11

"Kenapa tiba-tiba, hm?"

Juna menatap Tiffany dengan mata sendu, hangat dan dalam. Gadis yang telah mencuri hatinya tiga tahun itu tak membalas tatapannya, justru jatuh pada jari-jari lentik tangannya yang ditaut-tautkan seperti sikap seseorang yang sedang gugup. Juna jelas tak mengerti, ditambah ajakan tiba-tiba Tiffany untuk menemuinya di taman kota yang ramai sore.

Alih-alih menanyakan kabar Juna atau hal-hal menyenangkan lainnya, yang dilontarkan Tiffany justru meminta Juna untuk putus. Iya, memutus hubungan yang telah terjalin seribu hari lebih. Juna telah menjalaninya dengan suka dan duka, kemudian direnggut begitu saja.

Jelas, siapapun tak dapat menerimanya. Selama ini hubungannya dengan Tiffany baik-baik saja. Sejak awal mereka bertemu, keduanya punya sifat yang sangat bertolak belakang. Tiffany yang ramah dan punya senyum memikat banyak orang dengan wajah yang juga mendukung, sudah jadi ratu sekolah. Sementara Juna, ia hanya berandal sekolah yang kebetulan merupakan anak dari sahabat dekat Ibu Tiffany sehingga keduanya mengalaminya hal klise.

Mereka dijodohkan. Awalnya, keduanya sama-sama menolak, saling mencaci-maki, saling membenci dan menjauhi. Namun, lama-lama karena keseringan berkomunikasi dan berinteraksi, bibit cinta mulai mekar. Mereka sama-sama jatuh cinta, hingga menjalin hubungan lebih jelas dan lama berjalan sampai sekarang.

Ya, sampai Tiffany tiba-tiba, "aku capek, Jun. Entahlah, aku rasa hubungan kita nggak bisa diteruskan." Mata Tiffany menyipit sebab saat melihat lelakinya, matahari sore pun ikut menyorot matanya hingga ia merasa silau. "Lagian aku udah nggak cinta."

Juna tertawa kecil, hal yang sangat jarang sekali laki-laki itu perlihatkan. Dingin, sinis dan tajam merupakan kata-kata yang sudah menggambarkan Juna secara keseluruhan. Bahkan didepan Tiffany, Juna masih jarang sekali tersenyum. Bedanya dengan yang lain, Juna berkata-kata lebih lembut dan rendah pada Tiffany, kekasihnya.

"Ada yang gangguin kamu?" tanya Juna, justru mengkhawatirkan sesuatu yang lain dibandingkan memikirkan bahwa Tiffany menduakannya.

Dari awal, Tiffany adalah perempuan berkelas di matanya. Gadis itu tak pernah menangis, mengeluh, takut ataupun menyerah atas sesuatu. Energi positif selalu terpancar dari dirinya, membuatnya sudah seperti pusat dunia bagi Juna.

Kini Juna sadar, ia telah jatuh terlalu dalam.

Tiffany menggeleng pelan, mengambil tangan besar Juna untuk ia genggam dengan jari-jari kurus tangannya. Tiffany menipiskan bibir. "Aku hanya ingin berhenti dengan kamu. Kita berhenti saja. Jangan ada urusan hati."

"Kamu lelah atau bosan?" tanya Juna dengan sorot mulai serius.

"Kamu memang pacar yang baik, Juna. Tapi kamu terlalu baik untuk aku," balas Tiffany masih dengan nada elegan yang mampu menghapus pikiran negatif Juna tentang gadis itu.

"Aku kesepian tanpa kamu, Tiffa." Juna berdeham berat, menundukkan kepalanya sambil menggenggam erat tangan kecil Tiffany. "Tolong, jangan pergi. Aku akan jadi apapun untukmu, aku akan melakukan apapun agar kamu menerimaku kembali."

Tak terdengar balasan, namun Juna merasakan sebuah tangan jatuh di atas kepalanya. Tangan itu jelas milik Tiffany, tangan kirinya yang tak digenggam Juna, mengelus lembut puncak kepalanya, memain-mainkan rambutnya dengan pelan dan dalam waktu yang lumayan lama. Seolah menyiratkan bahwa Tiffany menyayangi Juna, namun tak bisa untuk terus bersama.

Ketika akhirnya Juna kembali mendongak, tangan Tiffany jatuh pada pundaknya. Juna hanya fokus pada mata Tiffany, berharap ada sesuatu yang berubah di sana. Tak ada hitam yang membuat tanda tanya dalam benaknya bertambah besar dan membuat Juna buta akan segalanya.

Sayang, tak ada yang berubah.

"Terimakasih atas waktunya, Jun. Aku senang pernah dicintai kamu," kata Tiffany sambil tersenyum lembut. Mulai melepas genggaman tangan Juna dengan perlahan. "Aku pulang, ya."

Juna menghela napas panjang, berat. Ketika Tiffany bangkit, ia menahan pergelangan tangannya hingga Tiffany kembali menoleh dan menatapnya dengan bingung.

"Kenapa?"

"Bisakah kamu jujur? Katakan yang sebenarnya," pinta Juna hampir putus asa. "Aku tak mengerti apa alasan kamu ingin kita berakhir seperti ini."

Tiffany adalah anak yang punya segalanya. Orang tuanya adalah pasangan berada yang bebas berkeliaran dan hidup mewah tanpa resah memikirkan bagaimana mereka akan hidup besok, rumah mereka besar dan mewah, ditambah Tiffany yang merupakan anak satu-satunya, membuatnya mendapat perhatian luar biasa yang membuat orang lain iri. Rupanya yang seperti Puteri, tak kalah membuatnya semakin sempurna.

Sikap ramahnya, rendah hatinya, baik budinya membuat Juna seperti preman yang hendak memaksanya menikah. Pikiran itu berkali-kali menghantui Juna, namun Tiffany selalu menyangkalnya, berkata bahwa Juna adalah lelaki baik yang akan dicintainya sepenuh hati.

Mencintai Juna yang berandal, keras kepala, sinis, tajam, mudah marah dan mudah membenci.

Kini, semuanya hanya kata-kata. Jelas, Juna tak bisa menerimanya. Bahkan kini tangannya sudah mencengkram pergelangan tangan Tiffany dengan erat, sorot matanya ikut berubah tajam.

"Aku tak suka dibohongi, dibodohi dan dikhianati di belakang," tegasnya dengan rahang mengeras. "Lebih baik bilang sekarang sebelum aku berubah."

Untuk satu alasan, wajah Tiffany tak gentar. Bahkan menegaskan bahwa dirinya tak bersalah atas terkoyaknya hati Juna berkat keputusannya.

"Aku menyukai orang lain, aku ingin bersama dia."

Rahang Juna mengeras. Matanya menyorot tajam dan penuh amarah. Dengan emosi yang ditahannya kuat-kuat, ia melepas tangan Tiffany dan berdecak keras.

"Siapa dia?"

"Itu nggak penting buat kamu. Tapi, kalau aku dengan orang itu terluka gara-gara kamu, aku nggak akan segan untuk melukaimu balik."

Perkataan terakhir yang disuarakan dengan nada dingin oleh Tiffany untuknya, membuat Juna sadar bahwa kedepannya hubungan ini tak akan pernah sama lagi.

Juna marah. Pada kenyataan bahwa posisinya dirinya tak sepenting itu bagi hidup Tiffany, juga pada seseorang yang tiba-tiba membuat segalanya runtuh.

Kini, hanya ada satu kata untuk menyelesaikan semuanya. Balas dendam.

***

"Yohan! Ya ampun! Kamu ngapain buku aku?"

Ily baru saja kembali dari toilet saat melihat Yohan sedang mencoret-coret buku catatan matematikanya. Yohan mendongak, menatap Ily dengan tatapan biasanya.

Waktu pulang telah tiba, namun Ily belum mau pulang karena ada soal matematika yang belum ia selesaikan sementara Yohan menunggunya. Ily me toilet untuk mencuci wajah dan tangannya, namun terhenti saat melihat apa yang dilakukan Yohan pada bukunya.

"Ooh, jadi seperti ini? Ini dikali lalu ditambah, terus ini bukan negatif, tapi positif, ya? Ooh, iya, iya, sekarang aku mengerti," cerocos Ily senang, senyumnya mengembang hingga deretan giginya terlihat.

"Kamu itu ceroboh," kata Yohan mengatai. Ia menyentuh tangan Ily dan membuat mata Ily melotot, langsung saja menghindarkan tangannya. Pada kenyataannya, Yohan bermaksud untuk mengambil penghapus dan menghapus coretan tangan Ily yang salah. "Matematika itu banyak cara. Kamu harus memilih yang paling singkat dan mudah. Tak perlu berbelit-belit."

Ily berdeham. Menghilangkan salah tingkahnya dan segera membereskan peralatannya untuk dimasukkan ke dalam tas.

"Kita akan pulang langsung?" tanya Yohan ketika mereka berdua berjalan beriringan di koridor sekolah yang sudah agak sepi.

"Iya," jawab Ily singkat, sebenarnya karena malu. Entahlah, Yohan sepertinya mulai mengacaukan hatinya.

"Oke," balas Yohan sekedarnya.

Mereka tiba di parkiran. Awalnya semuanya berjalan biasa saja. Memang, beberapa kalangan siswi-siswi yang berpapasan sempat memekik tertahan atau tersenyum malu-malu melihat kehadiran Yohan. Namun, kini, tubuh Ily seolah beku saat melihat sosok Tiffany tengah menatapnya dengan senyum lebar di sebelah motor Yohan.

Ah, lebih tepatnya menatap Yohan dengan kekaguman luar biasa.

Ily sudah gegalapan, ingin kabur saja, namun melihat Yohan yang berwajah datar dan tak mempermasalahkan kehadiran Tiffany, Ily menjadi termotivasi untuk berlaku sama. Ia memasang wajah tegas dan mantap menghadap Tiffany.

Perempuan itu cantik, rambut gelombangnya terurai dan tertiup angin lembut, kulitnya mulus dengan warna kuning langsat yang jujur saja, itu semua membuat Ily minder bukan kepalang.

"Sore, Yohan," sapanya dengan suara lembut, kemudian beralih pada Ily. "Ily, hair."

Ily tersenyum tipis, sesaat. Wajah tegasnya kembali terpasang. "Mau ngapain, Tif?"

"Aku mau ngomong sesuatu," balas Tiffany dengan suara imut dan gerakan malu-malu, "sama Yohan."

Ily menipiskan bibirnya. Ia menoleh pada Yohan dan menatapnya untuk melemparkan kode bahwa kini giliran Yohan untuk bicara pada Tiffany langsung. Yohan mengangguk, sepertinya mengerti atas kode yang diberikan Ily.

"Aku tidak mau denganmu," kata Yohan langsung. Terlalu pada intinya sampai membuat Ily melotot terkejut. "Tolong jauhi aku."

Wajah Tiffany tampak terluka, jujur itu membuat Ily merasa sangat bersalah. Bahkan Tiffany menundukkan kepalanya sejenak untuk setelahnya tersenyum lebih tegar menghadapi tatapan datar Yohan.

"Aku akan anggap itu sebagai pecutan untukku supaya berusaha lebih keras," balas Tiffany menyimpulkan dengan percaya diri.

Yohan mengerutkan keningnya tak suka. Sorot matanya berubah tajam dan serius. "Aku bilang jangan begini. Aku tak menyukainya, aku terganggu. Tidakkah kamu mengerti?"

