Tidak memikirkan tentang semalam, hari ini Karina berangkat sekolah seperti biasanya, gadis cantik itu memakai pakaian yang ketat seperti yang sehari-hari ia pakai.
Bukannya kedua orang tua Karina membiarkan putrinya memakai pakaian seperti itu, tetapi Papah Raharja dan juga Mamah Mila memang sudah memperingatkan namun Karina yang bandel, masih saja menggunakan rok yang pendek bahkan sedikit terlihat p@ha mulusnya.
"Bisa nggak pakaian kamu itu dibuang Rin, mata Papa sakit melihatnya!!"
"Nggak bisa Papa, sayang sekali kalau di buang..pakaian ini pas di badan aku, tidak kekecilan dan juga tidak kebesaran, kalau aku ganti dan aku buang nanti pasti Papa mengeluarkan uang lagi. Sudah tahu jika uang jajan aku pas-pasan dan lagi jika Papa matanya sakit melihatnya, Papa tidak usah melihat cukup memandang wajah cantik aku saja."
Jawab Karina dengan entengnya, gadis cantik itu memang sudah terbiasa mendapat teguran dari Papanya tetapi sama sekali Karina tidak menggubrisnya.
"Ya salam, dulu Mama ngidam apa? kenapa keluarnya Karin seperti ini... Lagi pula Rin, besok kamu akan menikah pastinya nanti suami kamu tidak akan mengijinkan kamu memakai pakaian seperti itu. Dan papa yakin Devano pasti akan membuang pakaian mini-mini kamu."
Karina tersenyum kecut, ia padahal sudah pura-pura lupa dengan pernikahan nya, tetapi kenapa pagi-pagi ini Mamanya menyinggung tentang pernikahan yang membuat mood Karina seketika berubah.
"Biarkan saja Pah, besok juga semua pakaian itu akan dibuang oleh Devano, Mama yakin pasti Devano juga tidak suka jika baju kurang bahan itu masih tetap dipakai oleh Karina."
Tidak mungkin!! awas aja kalau sampai Devano berani ngelarang-larang aku!!
Tidak tahu saja Karina, siapa Devano. Devano adalah laki-laki yang tanpa ampun jika sesuatu sudah menyangkut dengan kehidupannya, terlebih lagi tentang perempuan yang menjadi istrinya, pastinya Devano akan menjaga apa yang sudah ia miliki dan tidak akan membiarkan Karina memakai pakaian yang terlihat begitu menggoda.
Selesai sarapan, gadis cantik itu langsung saja berpamitan kepada kedua orang tuanya dan seperti hari-hari biasanya, Karina membawa mobil ke sekolah meskipun ia belum mempunyai SIM tetapi semuanya bisa diatasi jika ada masalah dengan pak polisi yang pastinya uang bisa membuat segalanya menjadi mudah.
Lima belas menit kemudian, Karina sudah sampai di sekolah, memang ini bukan pagi-pagi sekali tetapi ia juga belum terlambat untuk sampai sekolah.
Seperti biasanya, semua mata tertuju memandang ke arah Karina yang memang gadis itu setiap hari tampak cantik dan juga mempesona, tetapi jangan salah Karina sudah ada yang memiliki, jadi mereka hanya bisa memandang wajah cantik Karina saja.
"Ada gosip apa?"
Baru masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya, tiba-tiba Karina sudah menanyakan ada berita apa ya selama satu minggu ini. Memang ia tidak masuk ke sekolah dan pastinya Karin tidak tahu apa saja yang terjadi di sini.
"Gosipnya banyak, tetapi sebelum gue cerita.. lo kemarin ke mana? gue cari-cariin lo tapi tidak ada?"
Ujar Sintia kepada Karin, ya memang malam minggu setelah Karina pamit untuk ke kamar mandi, Sintia menunggu sahabatnya itu. Sudah ditunggu selama tiga puluh menit tetapi Karina tidak kembali ke ballroom hotel, hingga akhirnya Sintia juga pulang lalu menghubungi Karina, tetapi sayang sekali ponsel Karina juga tidak aktif yang membuat Sintia jadi khawatir dan juga penasaran.
