Makan malam telah selesai, semua mata langsung tertuju ke Liora dan Raja yang meminta penjelasan.
"Wanita yang saya bawa ini adalah istri saya namanya Liora Cania Handoko," ucap Raja.
Semua orang tercengang mendengarnya. Apalagi Ibunya Raja.
"Jangan becanda kamu, Raja! Pernikahan itu bukan main-main," ucap Ayah Tara.
"Saya tidak main-main, Ayah. Saya memang sudah menikahinya beberapa hari yang lalu."
"Kenapa kamu tidak cerita ke mama, Raja? Apa sih artinya kami bagi kamu? Sampai menikah pun kamu tidak meminta restu dan malah mengagetkan kami seperti ini."
"Tidak seperti itu Ibu. Semuanya serba dadakan. Saya jadi tidak sempat memberitahu."
"Apa kakak menghamili dia duluan? Makanya semuanya dadakan? Iya?"
Kini Ratu, adik dari Raja yang mulai bicara. Tapi sekalinya bicara langsung membuat orang disana ketar-ketir.
Baru juga mau menjawab, Nenek Wina langsung menatap Raja penuh amarah. Ia tidak pernah mengajarkan cucunya untuk berbuat hal tercela seperti itu.
"Raja, kamu benar-benar ya! Nenek tidak menyangka kamu bertindak jauh seperti itu! Apa wanita ini yang menggoda mu duluan? Jawab!"
Karena sudah tak sabar dengan keadaan, Liora jadi angkat bicara dan menjelaskan semuanya.
"Pernikahan ini dadakan, karena Raja diminta oleh Mama saya yang sedang sekarat untuk menikahi saya saat itu. Saya tidak hamil dan saya pun tidak terlalu mengenal Raja. Saya bukan wanita penggoda, Nek."
"Hah?! Jadi kalian menikah bukan karena cinta melainkan karena keadaan dan permintaan orang?"
Liora mengangguk, lalu Raja pun mengangguk juga.
"Tapi aku tidak terpaksa," jawab Raja menambahkan.
Ayah Tara menempelkan tangannya di pelipisnya. Ia merasa pusing karena Raja. Anaknya ini terlalu baik atau gimana, sampai rela menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Apalagi jika dilihat-lihat, Liora masih seperti anak remaja. Otomatis perbedaan usia mereka agak jauh.
"Sudahlah Raja ceraikan saja wanta ini! Mama tidak mau kamu menikah dengan orang yang tidak kamu cintai. Apalagi tidak jelas begini asal-usulnya. Mau bertemu mertua saja, pakaiannya sederhana sekali. Seperti tidak menghormati mama."
"Maaf, Bu. Raja tidak bisa. Raja sudah berjanji pada diri sendiri. Kalau Raja akan tetap menjalani pernikahan ini. Meski awalnya tanpa cinta. Tapi, cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Raja yakin itu."
Melihat Raja yang tetap pada pendiriannya meski ibunya meminta bercerai, Liora jadi merasa kagum sendiri. Pendirian Raja sangatlah kuat.
"Kamu!" tunjuk Ibu Puspa.
"Kamu siapa? Anaknya siapa? Kerja apa?" tanya Ibu Puspa yang berderet.
"Saya Liora Ma. Anaknya Bapak Handoko. Saya masih mahasiswa tingkat akhir."
Semua orang disana lagi-lagi merasa tercengang. Itu berarti Liora dan Ratu seumuran. Ibu Puspa benar-benar tidak bisa begini. Ia menginginkan menantu yang berasal dari salah satu keluarga terpandang seperti mantan kekasih Raja dulu. Lalu apa katanya? Masih mahasiswa? Itu artinya, Raja harus membiayai kuliah Liora sampai lulus.
"Raja! Yang benar saja dong! Masa kamu menikahi wanita yang seumuran dengan adik kamu sendiri!"
"Saya datang cuma ingin memberikan kabar saja bukan untuk meminta restu. Jika kalian semua tidak merestui pun, pernikahan ini sudah terjadi. Saya dan Liora akan pulang. Kami pamit."
Raja menarik tangan Liora untuk pergi dari rumahnya.
"Pa, kenapa hal ini terjadi ke Raja sih? Kenapa dia harus jadi laki-laki yang terlalu baik? Yang sukanya menolong orang tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Kalau seperti ini terus, nantinya akan banyak wanita yang meminta dijadikan istri olehnya. Huh!"
