Begitu juga pada mama dan papaku."

" Aku harus memanggil beliau apa?"

" Sama seperti ku, mama papa."

" Nanti aja deh, tunggu kita menikah."

" Masih lama."

Kedua nya terus berbincang bincang ringan. Walaupun mereka pasangan kekasih tapi mereka menjalani nya dengan sehat. pegang tangan aja jarang, apalagi ciuman belum pernah sama sekali. Kedua nya sepakat untuk melakukan nya setelah sah sebagai pasangan suami istri.

Selain halal juga akan mendapat pahala.

Sementara di dalam kamar, sepasang suami istri yang telah lama terpisah baru sekarang di pertemukan kembali.

" Aku sangat bahagia bisa menemukan kalian," Kata Alfian sambil memeluk istrinya dari belakang.

" Bagaimana ceritanya suamiku bisa bertemu Amel anak kita?"

" Berkat Rain, dia yang mempertemukan aku dengan dengan anak ku."

" Tekad anak itu begitu keras ingin sukses ingin punya uang banyak, katanya bila dia sudah banyak uang ia akan mencari ayah nya."

" Maaf kan aku terlambat menemukan kalian. Sejak kepergian mu, aku begitu menderita. Penyesalan demi penyesalan terus menghantuiku. Apalagi bila aku tau semua itu adalah ulah orang tua ku sendiri."

Rania menghadap ke suaminya, mengelus rahang kokoh milik suaminya.

" Apa yang membuat suami ku menyesal?"

" Aku menyesal dan merasa bersalah tidak ada di samping mu di saat saat sulit mu. Aku tidak bisa melihat perkembangan pertumbuhan anak kita."

" Anak kita tumbuh dengan baik, kakek dan neneknya sangat menyayangi nya. walaupun ia sempat di katakan anak luar nikah. tapi aku berhasil membungkam mulut orang desa dengan memperlihatkan bukti bahwa aku telah menikah," Rania menjeda ucapan nya.

Rania meneruskan ceritanya, Alfian merasa terharu dan juga bangga dengan prestasi anaknya.

" Terima kasih, terima kasih karena telah melahirkan anak yang hebat seperti Melati," Kata Alfian sambil menangkup pipi istrinya. Entah siapa yang memulai hingga bibir keduanya menyatu. Alfian ******* bibir istrinya dengan lembut. Seperti biasa Rania selalu terbuai dengan perlakuan Alfian kepada nya. Kerinduan yang terpendam selama kurang lebih 20 tahun kini telah tersalurkan. Rasa rindu haru dan bahagia bercampur jadi satu.

Entah sadar atau tidak kedua nya kini sudah sama-sama polos seperti bayi yang baru lahir. Akhirnya keduanya melewati malam panas demi menyalurkan hasrat mereka yang selama ini terpendam. Setelah melakukan pertempuran sengit kedua nya saling bertatapan, masih dalam keadaan intim. Alfian mengecup kening mata hidung dan bibir istrinya, sambil berkata. " I love you."

walau tidak di jawab oleh istrinya, tapi Alfian tau kalau istrinya juga mencintai nya.

Sudah satu Minggu mereka ada di desa. hari ini mereka harus kembali ke ibukota. Rania tentu ikut suaminya, karena ia tidak ingin lagi berpisah. Sudah cukup mereka berpisah dalam waktu yang cukup lama, sekarang mereka tidak ingin berpisah lagi.

Kini mereka sudah tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Mereka sengaja tidak ingin di jemput dan hanya akan menggunakan taksi.

" Melati ikut mama ke mansion ya!" Ajak Sofia.

" Lain kali aja Tante."

" Lo kok manggil nya Tante sih, panggil mama dong," Melati tersenyum kikuk.

" Nanti aja Tante, setelah kami menikah."

" Gak, gak pokoknya panggil mama." Melati melirik Rain seolah meminta pembelaan. Tapi yang di lirik pura pura tidak tahu, akhirnya Melati pasrah dan memanggil mama dan papa pada calon mertua nya itu.

" Ma, pa lain kali aja ya Amel ikut ke mansion."

" Baik lah, lain kali gak boleh nolak. Kamu calon menantu mama. Rain tidak pernah dekat sama cewek lain selain kamu, berarti kamu sangat istimewa baginya," ucap Sofia panjang lebar.

Tak lama taksi yang mereka pesan pun sampai, artinya mereka harus berpisah di sini.

Rania dan Sofia cipika-cipiki, sedang kan Alex dan Alfian berpelukan ala laki laki. Rain? Tentu dia akan ikut Melati.

Melati menyebut kan alamat yang di tuju, supir taksi pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di belakang ada beberapa mobil mengikuti mereka, Melati yang memang instingnya kuat sudah sejak tadi ia menyadari itu. Hanya saja ia pura pura tidak tahu, ia ingin lihat sejauh apa orang itu bertindak. Supir taksi yang memang tidak mengetahui hal itu tentu bersikap biasa biasa saja.

Saat tiba di tempat yang sepi, mobil mereka pun di hadang. Supir taksi pun terkejut sekaligus takut melihat banyak orang yang keluar dari mobil yang menghadang taksi nya.

Ada lima buah mobil dan sepuluh pengendara sepeda motor. Melati dan Rania saling pandang memberi kode lewat tatapan mereka.

" Biar kami hadapi," Kata Alfian memberi kode pada Rain untuk segera keluar dari mobil. Dan menghadapi penjahat tersebut.

" Tapi mereka sangat ramai, " Melati.

" Biar kita hadapi sama sama," Rania.

Alfian tentu kaget dengan sikap istrinya yang berbeda dari biasanya. Wanita yang di kenal nya dengan sikap lemah lembut sekarang seperti seekor singa betina yang siap menerkam mangsanya. Alfian selama ini memang tidak tahu kalau istrinya seorang wanita yang tangguh. Sang supir yang ketakutan tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa mengangguk saat di suruh diam di dalam mobil.

" Kunci mobilnya nya pak, " ucap Melati setelah mereka turun dari mobil. Keempat nya berjalan menghampiri para penjahat yang berjumlah sekitar 30 orang, dengan senjata di tangan mereka masing masing. Mereka tidak ada yang menggunakan senjata api. Hanya pisau, balok kayu, tongkat baseball dan batang besi. Hanya jarak dua meter, mereka saling berhadapan.

" Mau apa kalian? " tanya Rain.

" Kami hanya di utus untuk menghabisi kedua wanita itu, " tunjuk salah satu dari mereka yang mungkin itu adalah ketua nya. Alfian dapat menduga kalau penjahat itu utusan dari Mama nya. karena yang dia tahu, Mama nya lah yang berambisi untuk menghabisi istri dan anaknya.

" Berarti Mama sudah tau kalau aku sudah menemukan keluarga ku," Alfian berucap dalam hati.

Maaf masih banyak kekurangan dalam penulisan dan alur ceritanya.

Terpopuler

Comments

DPuspita

DPuspita

Ceritanya bagus, minim typo. Kerenlah... Hanya saja menurutku ceritanya terlalu cepat. Jadi kurang masuk diakal gitu... tapi ya namanya novel, suka2 othor nulislah... aq mah cuma reader 😁

2024-01-05

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!