10

"Besok kita ulangan, ya, anak-anak!"

Adalah kata-kata pengingat terakhir dari Bu Emma, guru Fisika kelas Ily sebelum guru berambut sebahu itu keluar dari kelas. Membuat anak kelas hanya mengembuskan napas kecil, menyerah saja. Sebab tak ada lagi waktu untuk mengeluh ataupun membantah, mereka kelas XII. Sebentar lagi untuk mereka menyelesaikan pendidikan di sini, untuk mendapatkan hasil yang membanggakan, tentu jalannya sekarang hanyalah belajar dengan giat.

Masing-masing dari mereka membereskan peralatannya ke dalam tas. Ada yang buru-buru pulang, ada juga yang masih menunggu teman-temannya. Ily sendiri termasuk golongan pertama karena dia tidak punya teman untuk ditunggu ataupun menunggunya belajar bersama atau menghabiskan waktu untuk bergembira.

"Kali ini, kamu akan mengajakku ke mana?"

Ily menoleh, baru menyadari bahwa di sebelahnya masih ada Yohan. Yang selalu mengikutinya ke mana pun baru-baru ini.

"Aku akan belajar, Yohan. Tidak akan ke mana-mana," jawab Ily seadanya.

Yohan menipiskan bibir. Dengan patuh, ia menepikan diri agar Ily bisa lewat. Ily awalnya mengernyit, namun tetap berjalan lebih dulu keluar kelas. Persis ketika ia keluar, tatapan siswi-siswi yang melewati kelasnya tertuju pada satu yang hakiki; ketampanan Yohan.

Seharusnya Ily sudah terbiasa. Perempuan mana juga yang tertarik pada laki-laki setampan Yohan. Namun, sesuatu mengintimidasinya. Tatapannya tajam, menuntut dan sedikit marah.

Tentu, itu milik Tiffany. Siapa lagi.

Ily menelan ludah, langkahnya menjadi kaku dan gemetar. Ia mengeratkan kepalan tangannya, memutuskan untuk melewati Tiffany begitu saja tanpa menyapa ataupun apapun itu. Ia ingin segera sampai rumah dan bertemu dengan kasurnya.

Ketika akhirnya mereka sampai di parkiran, Ily segera berbalik begitu tiba-tiba hingga Yohan hampir menabraknya jika ia tak segera menghentikan langkah.

Matanya menatap bingung pada Ily yang kini sudah memasang wajah kusut. Setahunya, ia tak melakukan kesalahan apapun hingga membuat perempuan di depannya ini badmood.

"Kenapa?"

Ily menggigit bibirnya, menatap Yohan dengan sorot tak terbaca. Dalam pikirannya banyak sekali yang ingin ia curahkan. Mulai dari kehadiran Yohan yang sebenarnya membuat Ily senang karena laki-laki dari Korea itu kerap kali memberi traktir padanya, wajah tampannya yang membuat Ily merasa sangat beruntung bisa bertentanggaan dan Yohan bisa menjadi temannya tanpa memandang bagaimana buruknya sifat Ily.

Namun, sesuatu mengganjal pada hatinya. Ily merasa tak nyaman, ia ingin bebas. Ingin melakukan apa yang ia mau tanpa diinterupsi oleh ketidaksukaan seseorang ataupun diejek.

"Oke!" seru Ily saat memutuskan sesuatu yang sedari tadi saling bergerumul dalam pikirannya, membuat Yohan makin menatapnya bingung. "Yohan, ayo pulang!"

Alis Yohan bertaut, amat bingung mendengar Ily tiba-tiba berseru mengajaknya pulang. "Kenapa tiba-tiba sikapmu aneh?"

"Aku akan tetap jadi temanmu, ayo. Kita pulang saja," ajak Ily sambil menarik tangan Yohan begitu saja menuju motor cowok itu yang terparkir di tempat yang sudah Ily hafal sebab hampir setiap hari dia menaiki kendaraan itu.

