Karena suara Liora yang keras, perdebatan Lintang dan Liora pun terdengar sampai ke ruang tamu. Papa Handoko jadi merasa tidak enak dengan Raja.
"Aku boleh ke kamar Rara, Yah?" izin Raja.
"Tentu saja boleh. Kamu kan sekarang sudah jadi suaminya."
Raja pun bangkit dari duduknya menuju ke sumber suara yang ada di lantai dua.
"Kamu sih! Tuh liat suami kamu sampai nyamperin kesini! Makanya jangan banyak tingkah deh! Nurut aja kenapa sih?"
Liora menatap wajah kakaknya dengan penuh kekesalan. Tapi ketika melihat Raja, bertambah lagi lah kesalnya.
"Sudah siap?" tanya Raja ke Liora.
"Sudah, Ja. Ini kopernya mau aku bawakan ke bawah. Kalian bicara dulu lah berdua," ucap Lintang yang kemudian pamit undur diri dari sana. Karena ia sudah pusing bagaimana membujuk adiknya yang tidak mau ikut.
Liora memalingkan wajahnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya kan kemarin sudah bilang, saya akan menjemput kamu. Kenapa kamu belum siap-siap dari tadi? Itu sama saja artinya kamu membuang-buang waktu saya."
"Ya sudah, tinggal pulang sendiri kan juga bisa. Repot amat!" jawab Liora.
"Tapi, kamu istri saya. Saya harus membawa kamu."
"Kamu tidak mencintai aku kan? Kamu menikah denganku juga terpaksa kan? Mari kita akhiri saja pernikahan main-main ini. Kamu bisa bebas, aku pun bisa bebas. Kita bisa kembali ke keadaan semula, gimana?"
"Saya memiliki prinsip hanya menikah sekali seumur hidup. Jadi, jangan harap saya mengabulkan keinginan kamu."
"Arghh!"
Liora berteriak frustasi karena rupanya Raja tidak mudah dibujuk olehnya.
"Ayo! Cepat!"
Mau tidak mau Liora pun ikut turun mengikuti Raja di belakang. Wajahnya sudah kusut seperti kanebo yang kering. Ia berharap papanya menahannya untuk pergi.
"Kamu baik-baik sama Raja. Turuti semua perintahnya dan belajarlah untuk melayani suami kamu dengan baik. Dimulai dari masak, mencuci dan membersihkan rumah. Jangan maunya dilayani. Ingat ya!"
"Hm."
Liora hanya menjawabnya dengan deheman.
Lintang ikut membantu dengan memasukan koper Liora ke dalam bagasi mobil Raja.
Papa dan Lintang bergantian memeluk Liora sebelum Liora tinggal bersama suaminya.
Ketika sudah berada di dalam mobil, Liora hanya merengut sedih dan terus diam sampai mobil pun melaju.
*
*
Di perjalanan, Raja terus melirik ke arah Liora yang tampak diam.
"Walaupun kamu sudah jadi istri saya. Saya tidak akan mengekang mu. Jadi, jangan khawatir. Kamu masih boleh main bersama teman-temanmu. Satu hal yang harus saya ingatkan, batasi pergaulan dengan lawan jenis. Sudah itu saja."
Liora menoleh lalu menatap tajam ke arah Raja.
"Pasti kamu nggak laku ya? Makanya kamu menerima permintaan mamaku untuk menikah denganku! Jawab!"
"Apa menurut kamu wajah saya ini kurang tampan? Sampai bisa dibilang tidak laku? Kalau saya mau, saya bisa punya banyak istri. Bahkan saya mampu untuk menafkahi mereka."
"Cih! Sok kaya! Masih pakai duit orang tua aja bangga!"
"Kamu belum tahu siapa saya, Rara. Coba lah lihat profil saya di internet. Pasti kamu akan terkejut melihatnya."
"Dih, sok terkenal. Buat apa aku mencarinya. Lagian kamu tidak cukup buat aku penasaran sampai aku harus mencari tahu."
Lalu Liora memalingkan wajahnya dan melihat ke jalanan. Ia masih tidak bisa menerima semua ini.
*
*
Liora dan Raja telah sampai di apartemen. Raja membawa koper Liora untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Kamar disini ada berapa?" tanya Liora.
"Ada dua, yang satu adalah kamar tamu. Kenapa?"
"Aku tidak mau tidur seranjang sama kamu. Tunjukkan dimana kamar tamunya," ucap Liora sambil menarik kopernya.
"Kita suami istri harusnya tidur seranjang."
"Bodo amat."