"Papa, belum bisa berpikir Ma. Papa pergi ke kamar dulu."
"Bu, gimana ini Raja? Apa kata orang coba, kalau Raja tiba-tiba menikah tapi tidak melakukan resepsi besar-besaran. Orang-orang pasti akan beranggapan buruk ke Raja, dan berimbas ke keluarga kita juga," tanya Ibu Puspa ke Oma Wina.
"Ibu akan berusaha untuk menyadarkan Raja. Ibu tidak suka dengan sikap wanita tadi yang tidak serasi dengan Raja. Cucuku terlalu baik dan sempurna untuknya."
"Ratu, bantu mama dong! Nasehati kakakmu kalau kalian bicara nantinya."
"Aku tidak mau ikut campur masalah orang dewasa Ma. Aku pergi ke kamar dulu."
*
*
Di perjalanan, Liora terus menatap ke arah Raja. Ia benar-benar ingin tahu apa yangs Endah dipikirkan laki-laki itu. Kenapa dia masih tidak ingin bercerai. Padahal mereka hanyalah orang asing. Bahkan keluarganya saja sepertinya tidak menyukai dirinya.
"Jangan terus menatap seperti itu. Nanti kamu bisa jatuh cinta sama saya."
"Hanya penasaran saja. Padahal masalah akan selesai jika kita bercerai. Lagipula pernikahan ini masih belum didaftarkan secara hukum kan? Maka itu akan lebih mudah."
"Surat nikah sudah ada di rumah begitu juga dengan kartu keluarga. Aku sudah mengurus semuanya."
"Hah?"
"Itu artinya, kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Pernikahan itu kita yang menjalani bukan mereka. Mau mereka tidak setuju atau setuju pun, tidak akan mengubah keputusan saya."
"Wah, kamu itu sangat berprinsip sekali rupanya. Aku tidak menyangka."
"Aku tidak butuh istri yang sempurna, aku hanya butuh istri yang penurut."
"Dan aku bukan istri yang sempurna juga bukan istri yang penurut," sahut Liora.
"Setidaknya kamu masih punya hati dan pikiran. Semuanya bisa berubah seiring berjalannya waktu."
Liora benar-benar tidak percaya. Laki-laki di sampingnya ini, benar-benar tidak bisa diprediksi apa yang akan dilakukannya.
Setibanya di apartemen, Liora langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi. Ia merasa habis masuk ke lubang hitam dan baru keluar dengan selamat.
Sementara Raja, ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat ponselnya yang terus berdering dari adiknya.
Kak!
Kak!
Kak!
Ayo bicara! Aku benar-benar penasaran kenapa kakak bisa memutuskan menikah semudah itu! Apa kakak sudah melupakan mantan kekasih kakak dulu?
Kak!
Raja menghela napasnya. Lalu mengetikkan pesan balasan ke adiknya.
Kita bahas lain kali saja. Kakak capek mau tidur.
*
*
Liora sudah ada di dalam kamarnya. Ia menatap ke langit-langit kamarnya. Ia tidak bisa membayangkan pernikahan seperti apa yang sedang ia jalani sekarang. Ia pun menatap ke arah akuarium.
"Loli, aku harus apa? Raja benar-benar ingin mempertahankan pernikahan ini. Padahal aku sangat yakin, pernikahan ini tidak akan berjalan lama dan tidak akan berhasil. Kamu juga berpikir begitu kan?"
Liora jadi tidak bisa tidur karena terus memikirkan soal pernikahan dadakannya ini. Antara bertahan atau selesai. Sangat tidak mudah baginya untuk menerima semua ini. Ia berpindah posisi jadi miring dan memeluk gulingnya. Ia yang tak pernah menjalin hubungan dengan pria tiba-tiba menikah begitu saja. Aneh sebenarnya. Apalagi di hatinya masih ada seseorang yang ia kagumi. Haruskah ia melepaskan cinta diam-diamnya itu dan menerima Raja seperti Raja yang mau mempertahankan dirinya?
Karena pusing dan tak mau lagi memikirkan pernikahan, Liora menutup wajahnya dengan selimut kemudian memejamkan matanya supaya bisa tidur. Lama-lama Liora pun tertidur.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rozekhien☘️
masih bersyukur raja Nerima kamu Rara.belajarlah menerima dlu setidaknya sebelum datang rasa cinta.karna cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu
2023-07-19
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
lanjut
2023-06-04
0