20-first door

-Bencara terdeteksi-

"Hah? Kenapa mereka selalu muncul tiba-tibs seperti itu?!" Seru Seoha di tengah pertarungan.

Peringatan yang disebutkan Guardian Chikin sebelumnya, mengatakan bahwa Bencana kali ini adalah Hunter. Jika itu Hunter, berarti pertarungan yang menghabiskan nyawa sesama manusia juga akan segera terjadi.

"Hey, apa kau bilang aku harus membunuh manusia?" bisik Seoha sambil bertahan dari beberapa preman yang mencoba untuk mengeroyoknya.

-Bisa dibilang seperti itu, Master. Tapi, bencana tetaplah bencana. Anda tidak bisa menolak tugas yang datang kepada anda, Master-

"Aishh, sialan."

Pertarungan terus berlanjut. Seoha menghantam satu persatu dari para preman itu dengan kakinya. Kekuatan yang ditimbulkan dari atribut Seoha benar-benar membuatnya Overpowered dalam pertarungan ini.

Sementara itu, Daejin juga hanyut dalam pertarungan. Matanya fokus dan dingin selagi tangannya sibuk mengunci dan membanting lawannya.

Berbeda dengan Seoha yang bertarung dengan kasar dan penuh hantaman, Daejin bertarung dengan cepat dan bersih. Membuat semua lawannya pingsan terkapar dan tidak bangkit lagi.

Tidak sampai lima menit, pertarungan itu akhirnya berakhir. Seoha dan Daejin menang telak melawan sekelompok preman.

"Daejin, ayo pergi. Kita tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa datang" Ujar Seoha pada Daejin setelah membanting satu preman terakhir.

"Iya, ayo Hyung. Aku yakin kau sudah terlalu lelah untuk bertarung" kata Daejin sambil menyelipkan sedikit ejekan di dalam kalimatnya.

"Ahahahah, sialan."

...****************...

"Ah, ini sungguh merepotkan. Kenapa pula Bencananya adalah Manusia. Apakah dengan begitu aku harus membunuh kaumku sendiri?" Ujar Seoha terjebak dalam kebingungan.

"Mereka memang manusia, tapi akarnya bukanlah manusia. Selagi kau menghabisi akarnya, ku pikir Master akan baik-baik saja" jawab Chikin santai sambil berguling-guling diatas Sofa di depan Tv.

"Kalau begitu Bencana itu pasti ada diantara preman tadi bukan?" Tanya Seoha mencari jalan keluarnya.

"Belum tentu, Master. Bencana itu punya aura-nya tersendiri. Yang kami para Guardian lakukan hanyalah merasakan aura para bencana dan memberikan peringatan pada Master kami" lanjut Chikin menjelaskan.

"Ah, ini merepotkan. Sepertinya, aku harus menyelidiki mereka sedikit. Astaga, apakah aku akan menjadi kriminal setelah ini??" Seru Seoha dengan dramatisnya. Berlutut dengan dua tangan mengepal ke atas.

Dengan begitu, rencana penyelidikan Seoha dimulai. Pagi hari, Seoha pergi ke tempatnya terakhir kali bertabrakan dengan preman itu dengan santainya.

Memakai sendal dan baju rumahan, ditambah dengan sebuah topi dan kaca mata hitam untuk menutupi rambut putih dan mata merah miliknya.

"Apakah kau benar-benar sedang menyelidiki, Master?" Ujar Chikin dengan nada mengejek.

"Diamlah, ini adalah konsep dalam penyelidikanku kali ini. Berbaur dengan suasana dan situasi" jawab Seoha penuh percaya diri.

Setelah itu, Seoha mulai berjalan dengan santai. Pandangannya terlihat lurus seperti orang berjalan biasa, tapi sebenarnya, dibalik kaca mata hitam itu, mata Seoha sibuk mengawasi sekitarnya.

Karena ini masih pagi, tidak banyak orang yang berlalu lalang, jadi sulit untuk menemukan orang dengan tampang preman apalagi petunjuk markas mereka.

"Lha master, bukankah kau mengenal pria itu?" Ujar Chikin keluar dari Saku depan baju Seoha.

"Ehh? Kau benar. Itu Lee Seungjin, teman party ku saat itu" ujar Seoha sedikit kaget.

Lee Seungjin, seorang Hunter dengan job Tanker yang melakukan perburuan monster bersama Seoha di Dungeon cacing besar saat itu.

"Seungjin-Hyungg!!" panggil Seoha sambil berlari kecil menyusulnya.

"Oh, bukankah ini Seoha?? Apa kabar mu? Hahaha, sudah lama kita tidak bertemu lagi" Ujar Seungjin sambil menepuk-nepuk bahu Seoha.

"Aku baik, Hyung. Senang bertemu denganmu lagi disini. Ah, kenapa Hyung ada disini? Bukannya rumahmu jauh dari daerah ini?" lanjut Seoha bertanya padanya.

"Ah, salah seorang temanku kena tipu oleh sekelompok rentenir peminjaman uang ilegal. Mereka memanipulasi kontraknya hingga bunga yang didapatkannya lebih besar daripada kontrak seharusnya" jelas Seungjin.

"Ah, itu akan rumit. Jika membawa polisi malah akan lebih buruk" ujar Seoha ikut Khawatir.

"Benar. Ah para preman itu ternyata juga bermasalah dengan Asosiasi Hunter, kasusnya dibawa oleh Guild Axe sekarang, tapi entah siapa yang berada di belakang preman itu, sulit untuk membuat mereka runtuh" lanjut Seungjin menjelaskan.

"Preman? Ah Hyung, apa kamu tahu alamatnya?"

...****************...

"Ternyata mereka sejenis rentenir ya. Pantas wajah mereka begitu menakutkan, jujur aku sempat kaget melihatnya. Yahh, Karena aku sudah mendapatkan beberapa informasinya, aku akan memulai langkah kedua."

Di depan komputernya, Seoha sibuk mengetik dan membuka beberapa halaman situs internet. Seiring dengan gerakan mouse-nya, mata Seoha juga bergerak cepat memindai setiap kata yang ada di depannya.

"Woahh, ternyata mereka juga penipu diantara para Hunter. Menjual banyak Item palsu, memalsukan Lisensi, penggelapan kristal Dungeon, jasa pembunuh bayaran dan banyak kasus lainnya" Seru Seoha terkejut melihat panjangnya list kejahatan para preman itu.

"Woahh, kenapa anda bisa tahu tentang itu dalam waktu singkat, Master?" Ujar Chikin kagum.

"Ah, kasusnya dipublikasi karena mereka terkenal jahat namun sulit untuk ditangkap" jawab Seoha santai sampai membersihkan lubang telinganya.

PPLAAKK..

"Ck. Kalau sudah begitu, kenapa tidak ditangkap?" tanya Chikin. "Sudah bau busuk begitu."

"Kalau tidak ada bukti yang memberatkan, gimana mau menangkap para preman itu?? Pantas mereka dipanggil Bencana, sudah bejat begini tingkahnya" kata Seoha sambil geleng-geleng kepala. Dengan pipinya yang merah bekas tamparan maut Chikin.

"Lalu, bagaimana rencana mu untuk membasmi mereka, Master?"

"Aku sih, cukup lakukan seperti biasa. Bukankah kau bilang mereka itu bencana? Tidak perlu pikir panjang, selagi itu baik dan tidak menghalangi siapapun, aku akan melakukannya. Seperti biasa. Tapi sebelum itu, aku punya tugas untukmu, Chikin."

Tengah malam, di saat semua orang sudah tidur dan kehidupan di kota mulai meredup, Seoha dengan pakaian serba hitamnya datang ke markas Para Rentenir termasuk Bencana itu.

Menyelinap layaknya hantu lalu meninggalkan Chikin untuk misi pertamanya.

"Ingat, tugasmu hanya dua. Cari si bencana dan cari jalan keluar paling aman untukku" bisik Seoha pada Chikin sambil memasukkannya ke salah satu lubang ventilasi markas musuh.

"Ck, baiklah-baiklah. Cepatlah datang, Master. Aku tidak mau dijadikan burger nanti" ujar Chikin lalu mulai masuk mengerjakan misinya.

Setelah mengantarkan Chikin, Seoha melompat ke rooftop markas musuh. Berdiri ditengah kegelapan.

"Oy, aku tahu kau masih mengikuti ku. Aku yakin tujuanmu bukan untuk membunuhku, karena itu aku harap kau tutup mulut untuk yang satu ini. Aku akan sangat berterimakasih jika kau bisa melakukannya. Sudah ya, besok jangan datang dulu, aku sibuk."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!