"Mama, minta aku untuk menemaninya dan maaf sekali yank, kita tidak bisa jalan-jalan nanti sepulang sekolah."
Rama mengangguk, kemudian tersenyum lalu meraih tangan Karina dan mencium punggung Karina,l hal yang sudah biasa dilakukan oleh Rama yang membuat Karina menjadi tersipu malu saat ini.
"Tidak apa-apa, temani Mama kamu .. besok saja kita jalan-jalannya."
Mereka berdua melanjutkan makan siangnya di kantin dengan Devano yang saat ini berada di kantin yang sama tentu saja setelah ia pikir-pikir tadinya Devano yang hanya berdiam diri di ruangannya langsung saja bergegas untuk menuju ke kantin, melihat bagaimana gaya pacaran calon istrinya itu.
Dan juga sekalian mengingatkan kepada Karina, kalau nanti pulang sekolah memang Karina dan juga dirinya, diminta untuk pergi ke butik Mamanya yang mana akan dilakukan fitting baju untuk acara pernikahan besok.
Meskipun acaranya itu tertutup dan hanya dihadiri oleh dua keluarga saja tetapi Mama Devano menginginkan jika semuanya harus perfect meskipun hanya akad nikah saja namun semuanya harus dilaksanakan dengan sempurna.
Devano masih memperhatikan Karina dengan Rama, ia pun menggelengkan kepalanya ketika melihat Rama yang mencium tangan Karina. Apakah memang gaya pacaran anak muda seperti itu? atau jangan-jangan memang bukan hanya sekedar mencium punggung tangan Karina saja atau mereka sudah melakukan yang lebih dari itu?
Devano sendiri masih menerka nerka yang menebak-nebak, apakah calon istrinya itu masih perawan atau tidak, tetapi setelah ia mengingat sesuatu tentang malam itu, Devano senyum-senyum sendiri karena ia bisa memastikan jika pikirannya salah, yang nyatanya Karina itu masih perawan begitu juga dengan bibir Karina yang mungkin baru pertama kali melakukan ciuman itu dengannya, karena mengingat lagi betapa payahnya cuman Karina malam itu meski menyambut ciumannya, tetapi rasanya benar-benar tidak lincah, tidak seperti perempuan-perempuan yang sudah terbiasa melakukan ciuman.
Siang harinya, bel sekolah berbunyi dan tentu saja Devano menunggu calon istrinya itu untuk sama-sama menuju ke butik, meskipun sebenarnya Devano juga enggan melakukan pernikahan ini tetapi mau tidak mau semuanya sudah ia lakukan dan memang inilah caranya supaya ia bisa terbebas dari perjodohan-perjodohan konyol yang dilakukan oleh Mamanya, toh juga perempuan yang akan dinikahinya itu sangat mempesona, tidak malu-maluin jika diajak untuk pergi ke kondangan.
[Aku tunggu kamu di parkiran, mobil kamu tinggal saja di sini]
Devano mengirimkan pesan itu kepada Karina berharap jika Karina mau pergi ke butik bersama-sama.
Laki-laki itu sudah sedari tadi menunggu Karina untuk keluar dari kelasnya, namun setelah lama ditunggu Karina tidak menampakkan batang hidungnya, di mana calon istrinya itu tidak juga muncul dari kelas yang kebanyakan teman-teman kelas Karina sudah pada keluar semua termasuk Sintia, sahabat Karina.
Hingga membuat Devano bertanya-tanya kemana Karina itu, kenapa tidak juga keluar padahal ia sudah mengirimkan beberapa pesan untuk Karina dan sudah ditunggu oleh Mamanya di butik.
"Pak Devano belum pulang?"
Tanya Sintia basa-basi kepada Devano yang mana melihat Devano, guru tampan itu saat ini sedang berada di parkiran dengan tubuhnya bersandar di samping mobil.
"Belum, lagi nunggu seseorang. Lalu kenapa kamu sendirian, biasanya bersama dengan teman kamu yang satu itu?"
Padahal ingin rasanya Devano menanyakan di mana Karina saat ini, yang mana mengapa Sintia hanya berjalan sendirian, tetapi itu tidak mungkin malah nanti akan membuat Sintia bertanya-tanya, ada hubungan apa antara dirinya dengan Devano. Bukannya Devano tidak mau memberitahukan kalau ia adalah calon suami dari Karina tetapi waktunya yang belum pas.