"Cepet tunjukan atau aku akan kabur dari rumah ini!"
"Baiklah."
Raja pun menunjukkan kamar yang satunya. Meski jarang dihuni orang, ia selalu membersihkannya.
"Udah sana keluar! Ngapain masih disini. Aku mau istirahat dan mandi."
"Kalau butuh apa-apa, panggil saja."
"Hm."
Setelah Raja keluar dari kamar. Liora terus menggerutu. Apa yang tidak pernah ia bayangkan malah terjadi begitu cepat. Nikah muda, punya suami kaku dan tanpa cinta.
"Hidupku udah kaya di novel aja," ucapnya sambil melepas kaos yang dikenakannya.
Tiba-tiba Raja masuk sambil menenteng peralatan mandi untuk Liora. Liora langsung menjerit dan menutupi belahan dadanya.
"Dasar mesum! Kalau masuk kamar orang ketuk pintu dulu!"
"Ah, maaf, maaf. Soalnya pintunya tidak kamu tutup dengan benar. Jadi saya pikir kamu tidak mungkin melepas baju," ucap Raja sambil memalingkan wajahnya.
"Saya cuma mau mengantarkan ini. Karena sepertinya kamu tidak membawanya," tambah Raja lagi kemudian keluar dari kamar Liora.
"Sialan! Aku sudah ternoda! Dia sudah melihat apa yang seharusnya tidak dilihat! Mesum!"
Liora pun berlari masuk ke kamar mandi dan langsung melaksanakan ritual mandinya. Setelah beberapa puluh menit berlalu, ia keluar dengan mengenakan handuk kimono. Ia memilih pakaian dari kopernya. Sebenarnya agak sedikit kesal, karena kakaknya memasukkan begitu banyak kaos pendek dan celana pendek.
"Hih! Kenapa harus bawa yang ini sih? Ini kan sangat pas banget dengan badanku! Huh! Sepertinya besok aku harus ke rumah dan mengganti semua pakaian ini. Gara-gara Kak Lintang!"
Liora jadi menyalahkan Lintang. Padahal, sebenarnya itu semua karena salahnya yang tidak mau beberes sendiri. Wajar kalau orang lain tidak tahu. Mau tidak mau Liora tetap memakai kaos yang ngepas badan itu. Ia yakin, Raja pun tidak akan tergoda olehnya.
"Krckckkckkkk ... "
Perut Liora tiba-tiba berbunyi karena lapar. Terakhir kali ia makan adalah di saat makan siang. Ia hanya makan cemilan saja setelahnya. Liora keluar dari kamar dan mencari makanan di dalam kulkas.
Wajahnya berubah jadi merengut ketika yang ada di dalam kulkas kebanyakan sayuran, daging, telur dan beberapa produk susu. Tak ada satu pun makanan olahan yang siap untuk digoreng. Ia pun mencari-cari hingga di dalam lemari dapur. Namun yang ia temukan cuma beberapa set piring dan sendok. Padahal ia berharap menemukan mie instan.
"Aih, kenapa tidak ada mie instan sih? Dia itu tiap hari makan sayur gitu?"
Ketika masih mencari, Raja datang dan langsung bertanya ke Liora.
"Kamu lapar?"
"Menurutmu?"
"Sepertinya iya. Mau saya buatkan makanan?"
"Kaya bisa masak aja!"
"Tentu saja bisa. Saya sudah terbiasa memasak. Karena sudah lama tinggal sendirian. Untuk menghemat uang ya memasak makanan sendiri adalah salah satu caranya."
"Ya sudah masak sana! Lagian kenapa coba tidak ada mie instan maupun makanan olahan seperti sosis dan naget."
"Makanan seperti itu tidak sehat Ra. Lebih baik masak sendiri."
"Ya, ya, ya, ya."
Liora pun jadi penonton saja disana. Ia bisa melihat betapa terlatih nya Raja memasak. Bahkan aroma masakannya saja sudah membaut cacing diperutnya bergoyang-goyang minta keluar. Ia jadi menelan ludahnya sendiri.
Sial! Kenapa baunya enak sekali sih!
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
rara jutek banget nanti bucin lo🤭
2023-06-04
0
💐€^ĽYŹÆ ĎWĪ Ř@£ÑÄ🌺
thor klu bs rara sdikit aj mnghargai suaminx...crtax yg ini perempuan terlalu sombong n angkuh bda sm renata yg terkenal gmpang ditindasss....jgn terllau kasar jd pemeranx thor kyk gmn bcanx ak aj sbagi perempuan g suka sm sfat rara yg sombongx mnta ampunn
2023-05-25
1