Bahu Tiffany terangkat satu kali, seolah menyepelekan perkataan Yohan yang sudah sangat-sangat serius. "Aku tak peduli. Kamu akan tetap menjadi milikku. Siap-siap saja. Dah!"

Begitu. Tiffany pergi dalam langkah percaya diri seperti tuan Puteri yang bahkan sepertinya tak bisa Ily lakukan seberapa seringnya ia berlatih. Tiffany terlalu anggun, kuat, ambisius dan percaya diri.

Pada saat Tiffany telah menghilangkan dalam mobil hitam mengkilatnya, Ily menoleh pada Yohan.

"Kamu tidak terpesona, kan?" tanyanya memastikan.

Yohan menggedikan bahunya. "Tidak."

Senyum Ily terkembang. "Baguslah."

"Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Yohan sepertinya berniat menggoda Ily.

Ily langsung mendelik. "Untuk apa aku cemburu?"

"Aku kan tampan. Kamu tidak terpesona?" tanya Yohan, tiba-tiba menunjukkan sisi yang lain. Ily jelas terkejut, bagaimana seseorang yang datar dan tak pernah tersenyum kini bertanya dengan senyum miring, menggoda.

"Kamu kenapa sih? Ayo, pulang!" seru Ily buru-buru mengalihkan pandangan. Menutup hati yang telah dipenuhi kupu-kupu, pipi yang memanas dan jantung yang telah bekerja lebih keras secara tiba-tiba.

Jangan bilang Ily menyukai Yohan. Algi tetap berada di hati terdalamnya. Mungkin ini hanya efek yang muncul karena Yohan tampan, bukan yang lain.

***

Terpopuler

Comments

Irmadjokam

Irmadjokam

hadeeehhh...lucu2 gemeeezzzzzz gtu loh thoor...

2020-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 p r o l o g
2 01
3 02
4 03
5 04
6 05
7 06
8 07
9 08
10 09
11 10
12 11
13 12
14 13
15 14
16 15
17 16
18 17
19 18
20 19
21 20
22 21
23 22
24 23
25 24
26 25
27 26
28 27
29 28
30 29
31 30
32 e p i l o g
33 pengumuman
34 Dari Korea 2 01
35 Dari Korea 2 02
36 Dari Korea 2 03
37 Dari Korea 2 04
38 Dari Korea 2 05
39 Dari Korea 2 06
40 Dari Korea 2 07
41 Dari Korea 2 08
42 Dari Korea 2 09
43 Dari Korea 2 10
44 Dari Korea 2 11
45 Dari Korea 2 12
46 Dari Korea 2 13
47 Dari Korea 2 14
48 Dari Korea 2 15
49 Dari Korea 2 16
50 Dari Korea 2 17
51 Dari Korea 2 18
52 spesial; spoiler
53 Dari Korea 2 19
54 Dari Korea 2 20
55 Dari Korea 2 21
56 Dari Korea 2 22
57 Dari Korea 2 23
58 Dari Korea 2 24
59 Dari Korea 2 25
60 Dari Korea 2 26
61 Dari Korea 2 27
62 Dari Korea 2 28
63 Dari Korea 2 29
64 Dari Korea 2 30
65 Dari Korea 2 31
66 Dari Korea 2 32
67 Dari Korea 2 33
68 Dari Korea 2 34
69 Dari Korea 2 35
70 Dari Korea 2 36
71 Dari Korea 2 37
72 Dari Korea 2 38
73 Dari Korea 2 39
74 Dari Korea 2 40
75 Dari Korea 2 41
76 Dari Korea 3 42
77 Dari Korea 2 43
78 Dari Korea 2 44
79 Dari Korea 2 45
80 Dari Korea 2 46
81 Dari Korea 2 47
82 Dari Korea 2 48
83 Dari Korea 2 49
84 Dari Korea 2 50
85 Dari Korea 2 51
86 Dari Korea 2 52
87 Dari Korea 2 53
88 Dari Korea 2 54
89 Dari Korea 2 55
90 Dari Korea 2 56
91 Dari Korea 2 56
92 Dari Korea 2 57
93 Dari Korea 2 58
94 Dari Korea 2 59
95 Dari Korea 2 60
96 Dari Korea 2 61
97 Dari Korea 2 62
98 Dari Korea 2 63
99 Dari Korea 2 64
100 Dari Korea 2 65
101 Dari Korea 2 Last Part
102 Sebelum Extra Part
103 Extra Part 1 : Kotak Pizza
104 Extra Part 2 : Besok Kamu Kosong?
105 Extra Part 3 : Bukan Cuma Empat Tahun Lagi
106 Extra Part 4 : Jodoh Pada Pandangan Pertama
107 The Cast of WABBL
108 WABBL - PROLOG
109 WABBL - 1
110 WABBL - 2
111 WABBL - 3
112 WABBL - 4
113 WABBL - 5
114 WABBL - 6
115 WABBL - 7
116 WABBL - 8
117 WABBL - 9
118 WABBL - 10
119 WABBL - 11
120 WABBL - 12
121 WABBL - 13
122 WABBL - 14
123 WABBL - 15
124 WABBL - 16
125 WABBL - 17
126 WABBL - 18
127 WABBL - 19
128 WABBL - 20
129 WABBL - 21
130 WABBL - 22
131 WABBL - 23
132 WABBL - 24
133 WABBL - 25
134 WABBL - 26
135 WABBL - 27
136 WABBL - 28
137 WABBL - 29
138 WABBL - 30
139 WABBL - 31
140 WABBL - 32
141 WABBL - 33
142 WABBL - 34
143 WABBL - 35
144 WABBL - 36
145 WABBL - 37
146 WABBL - 38
147 WABBL - 39
148 WABBL - 40
149 WABBL - 41
150 WABBL - 42
151 WABBL - 43
152 WABBL - 44
153 WABBL - 45
154 WABBL - 46
155 WABBL - 47
156 WABBL - 48
157 WABBL - 49
158 WABBL - 50
159 WABBL - 51
160 WABBL - 52
161 WABBL - 53
162 WABBL - 54
163 WABBL - 55
164 WABBL - 56
165 ice breaking
166 WABBL - 57
167 WABBL - 58
168 WABBL - 59
169 WABBL - 60
170 WABBL - 61
171 WABBL - 62
172 WABBL - 63
173 WABBL - 64
174 WABBL - 65
175 WABBL - 66
176 WABBL - 67
177 WABBL - 68
178 WABBL - 69
179 WABBL - 70
180 WABBL - 71
181 WABBL - 72
182 WABBL - 73
183 WABBL - 74
184 WABBL - 75
185 WABBL - 76
186 WABBL - 77
187 WABBL - 78
188 WABBL - 79
189 WABBL - 80
190 WABBL - 81
191 WABBL - 82
192 WABBL - 83
193 WABBL - 84
194 WABBL - 85
195 WABBL - 86
196 WABBL - 87
197 WABBL - 88
198 WABBL - 89
199 WABBL - 90
200 WABBL - 91
201 WABBL - 92
202 WABBL - 93
203 WABBL - 94
204 WABBL - 95
205 WABBL - 96
206 WABBL - 97
207 WABBL - 98
208 WABBL - 99
209 WABBL - 100
210 WABBL - 101
211 WABBL - 102
212 WABBL - 103
213 WABBL - 104
214 WABBL - 105
215 WABBL - 106
216 WABBL - 107
217 WABBL - 108
218 WABBL -109
219 WABBL - 110
220 WABBL - 111
221 WABBL - 112
222 WABBL - 113
223 WABBL - 114
224 WABBL - 115
225 WABBL - 116
226 WABBL - 117
227 WABBL - 118
228 WABBL - 119
229 WABBL - The Last Chapter
230 break page
231 LSF - 1
232 LSF - 2
233 LSF - 3
234 LSF - 4
235 LSF - 5
236 LSF - 6
237 LSF - 7
238 LSF - 8
239 LSF - 9
240 LSF - 10
241 LSF - 11
242 LSF - 12
243 LSF - 13
244 LSF - 14
245 LSF - 15
246 LSF - 16
247 LSF - 17
248 LSF - 18
249 LSF - 19
250 LSF - 20
251 LSF - 21
252 LSF - 22
253 LSF - 23
254 LSF - 24
255 LSF - 25
256 LSF - 26
257 LSF - 27
258 LSF - 28
259 LSF - 29
260 LSF - 30
261 LSF - 31
262 LSF - 32
263 LSF - 33
264 LSF - 34
265 LSF - 35
266 LSF - 36
267 LSF - 37
268 LSF - 38
269 LSF - 39
270 LSF - 40
271 LSF - The Last Chapter
272 Extra: Langit Meets Lami
273 SEKUEL WABBL
Episodes

