"Ahh, mati aku. Dia hidup lagi? Kenapa? Apa ada yang salah dalam serangan ku? Kenapa dia tidak mati?"
Seoha yang cukup kaget langsung didatangi oleh gerombolan pertanyaan. Beruang yang tadinya mati terkapar, telah kembali hidup.
"Apakah aku harus menusuk jantungmu dulu? atau aku harus membelah dua kepalamu? atau harus dipotong kecil-kecil, ey itu terlalu sulit dan terlalu kejam" Seoha tenggelam dalam pemikiran random-nya.
Sementara itu, beruang itu mulai melangkah ke arah Seoha. Taring-taring tajamnya tampak dengan jelas, air liur juga mulai menetes dari mulutnya. Beruang itu sadar bahwa dirinya telah dibunuh sebelumnya.
"Ini salahku, ahahahaha, kita berteman ya" Seoha tertawa canggung, mulai melangkah ke belakang dan bersiap untuk melakukan pertahanan.
GGGRRRR....GGRAAAAWWWHHH
Beruang itu mengaum marah, dengan langkah besar beruang itu mulai berlari dengan keempat kakinya mengejar Seoha yang kabur dengan langkah ninja-nya.
"Sial, dia malah mengejar. Aku bisa saja membunuhnya lagi tapi bagaimana jika dia hidup kembali? Lebih baik aku kabur dan mencari titik lemah hidupnya. Ahh, padahal aku tidak bisa buang-buang waktu begini, seseorang dari luar Gate mungkin akan segera datang"
Seoha melompat dari pohon ke pohon, mencoba menjauh dari beruang itu sejauh mungkin. Walaupun Seoha sudah berada di ranting pohon paling tinggi pun, beruang itu tetap mengejarnya dan mencoba untuk naik ke pohonnya.
"Ahh, aku pusing. Bagaimana caranya aku keluar dari tempat ini?!!!" Seoha berteriak lantang sambil mengacak-acak rambutnya.
Dengan kegigihan dan tekadnya, beruang yang tadinya berada di bawah pohon, sekarang sudah berada setengah jalan dari Seoha. Sulit dan hampir terjatuh, beruang itu terus memanjat ke atas.
"Woah, Teddy boy. Kau pintar ya memanjatnya" Ujar Seoha lalu melompat turun ke arah si beruang, sebelum tubuhnya jatuh melewati musuhnya, Seoha berpegangan pada sebuah ranting sambil menendang kuat beruang itu hingga terjatuh.
Selagi Seoha terus berpikir, beruang itu kembali memanjat dan Seoha kembali mendorongnya jatuh.
"Ey, aku baru saja memikirkan ini, tapi bagaimana jika Teddy boy bukanlah petunjuknya yang asli? Sejak awal, bencana itu bisa dalam bentuk apa saja. Tentunya isi yang berada di dalam bencana juga bisa berbentuk apa saja. Ah, kalau dipikir-pikir lagi kenapa Teddy Boy tidak berhibernasi?"
Setelah itu, Seoha kembali mengelilingi hutan konnifer. Melompat kesana kemari, dengan sepasang matanya yang sibuk mencari sesuatu.
"Aku yakin kalau aku melewatkan sesuatu. Hutan ini mungkin tidaklah serumit itu"
Setelah mencari selama beberapa menit, akhirnya Seoha berhenti dan berdiri didepan sebuah gua kecil yang sedikit menjorok ke dalam tanah.
"Aku menemukan rumahmu Teddy Boy."
...****************...
"Oy Teddy Boy, kakakmu ini kembali. Ahahaha, apakah kau mencari selama ini?? Sekarang sudah waktunya pulang, ayo kakak besar ini akan mengantarmu"
Seoha berdiri berkacak pinggang di depan Beruang hitam itu, tersenyum hingga matanya menyipit dan tampak giginya.
Bukannya marah sama seperti sebelumnya, Beruang itu malah terdiam melihat ke arah Seoha.
"Ayo, tunggu apa lagi. Kakakmu ini akan mengantarmu pulang ke rumah."
Seperti mengerti kalimat yang diucapkan Seoha, beruang hitam itu menurut dan mengikuti Seoha dengan berjalan di belakangnya.
Lupakan pertarungan hingga kematian sebelumnya, dilihat darimana pun, situasi ini dapat melelehkan salju di sekitar dan memberikan kehangatan pada hati yang dingin.
Sampai di depan gua mini itu, Beruang hitam langsung masuk dan mencari posisi tidur paling nyaman baginya.
Ggrrrrhh...
"Haha Tentu, itu bukanlah masalah bagiku. Selamat tidur, Teddy Boy. Mimpikan aku ya" seru Seoha sambil melambai padanya. Tak lama setelah itu, beruang hitam langsung tertidur lelap.
Telat setelah beruang hitam tertidur, hutan konnifer mulai menghilang secara perlahan bersama dengan 'Teddy Boy.'
...****************...
"Ah, aku akan merindukan Teddy Boy" Seoha tiba-tiba menghembusnya napas panjang, mengaku rindu dengan beruang hitam yang pernah dibunuhnya. "Ah, aku juga rindu dengan Guardian, sunyi sekali saat tidak bisa mendengarnya berkata kasar tentangku."
Kruduk-kruduk-kruduk...
Tanah yang dipijak Seoha mulai bergetar, diikuti dengan suara puluhan langkah kaki yang mulai mendekat kearahnya.
"Apakah itu kuda?"
Benar saja, puluhan kuda bewarna putih berlari mendekat ke arah Seoha. Datang dengan kecepatan tinggi dan satu persatu mulai berlari melewati Seoha.
"Woah, wo-woahhhh. Awalnya aku cukup takut, tapi ternyata mereka hanya melewati aku. Hahahaha, ini pemandangan yang luar biasa" Seru Seoha sambil tertawa lantang, dengan tangan kanannya yang sibuk menahan topinya agar tidak terbang.
"Ah, tunggu, apakah mereka sejenis pemandu? Muncul tepat setelah Teddy Boy hilang. Untuk sekarang aku akan mengikuti jejak mereka dulu."
Perjalanan Seoha kembali dimulai. Sambil mengikuti jejak para kuda yang tertinggal di atas salju.
Sejauh mata memandang putih yang terlihat. Dingin namun elegan, luas namun indah. Beradu dengan hamparan langit biru tanpa awan.
Di ujung daratan salju, sebuah Kastil Es terlihat bersinar dibawah cahaya matahari. Lengkap dengan atap kerucut juga bendera yang berkibar diterbangkan oleh angin musim.
"Yep, sepertinya aku sudah sampai. Bencana, aku datang."
Di depan Kastil Es, Seoha berdiri sejenak sambil memperhatikan keadaan di sekitar.
"Yah, mari berpikir sederhana dan masuk saja. Seperti rencana awal, jika berbahaya aku akan menghindar dan menunggu bantuan datang."
Lupakan keadaan sekitar, Seoha yang bodoh sudah memiliki rencana untuk melindungi dirinya di saat bahaya datang nantinya.
"Woahh, harga rumah sebesar ini berapa ya?" Seoha berjalan masuk ke dalam Kastil. Dengan tangan disilang di depan dada, Seoha sibuk memperhatikan ornamen dan benda-benda di dalam kastil.
Selanjutnya, Seoha naik ke lantai dua dan masuk ke dalam satu-satunya ruangan yang ada di lantai itu.
"Krieeeekkkk" saat didorong pintu raksasa ruangan itu berderit, menggesek lantai dibawahnya.
"Ah, sepertinya kastil ini sudah cukup tua, pintunya saja menjerit saat aku dorong sedikit saja" Seoha berkata asal.
"Benar, Kastil ini cukup tua semenjak tamu terakhir kami datang berkunjung. Selamat datang, manusia."
Setelah pintu ruangan itu terbuka, terlihat sebuah singgasana yang di letakkan di ujung ruangan. Di atas singgasana itu, duduk seorang pria tanpa mahkota tersenyum, memberikan kesan bijaksana dan luar biasanya.
"Ohh, halo,...kurasa" Sapa Seoha sambil melambai tipis kearah pria di singgasana.
"Ohohoho, kau manusia yang menarik. Mau bertaruh denganku? Yang kalah harus melakukan semua hal yang diminta oleh pemenang, bagaimana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments