"Sombong amat sih, kecil-kecil!"
"Pastes nggak ditemenin, orangnya juga gitu!"
"Untung nggak pernah kenal!"
"Anaknya sok cantik!"
Ily hanya menghela napas kecil saat mendengar seruan-seruan dari siswa-siswi di kelasnya. Mereka mempermasalahkan Ily yang tak ikut belajar bersama di rumah Purna kemarin. Sejak awal, Ily memang tak berniat untuk menyatu dengan orang-orang di kelas ini.
Semenjak kejadian itu terjadi, Ily malas untuk bergaul. Ia ingin sendiri dan dengan begitu, ia bisa hidup damai tanpa drama-drama atau kejadian-kejadian yang membuatnya jengah.
Karena itu, Ily kebal dengan makan-makan atau cacian-cacian itu. Ia menganggapnya angin lalu dan tetap berjalan dengan kepala tegak.
Sudah terlanjur dirinya dicap sebagai si jutek, si dingin, si kecil, si pendek dan si--apapun itu yang menggambarkan sisi buruk dirinya.
Jika Ayah dan Ibu tau, maka akan tamat riwayat mereka. Namun, Ily tak ingin itu terjadi. Ia merahasiakan kehidupan sekolahnya yang buruk ini dan menceritakan hal-hal menyenangkan seperti bertemu teman baik, bercanda dengan mereka, tertawa bersama dan makan bersama.
Serius, semua itu terjadi.
Ily tak benar-benar tak mempunyai teman. Namun, orang satu ini juga tak bisa disebut teman. Namun, orang ini membuatnya mengalami hal-hal menyenangkan di atas, meski dalam bentuk yang benar-benar berbeda. Yakni, sama sekali tak menyenangkan.
Wajah Ily berubah dingin saat melihat Elvan duduk di kursinya dengan seringai jahil. Elvan adalah sepupunya, dan ia selalu mengganggu Ily.
"Pagi, Cilli!" Begitulah Elvan bisa memanggil Ily, karena menurutnya, kata-kata Ily memang pedas, sepedas namanya.
Siswa-siswi di kelasnya mulai bergunjing, membicarakan Ily dan Elvan yang memang dekat sejak kelas 10. Elvan selalu masuk ke kelas Ily dan membuat anggota kelas Ily tak nyaman, namun dia Elvan. Tak ada yang mampu menginterupsi kegilaannya.
Dan Ily lelah untuk mengurusinya.
"Bawa 3T, kan?" tanya Elvan ceria, saat Ily mendudukkan diri di sampingnya dengan wajah ketus.
"Kenapa? Lo mau minta?" tanya Ily langsung.
Elvan cengengesan. Wajah baby face itu bukannya membuat Ily gemas seperti orang-orang kebanyakan, namun membuatnya jelas-jelas jijik.
"Nih, dua sendok aja," kata Ily setelah membuka tasnya dan mengambil kotak makannya dengan emosi. Ia menggeser kotak matanya ke dekat Elvan.
"Siap bosku!" seru Elvan gembira. Tanpa basa-basi ia membuka kotak makan itu dan terpampanglah telur, tahu dan tempe yang dicampur, buatan khas Ily sejak kelas 10. Ditambah taburan cabe bubuk, semakin membuat lidah Elvan berliur.
Kebiasaannya yang selalu datang ke kelas Ily tentu saja untuk meminta makanan. Ily selalu membawa bekal dan beberapa kue atau makanan ringan. Jelas Elvan setia untuk selalu berkunjung dengan perut kosong.
"Enak, Ly, seperti biasa," puji Elvan dengan cengiran khasnya.
Ily mendelik, segera mengambil kotak makannya kembali saat Elvan telah mencicipi dua suap. Elvan merenggut kecewa dan Ily tak peduli.
"Udah, sana balik lagi ke kelas lo," kata Ily jutek.
Elvan mencolek pipi Ily dengan seringai jahil. "Makasih sarapannya, Chili level 200. Btw, kok keasinan ya pas diakhir-akhir? Keringat ketek lo netes, ya?"
"ELVAN!" teriak Ily merasa dipermainkan.
Anak-anak di kelasnya lagi-lagi bersuara, membicarakan Ily yang berteriak dan mengganggu, sementara Elvan sudah berlari keluar kelasnya tanpa dosa. Ily berdecak sebal.
Elvan. Dia yang salah, namun Ily yang kena. Benar-benar sebuah ketidakadilan yang hakiki.