Updated 273 Episodes

1
p r o l o g
2
01
3
02
4
03
5
04
6
05
7
06
8
07
9
08
10
09
11
10
12
11
13
12
14
13
15
14
16
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
23
25
24
26
25
27
26
28
27
29
28
30
29
31
30
32
e p i l o g
33
pengumuman
34
Dari Korea 2 01
35
Dari Korea 2 02
36
Dari Korea 2 03
37
Dari Korea 2 04
38
Dari Korea 2 05
39
Dari Korea 2 06
40
Dari Korea 2 07
41
Dari Korea 2 08
42
Dari Korea 2 09
43
Dari Korea 2 10
44
Dari Korea 2 11
45
Dari Korea 2 12
46
Dari Korea 2 13
47
Dari Korea 2 14
48
Dari Korea 2 15
49
Dari Korea 2 16
50
Dari Korea 2 17
51
Dari Korea 2 18
52
spesial; spoiler
53
Dari Korea 2 19
54
Dari Korea 2 20
55
Dari Korea 2 21
56
Dari Korea 2 22
57
Dari Korea 2 23
58
Dari Korea 2 24
59
Dari Korea 2 25
60
Dari Korea 2 26
61
Dari Korea 2 27
62
Dari Korea 2 28
63
Dari Korea 2 29
64
Dari Korea 2 30
65
Dari Korea 2 31
66
Dari Korea 2 32
67
Dari Korea 2 33
68
Dari Korea 2 34
69
Dari Korea 2 35
70
Dari Korea 2 36
71
Dari Korea 2 37
72
Dari Korea 2 38
73
Dari Korea 2 39
74
Dari Korea 2 40
75
Dari Korea 2 41
76
Dari Korea 3 42
77
Dari Korea 2 43
78
Dari Korea 2 44
79
Dari Korea 2 45
80
Dari Korea 2 46
81
Dari Korea 2 47
82
Dari Korea 2 48
83
Dari Korea 2 49
84
Dari Korea 2 50
85
Dari Korea 2 51
86
Dari Korea 2 52
87
Dari Korea 2 53
88
Dari Korea 2 54
89
Dari Korea 2 55
90
Dari Korea 2 56
91
Dari Korea 2 56
92
Dari Korea 2 57
93
Dari Korea 2 58
94
Dari Korea 2 59
95
Dari Korea 2 60
96
Dari Korea 2 61
97
Dari Korea 2 62
98
Dari Korea 2 63
99
Dari Korea 2 64
100
Dari Korea 2 65
101
Dari Korea 2 Last Part
102
Sebelum Extra Part
103
Extra Part 1 : Kotak Pizza
104
Extra Part 2 : Besok Kamu Kosong?
105
Extra Part 3 : Bukan Cuma Empat Tahun Lagi
106
Extra Part 4 : Jodoh Pada Pandangan Pertama
107
The Cast of WABBL
108
WABBL - PROLOG
109
WABBL - 1
110
WABBL - 2
111
WABBL - 3
112
WABBL - 4
113
WABBL - 5
114
WABBL - 6
115
WABBL - 7
116
WABBL - 8
117
WABBL - 9
118
WABBL - 10
119
WABBL - 11
120
WABBL - 12
121
WABBL - 13
122
WABBL - 14
123
WABBL - 15
124
WABBL - 16
125
WABBL - 17
126
WABBL - 18
127
WABBL - 19
128
WABBL - 20
129
WABBL - 21
130
WABBL - 22
131
WABBL - 23
132
WABBL - 24
133
WABBL - 25
134
WABBL - 26
135
WABBL - 27
136
WABBL - 28
137
WABBL - 29
138
WABBL - 30
139
WABBL - 31
140
WABBL - 32
141
WABBL - 33
142
WABBL - 34
143
WABBL - 35
144
WABBL - 36
145
WABBL - 37
146
WABBL - 38
147
WABBL - 39
148
WABBL - 40
149
WABBL - 41
150
WABBL - 42
151
WABBL - 43
152
WABBL - 44
153
WABBL - 45
154
WABBL - 46
155
WABBL - 47
156
WABBL - 48
157
WABBL - 49
158
WABBL - 50
159
WABBL - 51
160
WABBL - 52
161
WABBL - 53
162
WABBL - 54
163
WABBL - 55
164
WABBL - 56
165
ice breaking
166
WABBL - 57
167
WABBL - 58
168
WABBL - 59
169
WABBL - 60
170
WABBL - 61
171
WABBL - 62
172
WABBL - 63
173
WABBL - 64
174
WABBL - 65
175
WABBL - 66
176
WABBL - 67
177
WABBL - 68
178
WABBL - 69
179
WABBL - 70
180
WABBL - 71
181
WABBL - 72
182
WABBL - 73
183
WABBL - 74
184
WABBL - 75
185
WABBL - 76
186
WABBL - 77
187
WABBL - 78
188
WABBL - 79
189
WABBL - 80
190
WABBL - 81
191
WABBL - 82
192
WABBL - 83
193
WABBL - 84
194
WABBL - 85
195
WABBL - 86
196
WABBL - 87
197
WABBL - 88
198
WABBL - 89
199
WABBL - 90
200
WABBL - 91
201
WABBL - 92
202
WABBL - 93
203
WABBL - 94
204
WABBL - 95
205
WABBL - 96
206
WABBL - 97
207
WABBL - 98
208
WABBL - 99
209
WABBL - 100
210
WABBL - 101
211
WABBL - 102
212
WABBL - 103
213
WABBL - 104
214
WABBL - 105
215
WABBL - 106
216
WABBL - 107
217
WABBL - 108
218
WABBL -109
219
WABBL - 110
220
WABBL - 111
221
WABBL - 112
222
WABBL - 113
223
WABBL - 114
224
WABBL - 115
225
WABBL - 116
226
WABBL - 117
227
WABBL - 118
228
WABBL - 119
229
WABBL - The Last Chapter
230
break page
231
LSF - 1
232
LSF - 2
233
LSF - 3
234
LSF - 4
235
LSF - 5
236
LSF - 6
237
LSF - 7
238
LSF - 8
239
LSF - 9
240
LSF - 10
241
LSF - 11
242
LSF - 12
243
LSF - 13
244
LSF - 14
245
LSF - 15
246
LSF - 16
247
LSF - 17
248
LSF - 18
249
LSF - 19
250
LSF - 20
251
LSF - 21
252
LSF - 22
253
LSF - 23
254
LSF - 24
255
LSF - 25
256
LSF - 26
257
LSF - 27
258
LSF - 28
259
LSF - 29
260
LSF - 30
261
LSF - 31
262
LSF - 32
263
LSF - 33
264
LSF - 34
265
LSF - 35
266
LSF - 36
267
LSF - 37
268
LSF - 38
269
LSF - 39
270
LSF - 40
271
LSF - The Last Chapter
272
Extra: Langit Meets Lami
273
SEKUEL WABBL

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!