***

Lo nggak lupa mau gue, kan?

Ily *** ponselnya yang menampilkan layar dengan pesan itu. Tiffany beberapa hari ini mengirimnya banyak pesan, bahkan sampai menelpon namun tak kunjung Ily angkat karena terlalu takut. Isinya tak jauh-jauh dari keinginan untuk didekatkan dengan Yohan.

Ada yang mau gue omongin, besok di sekolah. Waktu istirahat di toilet deket kantin aja, lo bisa?

Dalam hidupnya, Ily paling benci menjadi pesuruh. Sekalipun seluruh dunia akan menjadi musuhnya, Ily tetap pada pendiriannya. Sekalipun semua orang akan membunuhnya, Ily tetap tak akan menjadi pesuruh. Ini hidupnya, semuanya terserah dia. Tak ada suruhan, tak ada paksaan ataupun ancaman untuk dia lakukan.

Semuanya terserah Ily, terserah kehendak Ily, terserah hati Ily dan semuanya akan ditanggung Ily.

Seperti pada semester awal dirinya kelas sepuluh. Hari itu di sekolah diadakan perayaan ulang tahun NKRI yang mana diisi dengan lomba-lomba pada umumnya seperti balap karung, makan kerupuk, mencari koin dalam terigu, memecah balon dengan mata tertutup dan tarik tambang yang menjadi sorotan utama. Sebab biasanya, para cewek akan menyemangati cowok-cowok yang ikutan dengan jeritan yang luar biasa memekakkan telinga.

Saat itu Ily ingin lomba balap karung, namun justru direbut oleh Tiffany.

"Gue punya badan yang lebih kurus, kayaknya lebih meyakinkan deh buat menang!" seru Tiffany percaya diri.

Ily memutar bola mata. "Bukan masalah badan siapa yang lebih kurus, tapi masalah tekad siapa yang lebih besar. Gue yakin bisa menang dan jika gue kalah, gue berani taruh lima puluh ribu buat kas kelas!"

Tentu seruan penuh tekad itu membuat semua anak di kelasnya berseru heboh sekaligus gembira. Mereka senang atas pengorbanan Ily, namun ada juga yang justru khawatir.

Mereka adalah Vinny dan Villy, kembaran yang menjadi teman lengket Ily, pada awalnya. Kini segalanya telah berubah, namun Ily tak pernah mempermasalahkan hal itu lagi.

Kembali pada cerita, Tiffany justru terpancing untuk menantang. "Gue berani taruh seratus ribu buat menang!"

Tentu, Ily kicep dibuatnya. Darimana dia bisa mendapatkan uang besar untuk disedekahkan ke kas kelas? Yang ada Ily harus tak jajan untuk satu Minggu sekolah agar dapat menghasilkan uang tersebut. Mana kuat Ily.

Akhirnya, dia menyerah dan membiarkan Tiffany mengikuti balap karung. Ily sudah terbawa emosi, ia tak mau berpartisipasi dalam lomba apapun. Hanya menonton dan teramat kesal saat di dapati kelasnya tak menang dalam lomba apapun.

Yang lomba kerupuk kalah karena dia terlalu susah menjaga keseimbangan karena kakinya harus diangkat satu, yang lomba mencari koin dalam terigu itu harus kalah juga karena pemainnya justru bersin sebab terigu itu masuk dalam hidungnya. Tiffany kalah, jelas karena lompatannya terlalu bersemangat sehingga dia harus tersungkur jatuh. Di sini Ily sangat-sangat kesal, ingin berteriak menyalahkan semua orang yang tak membelanya. Namun Ily hanya tersenyum miring, biarlah Tiffany menanggung akibatnya sendiri.

Anak kelas juga pasti senang, mereka bisa absen membayar uang kas selama dua Minggu.