Kekesalan Ily harus segera dihilangkan saat bel masuk berbunyi. Mau bagaimana pun, ia harus fokus pada materi yang akan dijelaskan oleh guru untuk menjadi sukses. Ia memasukkan kotak bekalnya dan duduk rapi saat Pak Aldi masuk.
Tiba-tiba tubuh Ily menegang. Bukan, bukan karena Pak Ali yang membawa Pali Thor ataupun memakai baju Spiderman, namun ada seseorang yang mengekor Pak Aldi.
Tak hanya Ily yang mematung, namun tak banyak juga pada siswi di kelasnya ini terpesona dengan mulut menganga.
"Pagi, anak-anak."
"Pagi, Pak."
"Baiklah, seperti yang kalian lihat, ya." Pak Aldi tersenyum lebar, terharu. "Akhirnya Ily punya teman sebangku!"
"WOOOOAHHHHH!"
"HORE!"
"YEAH, GOOD! KASIAN ILY SENDIRIAN TERUS!"
"ILY TUKERAN BANGKU, YA!"
Anak kelasnya langsung ribut tatkala menyimpulkan bahwa anak murid kelas ini bertambah. Ily menjerit dalam hati, kekacauan macam apa ini? Ia sudah nyaman duduk sendiri dan kini ada anak baru, laki-laki, tetangganya dan akan duduk satu meja dengannya.
Silahkan perkenalkan dirimu, nak!"
"Nama saya Kim Yohan. Pindahkan dari Korea Selatan. Saya bisa berbicara bahasa Indonesia seperti pribumi."
"OMO DARI KOREA!"
"WAW!"
"WOOUUUU!"
Ily ingin menghilangkan sekarang juga. Apalagi saat matanya bertemu tatapan datar Yohan. Bukan, bukan karena Ily gugup akan ketampanan cowok Korea itu, namun sepertinya ada hal lain dalam diri Yohan yang akan membuat Ily kesusahan.
"Ya, dia dari Korea. Perlakukan baik-baik, ya. Sekarang, silahkan duduk, Kim Yohan!" Pak Aldi mengeja nama Yohan dengan lucu dan senyum lebarnya tak hilang. "Di sebelah Ily, si peringkat tiga setelah Gina dan Fani."
Ily tersenyum canggung saat Yohan mendekat, berjalan ke arah mejanya dan duduk di sampingnya. Badan cowok itu tegap dan tinggi, Ily perlu mendongak untuk menatap matanya.
Sial, mengapa kini ia merasa sangat miris atas tinggi tubuhnya? Ah, tidak. Tubuhnya yang pendek, itu maksudnya.
***
Saat jam pelajaran dimulai, Yohan sama sekali tak menggangu atau bersikap menyebalkan seperti Elvan. Cowok itu hanya diam, memerhatikan ke depan. Ily sesekali melihatnya, memerhatikan wajahnya dari samping.
Dan, oh, betapa tampannya dia. Pipi Ily terasa panas saat ia sadar itu, ia salah tingkah dan pura-pura menulis di lembar bukunya yang paling terakhir.
Maaf, Ayah. Maaf, Ibu. Ily tak bisa fokus di pelajaran Bahasa Inggris kali ini. Penyebabnya tak lain dan tak hilang adalah tetangga barunya yang kini juga menjadi teman sebangkunya.
"Ilyssa," kata Yohan tiba-tiba bersuara.
Ily benar-benar terkejut. Ia mengerjap dan baru saja menyadari Pak Alwan sudah keluar dan kini waktunya istirahat. Ily tersenyum canggung kemudian menatap Yohan.
"Iya?"
"Bisakah kamu tunjukkan kantin untukku?" pintanya, masih dengan wajah datar biasanya.
"Bro, kuy! Gue ajak lo jalan-jalan!" seru Bima tiba-tiba merangkul dan menarik Yohan secara paksa untuk dibawa keluar kelas.
Begitu saja.
Ily mengerjap. Ia baru saja mau menjawab, kini menutup mulutnya kembali dan mengambil kotak bekalnya. Ily membukanya, kemudian memakannya dalam diam.
***
Ily kebagian piket hari ini dan artinya ia harus pulang agak telat untuk membersihkan kelas. Namun, tiba-tiba, saat bel berbunyi Yohan menatapnya dan berucap, "ayo pulang bersama-sama."
Tentu saja seharusnya Ily biasa saja. Rumah mereka berdekatan dan normal jika pulang bersama. Namun, begini ceritanya.
"Gue piket sekarang, lo duluan aja," tolak Ily dengan gerakan tangan sopan.