"Oh si Karin, masih mojok sama pacarnya tuh di dalam kelas."
Sialan ditunggu dari tadi kenapa malah tidak keluar-keluar dan seenaknya pacaran..awas kamu Karina!!
Seketika tangan Devano terkepal kuat, laki-laki itu marah dengan calon istrinya di mana ia sudah mengirimkan beberapa pesan kepada Karina tetapi tidak ada satupun yang dibalas, eh ternyata malah Karina lagi berduaan dengan pacarnya di dalam kelas.
Tak ingin membuat Sintia curiga, Devano langsung saja masuk ke dalam mobilnya tetapi sebelumnya ia mengirimkan pesan kepada Karina.
[Pulang sekarang atau pernikahan kita akan diketahui oleh satu sekolahan besok]
Devano sengaja mengancam Karina, ia tahu jika Karina takut dengan ancamannya itu, yang mana Devano sendiri juga tahu kalau Karina tidak ingin pernikahannya sampai diketahui oleh orang lain, bukan hanya saja karena Karina menikahi gurunya sendiri, tetapi karena Karina masih mempunyai pacar dan tidak mungkin juga jika pacarnya itu mengetahui tentang pernikahannya.
Ting
Sementara di dalam kelas, Rama yang sendiri tadi menemani karina, bukan untuk macam macam, tetapi untuk mengajari Karina pelajaran.
Karina mengambil ponselnya kemudian melihat siapa yang mengirimnya pesan dan lagi lagi, ia melototkan matanya ketika membaca pesan dari Devano, tentu saja ia tidak mau jika rahasianya nanti terbongkar.
"Sayank maaf ya, aku harus segera pulang karena Mama minta aku untuk segera ke butik dan sudah ditunggu."
"Okelah tidak apa-apa sayank, lalu bagaimana dengan tugas-tugas kamu ini."
Ya bukan hanya sekedar mojok pacaran saja tetapi Rama dengan telaten mengajari Karina matematika, yang tentu saja Karina tadi bercerita jika besok akan ada ulangan matematika dan Rama sebagai pacar yang baik dan juga pintar membantu Karina untuk membuat Karina mengerti tentang apa yang baru saja dijelaskan oleh gurunya, meskipun Rama tau jika pacarnya itu tidak pandai-pandai amat tetapi demi membuat Karina bisa, Rama akan mengajarinya.
Ya mereka berdua tidak mojok seperti yang dipikirkan banyak orang, meskipun dengan sedikit berpegangan tangan, tetapi hanya sebatas itu saja, bahkan selama berpacaran dengan Karina, Rama juga belum pernah mencium bibir Karina, palingan hanya cium kening saja.
Dan ciuman pertama Karina sudah diambil oleh Devano malam itu.
Karina bergegas keluar dari kelasnya, ia tidak ingin jika Devano marah dan membuat semua rencananya berantakan.
"Aku anterin ya, mobil kamu tinggal di sini saja, aku juga sekalian mau ke cafe milik Mama."
Karina mengagukan kepalanya tidak masalah juga juga diantar dengan Rama yang juga satu jalan dan suasana siang ini panas sekali hingga ia malas untuk membawa mobilnya sendiri.
Tidak menunggu lama, Rama melajukan mobilnya ke sebuah butik di mana Rama mengira itu adalah milik Mamanya Karina tetapi salah.
"Yank kita ke jalan Sudirman?"
Rama melongo, bukannya butik Mamahnya Karina itu bukan di jalan Sudirman, tapi mengapa Karina meminta untuk diantarkan ke jalan Sudirman, butik milik siapakah itu?
"Butik siapa yank? bukannya tempat Mama kamu itu bukan di sana?"
Mampus gue lupa seharusnya tidak diantar oleh Rama..
"Butik itu milik teman nya Mamah, kebetulan Mama sedang menunggu di sana."
Jawab Karina dengan terbata-bata, tentu saja ia takut jika Rama mengetahui tentang kebohongan dan butik milik siapa yang akan dituju nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Udah di ajari juga ternyata oleh Rama, Tapi kenapa gak pintar2..
2023-11-20
0