Lomba tarik tambang lain lagi. Mereka kalah bukan karena langsung tertarik ke garis lawan saat peluit mulai diluncurkan, tetapi member dari kelas Ily yang berpartisipasi mencuri start duluan sehingga timnya didiskualifikasi.

Karenanya, Ily tak mau memaksakan kehendaknya sesuai orang lain jika itu berujung pada sebuah kekalahan. Biarlah semuanya terserah Ily, resikonya pun akan Ily tanggung sebaik-baiknya.

Prinsip itu sudah Ily pegang sejak ia SD, serius.

"Kenapa wajahmu begitu kesal? Ada yang mengganggumu?"

Suara berat Yohan membuat Ily sadar kembali ke kenyataan. Kenyataan bahwa kini dirinya sedang berada di depan pagar rumahnya selepas turun dari motor Yohan. Entah mengapa Ily tak bisa sadar bahwa dirinya sedari tadi diteliti oleh Yohan sejak pertama kali perempuan itu mengeluarkan ponselnya.

Ily sedikit gegalapan, lalu buru-buru memasukkan ponselnya dalam saku rok seragamnya. "Tidak apa-apa, kok. Aku masuk duluan, ya. Da--"

"Eh, dek Yohan! Baru pulang sekolah, ya? Nganter Ily lagi?" Suara ceria Ibu tiba-tiba terdengar ketika gerbang rumah Ily dibuka. Ily terkejut, melotot memandang Ibunya yang tiba-tiba keluar.

Yohan hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Ibu Ily. Melihat itu, Ibu Ily beralih menatap anaknya dengan sorot mata penuh kode, namun Ily tak mengerti apapun.

Akhirnya Ibu berdecak, memegang bau Yohan dengan senyum lebar yang merenyuhkan hati.

"Ikut makan dulu, yuk," ajak Ibu lembut, seperti sedang berbicara pada Ily biasanya, menganggap Yohan sebagai anaknya. "Kamu baik banget nganterin Ily. Ibu hampir lihat setiap hari, tapi nggak sempet balas kamu karena Ibu lupa belanja terus Ily juga sering buru-buru belajar di kamarnya. Sekarang, bisa kan kita makan bareng-bareng?"

Jelas Ily terkejut atas ajakan Ibu yang tiba-tiba, berbeda dengan Yohan yang datar seperti mau-mau saja diajak ini-itu.

"Ayah juga udah pulang, ayok, ah!" Ibu menarik tangan Yohan dan Ily bersamaan untuk masuk ke dalam rumah.

Berbeda dengan saat masuk ke rumahnya sendiri, Yohan tak diberi sandal bulu agar kakinya nyaman dan tak merasakan dinginnya lantai rumah. Kaki telanjangnya kini langsung menapak pada lantai, melewati langkah-langkah menuju meja makan di mana Ayah Ily telah menunggu sambil membaca koran dengan kaca matanya, seperti biasanya.

Rumah Ily tak jauh berbeda dengan rumahnya, hanya saja rumah Ily tampak lebih berisi dengan pot-pot besar berisi tanaman penyegar udara dan beberapa foto keluarga. Tak ada hiasan apapun selain lukisan ikan koi yang tampak biasa di dindingnya. Sepertinya keluarga Ily menyukai kesederhanaan.

"Yah, ini lho anak tetangga yang selalu berangkat dan pulang bareng Ily waktu sekolah," kata Ibu langsung memperkenalkan Yohan pada Ayah sewaktu mereka bertiga sampai di meja makan.

"Oalah, ini toh," tanggap Ayah semangat, bahkan meninggalkan korannya lebih dulu untuk menatap Yohan dari atas sampai bawah. "Anaknya rapi juga. Namanya siapa, nih?"

"Kim Yohan," jawab Yohan datar seperti biasa, namun ada senyum kecil terbit di wajah berkulit putih khas Koreanya.

"Yohan, ya? Ily pernah bilang dia naksir sama laki-laki yang memiliki nama itu," kata Ayah langsung menggoda Ily dengan senyum semangat, jelas saja membuat Ily melotot tak terima.

"Bohong! Yohan, jangan dipercaya! Udah, ah, aku mau ganti baju dulu," katanya sebal, langsung berbalik saja meninggalkan Yohan dengan Ibu dan Ayahnya yang baru saja saling mengenal.

Ayah hanya tertawa melihat Ily yang baru masuk ke dalam kamarnya. "Bercanda, kok. Jangan dibawa serius. Ily anaknya gitu.  Kalau dibercandain suka ngambek, nggak seru."

"Ayah, jangan begitu!" protes Ibu tak terima. Sambil mengambil hidangan-hidangan rumahan dari dapur ke meja makan, mulutnya terus bersuara. "Biasanya anak cewek nggak suka kalau curhatannya diumbar-umbar apalagi itu tentang seseorang yang dia suka. Kadang, orang yang dia pilih sebagai tempat curhat adalah yang paling dia percaya, dan orang yang ada dalam curhatannya itu benar-benar seseorang yang berarti bagi dia. Jangan dijadikan bercandaan, Yah. Ini masalah hati dan hati susah sembuh kalau sudah tergores."

Ayah kicep mendengar ocehan istrinya. Ia menoleh, berpandangan dengan Yohan yang sepertinya berpikiran sama. Kemudian Ayah tersenyum tipis dengan bahu yang digedikan.

"Ily nggak curhat, kok, sebenarnya."

Yohan terdiam lama mendengarnya, seperti ada sesuatu yang membuatnya kesal saat Ayah mengatakan itu. Ia ingin entah, namun merasa tak enak pada Ibu Ikut yang kini sibuk menata hidangan-hidangan tambahan.

"Ish, kalau bukan suami udah aku lempar kamu pake sendok ini," kata Ibu kesal seraya mengaduk susu hangat untuk Ily dan Yohan.

Sebenarnya Yohan senang, tiba-tiba bisa masuk dalam rumah Ily dan makan bersama keluarganya. Namun, diam-diam ia memikirkan Ibunya juga. Karenanya, ia mengambil ponsel di saku celananya dan mengetikkan pesan untuk Ibunya.

Bu, aku makan di rumah Ily. Maaf, ya, tapi aku akan menemani Ibu makan malam, tenang saja.

"Yohan, duduk aja, aduh," kata Ibu Ily khawatir, baru menyadari bahwa sedari tadi Yohan hanya berdiri menonton dirinya dan Ayah beradu argumen. "Ayah, kenapa nggak dipersilahkan duduk, sih?" kesal Ibu pada Ayah.

"Lah, kok nyalahin lagi?" Ayah berdecak tak percaya, kemudian ia beralih pada Yohan. "Lain kali duduk aja. Anggap rumah sendiri. Oke?"

Yohan tersenyum tipis, kemudian duduk di sebelah Ayah dengan canggung. Ayah Ikut berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Ayahnya, namun tetap saja, setiap bertemu dengan seorang Ayah, tangan Yohan mendingin. Menjelaskan betapa tegangnya perasaan dia.

"Lama, nggak?" Ily tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya dengan baju tidur yang santai dan tampak asing di matanya. Warnanya kuning, jelas Yohan ilfeel melihatnya. Dia tak suka warna kuning. Sampai kapanpun.

Itu mengingatkannya dengan kotoran. Dan mereka kini akan makan. Sungguh, Yohan merasa sangat tersiksa sekarang.

"Ayo, deh, kita makan!"

"Kamu kan orang Korea, ya, Ibu nggak tau kamu akan suka apa nggak, tapi selamat menikmati," kata Ibu menyilahkan Yohan memakan hidangan.

Mereka berdoa, kemudian saling menatap piring masing-masing yang telah dipersiapkan dengan ukuran masing-masing. Di dalamnya sudah ada nasi, tinggal memilih lauk pauk yang ada di piring-piring lain. Sistem makannya seperti di Korea, membuat Yohan nyaman.

"Ada tumis kangkung, telur gulung, ikan bakar, sambal, lalapan dan sayur lodeh," jelas Ibu untum Yohan sambil menunjuk-nunjuk makan yang ia maksud.

Yohan tersenyum. Tanpa ragu ia mengambil semuanya dan memakannya dengan lahap. Jelas membuat Ayah, Ibu dan Ily menatapnya dengan tatapan terkejut.

Namun Ily yang sudah hafal bagaimana tabiat cowok Korea itu lantas berkata, "dia emang orang Korea, tapi selera makanan alias lidahnya kayak orang Indonesia, dia suka semua makanan Indonesia, tapi nggak terlalu suka makan-makanan di Korea."

Bukannya makin melongo seperti Ayah, mata Ibu justru berbinar dengan semangat.

"Kalau begitu setiap hari aja kamu makan di sini, sebagai balas Budi karena sudah me jadi teman Ily!"

Yohan refleks tersedak, sementara Ily langsung melotot tak percaya, buru-buru dia protes.

"Ibu, kenapa harus jadiin aku alasan?"

"Aku mau, Bu," jawab Yohan datar, tiba-tiba dan makin membuat Ily lemas ditempatnya duduk. Tak bisa percaya bahwa kini dirinya akan semakin terlibat dan dekat dengan Yohan.

***

Terpopuler

Comments

sanSan

sanSan

banyak typo nya mbak dini. semoga semakin bisa diperbaiki. semangat mbak..😍😍😍

2019-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 p r o l o g
2 01
3 02
4 03
5 04
6 05
7 06
8 07
9 08
10 09
11 10
12 11
13 12
14 13
15 14
16 15
17 16
18 17
19 18
20 19
21 20
22 21
23 22
24 23
25 24
26 25
27 26
28 27
29 28
30 29
31 30
32 e p i l o g
33 pengumuman
34 Dari Korea 2 01
35 Dari Korea 2 02
36 Dari Korea 2 03
37 Dari Korea 2 04
38 Dari Korea 2 05
39 Dari Korea 2 06
40 Dari Korea 2 07
41 Dari Korea 2 08
42 Dari Korea 2 09
43 Dari Korea 2 10
44 Dari Korea 2 11
45 Dari Korea 2 12
46 Dari Korea 2 13
47 Dari Korea 2 14
48 Dari Korea 2 15
49 Dari Korea 2 16
50 Dari Korea 2 17
51 Dari Korea 2 18
52 spesial; spoiler
53 Dari Korea 2 19
54 Dari Korea 2 20
55 Dari Korea 2 21
56 Dari Korea 2 22
57 Dari Korea 2 23
58 Dari Korea 2 24
59 Dari Korea 2 25
60 Dari Korea 2 26
61 Dari Korea 2 27
62 Dari Korea 2 28
63 Dari Korea 2 29
64 Dari Korea 2 30
65 Dari Korea 2 31
66 Dari Korea 2 32
67 Dari Korea 2 33
68 Dari Korea 2 34
69 Dari Korea 2 35
70 Dari Korea 2 36
71 Dari Korea 2 37
72 Dari Korea 2 38
73 Dari Korea 2 39
74 Dari Korea 2 40
75 Dari Korea 2 41
76 Dari Korea 3 42
77 Dari Korea 2 43
78 Dari Korea 2 44
79 Dari Korea 2 45
80 Dari Korea 2 46
81 Dari Korea 2 47
82 Dari Korea 2 48
83 Dari Korea 2 49
84 Dari Korea 2 50
85 Dari Korea 2 51
86 Dari Korea 2 52
87 Dari Korea 2 53
88 Dari Korea 2 54
89 Dari Korea 2 55
90 Dari Korea 2 56
91 Dari Korea 2 56
92 Dari Korea 2 57
93 Dari Korea 2 58
94 Dari Korea 2 59
95 Dari Korea 2 60
96 Dari Korea 2 61
97 Dari Korea 2 62
98 Dari Korea 2 63
99 Dari Korea 2 64
100 Dari Korea 2 65
101 Dari Korea 2 Last Part
102 Sebelum Extra Part
103 Extra Part 1 : Kotak Pizza
104 Extra Part 2 : Besok Kamu Kosong?
105 Extra Part 3 : Bukan Cuma Empat Tahun Lagi
106 Extra Part 4 : Jodoh Pada Pandangan Pertama
107 The Cast of WABBL
108 WABBL - PROLOG
109 WABBL - 1
110 WABBL - 2
111 WABBL - 3
112 WABBL - 4
113 WABBL - 5
114 WABBL - 6
115 WABBL - 7
116 WABBL - 8
117 WABBL - 9
118 WABBL - 10
119 WABBL - 11
120 WABBL - 12
121 WABBL - 13
122 WABBL - 14
123 WABBL - 15
124 WABBL - 16
125 WABBL - 17
126 WABBL - 18
127 WABBL - 19
128 WABBL - 20
129 WABBL - 21
130 WABBL - 22
131 WABBL - 23
132 WABBL - 24
133 WABBL - 25
134 WABBL - 26
135 WABBL - 27
136 WABBL - 28
137 WABBL - 29
138 WABBL - 30
139 WABBL - 31
140 WABBL - 32
141 WABBL - 33
142 WABBL - 34
143 WABBL - 35
144 WABBL - 36
145 WABBL - 37
146 WABBL - 38
147 WABBL - 39
148 WABBL - 40
149 WABBL - 41
150 WABBL - 42
151 WABBL - 43
152 WABBL - 44
153 WABBL - 45
154 WABBL - 46
155 WABBL - 47
156 WABBL - 48
157 WABBL - 49
158 WABBL - 50
159 WABBL - 51
160 WABBL - 52
161 WABBL - 53
162 WABBL - 54
163 WABBL - 55
164 WABBL - 56
165 ice breaking
166 WABBL - 57
167 WABBL - 58
168 WABBL - 59
169 WABBL - 60
170 WABBL - 61
171 WABBL - 62
172 WABBL - 63
173 WABBL - 64
174 WABBL - 65
175 WABBL - 66
176 WABBL - 67
177 WABBL - 68
178 WABBL - 69
179 WABBL - 70
180 WABBL - 71
181 WABBL - 72
182 WABBL - 73
183 WABBL - 74
184 WABBL - 75
185 WABBL - 76
186 WABBL - 77
187 WABBL - 78
188 WABBL - 79
189 WABBL - 80
190 WABBL - 81
191 WABBL - 82
192 WABBL - 83
193 WABBL - 84
194 WABBL - 85
195 WABBL - 86
196 WABBL - 87
197 WABBL - 88
198 WABBL - 89
199 WABBL - 90
200 WABBL - 91
201 WABBL - 92
202 WABBL - 93
203 WABBL - 94
204 WABBL - 95
205 WABBL - 96
206 WABBL - 97
207 WABBL - 98
208 WABBL - 99
209 WABBL - 100
210 WABBL - 101
211 WABBL - 102
212 WABBL - 103
213 WABBL - 104
214 WABBL - 105
215 WABBL - 106
216 WABBL - 107
217 WABBL - 108
218 WABBL -109
219 WABBL - 110
220 WABBL - 111
221 WABBL - 112
222 WABBL - 113
223 WABBL - 114
224 WABBL - 115
225 WABBL - 116
226 WABBL - 117
227 WABBL - 118
228 WABBL - 119
229 WABBL - The Last Chapter
230 break page
231 LSF - 1
232 LSF - 2
233 LSF - 3
234 LSF - 4
235 LSF - 5
236 LSF - 6
237 LSF - 7
238 LSF - 8
239 LSF - 9
240 LSF - 10
241 LSF - 11
242 LSF - 12
243 LSF - 13
244 LSF - 14
245 LSF - 15
246 LSF - 16
247 LSF - 17
248 LSF - 18
249 LSF - 19
250 LSF - 20
251 LSF - 21
252 LSF - 22
253 LSF - 23
254 LSF - 24
255 LSF - 25
256 LSF - 26
257 LSF - 27
258 LSF - 28
259 LSF - 29
260 LSF - 30
261 LSF - 31
262 LSF - 32
263 LSF - 33
264 LSF - 34
265 LSF - 35
266 LSF - 36
267 LSF - 37
268 LSF - 38
269 LSF - 39
270 LSF - 40
271 LSF - The Last Chapter
272 Extra: Langit Meets Lami
273 SEKUEL WABBL
Episodes

Updated 273 Episodes

1
p r o l o g
2
01
3
02
4
03
5
04
6
05
7
06
8
07
9
08
10
09
11
10
12
11
13
12
14
13
15
14
16
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
23
25
24
26
25
27
26
28
27
29
28
30
29
31
30
32
e p i l o g
33
pengumuman
34
Dari Korea 2 01
35
Dari Korea 2 02
36
Dari Korea 2 03
37
Dari Korea 2 04
38
Dari Korea 2 05
39
Dari Korea 2 06
40
Dari Korea 2 07
41
Dari Korea 2 08
42
Dari Korea 2 09
43
Dari Korea 2 10
44
Dari Korea 2 11
45
Dari Korea 2 12
46
Dari Korea 2 13
47
Dari Korea 2 14
48
Dari Korea 2 15
49
Dari Korea 2 16
50
Dari Korea 2 17
51
Dari Korea 2 18
52
spesial; spoiler
53
Dari Korea 2 19
54
Dari Korea 2 20
55
Dari Korea 2 21
56
Dari Korea 2 22
57
Dari Korea 2 23
58
Dari Korea 2 24
59
Dari Korea 2 25
60
Dari Korea 2 26
61
Dari Korea 2 27
62
Dari Korea 2 28
63
Dari Korea 2 29
64
Dari Korea 2 30
65
Dari Korea 2 31
66
Dari Korea 2 32
67
Dari Korea 2 33
68
Dari Korea 2 34
69
Dari Korea 2 35
70
Dari Korea 2 36
71
Dari Korea 2 37
72
Dari Korea 2 38
73
Dari Korea 2 39
74
Dari Korea 2 40
75
Dari Korea 2 41
76
Dari Korea 3 42
77
Dari Korea 2 43
78
Dari Korea 2 44
79
Dari Korea 2 45
80
Dari Korea 2 46
81
Dari Korea 2 47
82
Dari Korea 2 48
83
Dari Korea 2 49
84
Dari Korea 2 50
85
Dari Korea 2 51
86
Dari Korea 2 52
87
Dari Korea 2 53
88
Dari Korea 2 54
89
Dari Korea 2 55
90
Dari Korea 2 56
91
Dari Korea 2 56
92
Dari Korea 2 57
93
Dari Korea 2 58
94
Dari Korea 2 59
95
Dari Korea 2 60
96
Dari Korea 2 61
97
Dari Korea 2 62
98
Dari Korea 2 63
99
Dari Korea 2 64
100
Dari Korea 2 65
101
Dari Korea 2 Last Part
102
Sebelum Extra Part
103
Extra Part 1 : Kotak Pizza
104
Extra Part 2 : Besok Kamu Kosong?
105
Extra Part 3 : Bukan Cuma Empat Tahun Lagi
106
Extra Part 4 : Jodoh Pada Pandangan Pertama
107
The Cast of WABBL
108
WABBL - PROLOG
109
WABBL - 1
110
WABBL - 2
111
WABBL - 3
112
WABBL - 4
113
WABBL - 5
114
WABBL - 6
115
WABBL - 7
116
WABBL - 8
117
WABBL - 9
118
WABBL - 10
119
WABBL - 11
120
WABBL - 12
121
WABBL - 13
122
WABBL - 14
123
WABBL - 15
124
WABBL - 16
125
WABBL - 17
126
WABBL - 18
127
WABBL - 19
128
WABBL - 20
129
WABBL - 21
130
WABBL - 22
131
WABBL - 23
132
WABBL - 24
133
WABBL - 25
134
WABBL - 26
135
WABBL - 27
136
WABBL - 28
137
WABBL - 29
138
WABBL - 30
139
WABBL - 31
140
WABBL - 32
141
WABBL - 33
142
WABBL - 34
143
WABBL - 35
144
WABBL - 36
145
WABBL - 37
146
WABBL - 38
147
WABBL - 39
148
WABBL - 40
149
WABBL - 41
150
WABBL - 42
151
WABBL - 43
152
WABBL - 44
153
WABBL - 45
154
WABBL - 46
155
WABBL - 47
156
WABBL - 48
157
WABBL - 49
158
WABBL - 50
159
WABBL - 51
160
WABBL - 52
161
WABBL - 53
162
WABBL - 54
163
WABBL - 55
164
WABBL - 56
165
ice breaking
166
WABBL - 57
167
WABBL - 58
168
WABBL - 59
169
WABBL - 60
170
WABBL - 61
171
WABBL - 62
172
WABBL - 63
173
WABBL - 64
174
WABBL - 65
175
WABBL - 66
176
WABBL - 67
177
WABBL - 68
178
WABBL - 69
179
WABBL - 70
180
WABBL - 71
181
WABBL - 72
182
WABBL - 73
183
WABBL - 74
184
WABBL - 75
185
WABBL - 76
186
WABBL - 77
187
WABBL - 78
188
WABBL - 79
189
WABBL - 80
190
WABBL - 81
191
WABBL - 82
192
WABBL - 83
193
WABBL - 84
194
WABBL - 85
195
WABBL - 86
196
WABBL - 87
197
WABBL - 88
198
WABBL - 89
199
WABBL - 90
200
WABBL - 91
201
WABBL - 92
202
WABBL - 93
203
WABBL - 94
204
WABBL - 95
205
WABBL - 96
206
WABBL - 97
207
WABBL - 98
208
WABBL - 99
209
WABBL - 100
210
WABBL - 101
211
WABBL - 102
212
WABBL - 103
213
WABBL - 104
214
WABBL - 105
215
WABBL - 106
216
WABBL - 107
217
WABBL - 108
218
WABBL -109
219
WABBL - 110
220
WABBL - 111
221
WABBL - 112
222
WABBL - 113
223
WABBL - 114
224
WABBL - 115
225
WABBL - 116
226
WABBL - 117
227
WABBL - 118
228
WABBL - 119
229
WABBL - The Last Chapter
230
break page
231
LSF - 1
232
LSF - 2
233
LSF - 3
234
LSF - 4
235
LSF - 5
236
LSF - 6
237
LSF - 7
238
LSF - 8
239
LSF - 9
240
LSF - 10
241
LSF - 11
242
LSF - 12
243
LSF - 13
244
LSF - 14
245
LSF - 15
246
LSF - 16
247
LSF - 17
248
LSF - 18
249
LSF - 19
250
LSF - 20
251
LSF - 21
252
LSF - 22
253
LSF - 23
254
LSF - 24
255
LSF - 25
256
LSF - 26
257
LSF - 27
258
LSF - 28
259
LSF - 29
260
LSF - 30
261
LSF - 31
262
LSF - 32
263
LSF - 33
264
LSF - 34
265
LSF - 35
266
LSF - 36
267
LSF - 37
268
LSF - 38
269
LSF - 39
270
LSF - 40
271
LSF - The Last Chapter
272
Extra: Langit Meets Lami
273
SEKUEL WABBL

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!