"Apa? Gue? Lo? Duluan? Aja?" Yohan tampak kebingungan dengan kosa kata yang dikeluarkan Ily. "Tolong katakan dengan kata yang sesuai dengan KBBI."
Ily memutar bola matanya dengan otomatis. "Aku piket hari ini, kamu pulang duluan saja."
"Aku akan menunggu," balas Yohan enteng.
"Aku lama, kamu duluan saja nanti Ibumu marah," balas Ily tetap tak mau pulang bersama. Akan berabe jika dirinya bersanding dengan cowok setampan Yohan, akan jadi masalah dan Iku tak mau itu terjadi.
"Aku akan menunggu di parkiran," cetus Yohan begitu saja. Ia pergi dan Ily ditinggalkan dengan kegelisahan melanda.
Mengapa dari banyaknya orang, harus dirinya yang ditimpa kesialan ini?
***
Kekhawatiran Ily bukan tanpa dasar. Sebab lima belas menit setelah ia piket, Yohan benar-benar menunggunya di parkiran. Cowok itu melambaikan tangannya ke arah Ily saat banyak siswi-siswi yang tergila-gila dengannya.
Dan yang paling terdepan, dia adalah Tiffany. Ratu SMA Taruna Utara yang telah dicap sebagai siswi paling cantik di sini. Dia juga seorang model dan sudah banyak pula fansnya. Kehadirannya di depan Yohan sangat mengejutkan, pasalnya Tiffany termasuk cewek yang pilih-pilih dan seleranya tinggi.
Bertepatan hebatnya seorang Kim Yohan yang baru saja masuk dan telah mendapatkan perhatian banyak siswi, terutama Tiffany.
Seketika siswi-siswi itu, termasuk Tiffany dan tiga temannya, menoleh pada Ily saat Yohan melambai.
Ily takut akan berhadapan dengan Tiffany nanti, karenanya Ily berusaha memalingkan wajahnya, tak melihat kehadiran Yohan. Ia terus berjalan dengan menunduk dan akhirnya berhasil keluar dari kawasan sekolah dengan damai.
"Ilyssa!"
Shit! Ily menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia telah menduga akan ada Yohan yang mengejarnya dan hanya mengerutkan kening. Beruntung ketika di jalan raya ini, pemuja Yohan tak ikut muncul.
"Apa?" tanya Ily sedikit ketus.
"Aku menunggumu, tapi kamu meninggalkanku. Kenapa?" tanya Yohan tak mengerti. Keningnya juga ikut mengerut, bukan hanya karena kebingungan melandanya, tetapi sinar matahari sore yang masih menyengat.
"Kamu banyak pengagumnya, aku takut," jawab Ily jujur. Entahlah, cara berbahasanya pun berubah begitu saja.
"Mereka bukan kanibal, kamu tidak akan dimakan atau apapun itu yang membuatmu takut," balas Yohan masih tak mengerti. "Ayo, kita pulang bersama-sama. Tunjukkan aku jalan pulang yang benar."
Kini giliran Iku yang bingung. "Lalu tadi pagi kamu ke sini, bagaimana?"
"Aku naik ojek online dan tak memerhatikan jalan karena telat. Aku sarapan sambil naik motor dan karenanya aku tidak konsentrasi pada jalanan," jelas Yohan dengan kata-kata baku khasnya.
Ily menghela napas, masih ada kebingungan yang melanda otaknya. "Kenapa kamu tidak naik ojol juga sekarang?"
"Ojol? Apa itu? Sejenis api yang dibuat untuk menerangi malam?"
"Ish," desis Ily gemas. "Itu obor."
"Ah, iya," tukas Yohan baru sadar. "Iya-iya! Itu obor namanya. Aku lupa. Lalu ojol itu apa?"
"Ojol itu singkatan." Ily menjelaskan dengan sabar. "Ojek Online."
"Oh, begitu." Yohan mengangguk mengerti. "Aku ingin tahu caramu ke sekolah naik apa. Aku ingin mencobanya."
Ily tersenyum tipis. "Aku juga naik ojol, Kim Yohan. Kenapa, sih?"
"Oh, begitu?" Yohan lagi-lagi hanya mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. "Baiklah, ayo pesan ojek online bersama-sama."
Ily menghela napas. Ini orang Korea kenapa, sih? Kok aneh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Veny Wyky Kumara
seru juga. anyeong...
2020-09-03
0
Fatin Furaida
cerita. Itu senang dan bisa di. Baca
2020-07-30
0
Yuni Sultarani
Menarik aku mulai suka
2020-02-16
3