10-Coat and Konnifer

"Beruntung tapi juga tidak. Hanya hal random yang terjadi dalam hidupku selama ini, aku tidak bisa mengerti tentang itu. Ahhh, Guardian, sebenarnya aku mulai lelah. Sampai kapan aku harus terus berjalan?"

Seoha berjalanan di tengah daratan putih penuh dengan salju, tidak ada pohon, perbukitan bahkan gunung sekalipun. Berkat itu, satu-satunya makhluk yang terlihat hidup hanyalah Seoha dengan Coat miliknya.

"Hey, Guardian? Kau disana? Ck, kau bahkan meninggalkanku. Euhm, kalau begitu apa kau akan muncul saat aku bilang ada sebuah hutan putih di bawah sana?" ujar Seoha, masih sibuk membuat kakinya terus bergerak di medan yang mendaki.

"Eh, hutan?" ucapnya tiba-tiba tersadar.

Sambil memicingkan matanya dan membuat dua bulatan membentuk kacamata dengan tangannya, Seoha memperhatikan sekelompok tumbuhan tertutup salju di bawah lereng yang didakinya.

"Yep, tidak ada pilihan lain. Jika terlihat bahaya, aku hanya perlu menunggu bantuan datang. Sederhana" ungkapnya lalu mulai turun ke dari lereng.

Di hadapannya, sebuah Taiga yang penuh dengan pohon konnifer menyapanya. Tinggi pohon-pohon itu mencapai 20 hingga 30 meter, menutup cahaya matahari, dan memperlihatkan suasana gelap dan sedikit mengerikan.

"Owhh, apakah pohon konnifer memang setinggi itu? Hahh, Ini Dungeon apa yang aku harapkan? Apakah aku harus masuk ke dalam sana? Itu cukup mengerikan sebenarnya" bicara sendiri, Seoha dalam keadaan penuh dengan pertanyaan.

GGGRRRR....

Suara menderam tiba-tiba terdengar, suaranya berat penuh tekanan, menggema di seluruh hutan konnifer yang sunyi.

-Peringatan. Bencana tingkat rendah berada di sekitar anda-

Guardian yang sempat menghilang suaranya, kembali membawa peringatan.

"Sekarang sudah jelas, aku harus masuk kan?" Seoha menelan ludahnya, mengeratkan sabuk coat miliknya lalu mulai melangkah masuk ke dalam hutan konnifer.

Semakin dalam semakin dingin suasananya, langkah kaki Seoha jelas terdengar berkat dedaunan beku yang diinjaknya. Sunyi, seakan tidak ada kehidupan di dalam tempat ini. Tidak ada semut yang terlihat, tidak ada buruk yang terbang.

Seoha terus berjalan, menapaki kaki dengan hati-hati, waspada dengan setiap gerakan dan suara yang didengarnya. Sudah lebih dari sepuluh menit Seoha berjalan, tanda-tanda kehidupan masih saja tidak terlihat.

"Apa benar ada Bencana disekitar sini?"

Sambil menerka-nerka tanpa mengurangi kewaspadaannya Seoha terus berjalan. Lambat laun, situasi di dalam hutan konnifer mulai berbeda.

"Lha, aku menandai ini untuk berjaga-jaga akan tersesat. Lalu kenapa ini berada di sebelah kiri ku sekarang? Bukankah sebelumnya berada di kanan?" lanjut Seoha sambil mengambil kembali kacamata yang digantungkannya di salah satu celah kulit pohon konnifer yang pernah dilaluinya.

"Ah, bodohnya aku. Sejak awal aku sudah berada di dalam Bencana nya. Hutan konnifer ini adalah Bencana. Hahh, inderaku sepertinya sedikit tergores. Lalu sekarang bagaimana? Apa yang harus lakukan untuk keluar dari sini?"

Seoha memutuskan untuk berhenti berjalan, duduk diatas salah satu konnifer yang tumbang dan berpikir sejenak.

"Oh, suara horor yang aku dengar di awal. Satu-satunya petunjuk yang muncul. Baiklah, aku akan menahan rasa takutku sekejap. Mari kita berburu."

Setelah mengalahkan Parasite Tentackle terakhir kali, Seoha juga mendapatkan sebuah support skill. Skill bergerak lincah seperti ninja karena dirinya banyak melakukan langkah sulit pada pertarungan terakhir.

"Ninja step" Seru Seoha dengan suara kecil.

Lalu, bak ninja Seoha langsung melesat cepat melompat kesana kemari, diantara pohon ke pohon yang lain.

"Ini adalah tempat rawan kebakaran, ku pikir Trisula akan lebih mempan untuk pertarungan kali ini" ujar Seoha terus melesat dan melebarkan jarak pandangannya.

Hingga beberapa saat setelah pencarian mangsa. Sebuah sosok hitam besar tampak dari kejauhan. Sosok raksasa penuh bulu, berdiri memunggungi Seoha diantara pohon-pohon.

"Yup, ketemu"

GGRRRRRR....

Tubuhnya besar seperti bantal raksasa, tingginya kira-kira delapan meter, warnanya hitam pekat berkilau, lalu cakar dan taringnya tajam terlihat.

"Pria bulu manis yang disukai gadis kecil. Halo, beruang lucu" Seoha melompat dari pohon tempatnya mengintai dan turun tidak jauh di belakang beruang hitam raksasa itu.

Sambil terus menderam, beruang yang tadinya sibuk sendiri mulai memutar tubuh beratnya menghadap ke Seoha. Sementara itu, kaki depannya tengah memegang mayat seekor kelinci malang.

"Auhh, bukankah kau seharusnya berhibernasi, kawan bulu?" Ujar Seoha mengajak seekor hewan berbicara dengannya.

GGGRRRRRR...

Namun sia-sia saja, makhluk buas tetap saja buas. Melihat mangsa yang lebih besar daripada kelinci di tangannya, beruang hitam rakus itu mencampakkan kelinci di tangannya dan memutuskan untuk memburu mangsa yang lebih besar ukurannya.

"Kau mau memakanku kan? Ey, tidak perlu repot untuk memberikanku pengalaman seperti itu. Toh, aku sudah tau bagaimana rasanya digigit dan dimakan."

Seoha mengaktifkan Skill Hades Bident miliknya, lalu berlari ke arah beruang itu dengan kecepatan tinggi.

Bak drama romantis, kedua makhluk itu berlarian menuju satu sama lain dengan penuh semangat dan suka cita.

SWHUUUSHHH..

Seoha yang semakin mahir menggunakan Trisula langsung menyerang lawannya dengan lompatan tinggi yang diikuti dengan putaran badan seperti dirinya yang berubah menjadi tornado.

Tapi, tidak semudah itu. Seoha yang awalnya menargetkan leher si beruang hanya bisa melukai sedikit bagian dari kaki kirinya.

"Kau hebat juga ya, tubuhmu besar dan sangat tinggi, tapi bisa menghindar dengan baik. Bagus, itu akan menyulitkan ku, terima kasih ujiannya kawan bulu"

Beruang itu besar hingga gerakannya tidak terlalu cepat. Walaupun bisa beraksi dan menghindari serangan, tubuhnya hanya akan cepat kelelahan, fisik atau pun mental.

"Kalau begitu mari bermain-main sebentar disini"

Seoha kembali menyerang, datang dengan cepat hingga sulit untuk menentukan kemana dan darimana dirinya akan muncul. Di setiap langkah dan lompatannya yang cepat, Seoha juga menyelipkan serangan. Walau tidak menggores dalam tapi cukup untuk membuat beruang itu kesal.

GGGRRRRAAAAAWWWHH...

Beruang itu mulai kesal dan marah. Kuku-kukunya yang tajam mulai mencakar kesana kemari mencoba menangkap Seoha yang sudah seperti lalat buah-sulit ditangkap dan sangat menyebalkan.

"Yep, sepertinya bumbunya sudah cukup, waktunya mengangkat panci dari kompor"

Kali ini Seoha membebankan seluruh berat padannya pada kakinya untuk bertumpu, dengan begitu lompatan yang didapatnya juga cepat dan tinggi. Lalu dalam kecepatan dan waktu yang singkat itu Seoha langsung memutuskan kepalanya dengan Trisula-nya yang sudah diperkuat oleh skill apinya.

"Double Attack Ramyeon Special" Teriaknya penuh suka cita. "Sungguh mudah, ck, kau lebih lemah dari tentakel, kawan bulu."

Kepala Raksasa beruang hitam itu menggelinding diatas tanah lalu berhenti. Namun, ada hal tidak beres terjadi. Kepala itu kembali menggelinding mendekati tubuh beruang yang sudah terkapar.

"Eh? Kenapa suasananya jadi horor begini" wajah ceria Seoha turun.

Selagi kepala itu menggelinding, urat-urat otot leher si beruang tiba-tiba memanjang dan menyambungkan kembali kepala dengan tubuhnya.

Kepalanya kembali terpasang. Tubuh beruang hitam yang tadinya terbaring diatas genangan darah sekarang mulai bangkit kembali.

"Aish, sialan. Mati aku-"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!