"Gue langsung pulang, kepala gue pusing sekali."
Jawab Karina berbohong, yang mana ia belum kepikiran untuk memberitahukan kepada sahabatnya itu kalau sudah terjadi sesuatu di malam Minggu kemarin. Meskipun tidak sampai merusak keperawanannya tetapi sama saja, itu sudah membuka aib dirinya dan Karina belum siap untuk menjelaskan kepada Sintia.
"Oh kirain lo digondol sama om-om yang ganteng, lalu dimasukkan ke dalam kamar hotel, lalu di uh..."
"Setan ! pikiran lo negatif mulu!!"
"Hahaha siapa tahu benar kan, lo tau sendiri hotel itu adalah hotel bintang lima, pasti yang datang ke sana adalah om-om yang tajir!!!"
"Hmmm...."
"Oh ya Rin, Lo tau nggak ada guru baru di sekolah ini dan dia sangat ganteng sekali, tajir pula dan gue denger-denger dia juga masih jomblo."
Karina mengedikkan bahunya, ia tidak tau karena selama seminggu ini Karina tidak masuk sekolah dan tentu saja ia ketinggalan berita-berita heboh yang ada di sekolahan ini.
"Mana gue tahu, gue baru aja masuk sekolah."
"Lupa ... yang jelas guru itu adalah idola disini tetapi sayang sekali dia nggak ngajar kita, dia ngajarnya kelas XII"
Ucap Sintia dengan sedikit menyesal, karena tidak diajar oleh guru baru yang tampan dan juga berkarisma.
"Halah biasa saja, dan ekspresi wajah lo jangan seperti itu ... masih ada laki-laki yang tampan di luar sana, toh juga statusnya aja yang jomblo tetapi siapa tahu dia sudah punya simpanan di mana-mana."
Kedua gadis cantik itu menghentikan obrolannya ketika bel masuk sekolah berbunyi dan ini adalah hari Senin, maka semua siswa siswi harus mengikuti upacara bendera, begitu juga dengan Karin dan juga Sintia, mereka berdua bergegas untuk keluar dari kelas.
Upacara bendera dimulai, seperti biasanya mereka berdua berada di barisan paling belakang, dan memang kedua gadis cantik itu bandel dan tidak suka jika berada di depan . Bukan apa-apa, hanya saja sudah terbiasa dan kalau di belakang itu nanti sewaktu-waktu bisa kabur dari upacara, yang biasanya akan memakan waktu sangat lama.
"Rin... Rin!!"
Panggil Sintia dengan menyenggol tangan Karina yang saat ini Karina malah asik berbalas pesan dengan Rama.
"Hm..ada apa? Jangan berisik!! Nanti Lo dihukum...dan ganggu gue aja yang lagi kangen kangenan sama ayank beb...."
Karina dan Rama tidak satu kelas dan pagi ini mereka berdua belum bertemu karena Rama telat masuk sekolah, hanya berkabar lewat pesan saja.
"Lo penasaran nggak, bagaimana wajah tampan dari guru baru itu?"
"Enggak sama sekali, lebih gantengan pacar gue."
Jawab Karin yakin, gadis cantik itu tanpa melihat ke depan yang ia lihat hanya ponselnya saja karena ia masih berbalas pesan dengan Rama.
"Gue tahu, Rama memang laki-laki paling ganteng di sini tetapi guru baru itu juga tidak kalah gantengnya, coba deh lo lihat."
Karina sudah tidak memperdulikan ocehan dari syahabatnya, tetapi sahabatnya itu malahan mengambil ponsel Karin dan memaksa Karin untuk mendongakkan wajahnya, lalu melihat ke arah depan.
Deg
Om Devano? kenapa dia ada di sini?
Karina menggelengkan kepalanya pelan ketika ia baru saja melihat jika ada Devano yang berada di depan dan pastinya Devano berdiri berjajaran dengan guru-guru di sekolah ini.
"Kenapa ekspresi wajah lo, kaget kalau ternyata guru baru itu lebih tampan dari si Rama?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments