Berhari-hari telah berlalu, Liora pun sudah mulai bimbingan lagi. Setelah bimbingan, Liora selalu menyempatkan diri untuk datang ke rumah orang tua Raja untuk bertemu dengan Oma Wina. Ketika Oma Wina tidak da di halaman, wanita tua itu pun pasti ada di taman belakang atau kalau disana pun tidak ada, itu artinya ada di dalam kamarnya.
Saat ini Liora menemukan Oma Wina ada di taman belakang sedang memetik bunga.
"Hai Oma, kita bertemu lagi," sapa Liora dengan senyum manis khasnya yang tak pernah berubah.
Oma Wina menghela napasnya. Karena masih belum bisa menyukai Liora.
"Kamu tidak usah datang lagi kesini. Oma tidak suka."
"Tapi aku suka Oma!" sahut Liora kemudian ikut memetik bunga juga di taman.
"Ini semua bunganya Oma yang tanam?" tanya Liora.
"Tentu saja. Ibunya Raja mana bisa menanam bunga. Liat cacing tanah yang ada di tanah sana bisa pingsan."
Liora terkekeh pelan mendengarnya. Kini ia ada bahan ledekan ketika nantinya akan mulai mendekati Ibu Puspa.
"Hari ini aku lelah sekali Oma. Sudah mengerjakan skripsi capek-capek, malah dimarah-marahin sama dosen pembimbingku. Katanya kurang ini, kurang itu. Harus ditambah ini dan itu dan masih banyak lagi. Aku pusing Oma. Ada cara untuk menghilangkan pusing ini tidak Oma? Aku ingin sejenak melupakan kewajibanku sebagai mahasiswa."
Tanpa pikir panjang, Oma mengajak Liora untuk berkebun yaitu menanam bunga. Liora tidak menolak karena memang ia pernah melakukan ini dulu bersama mamanya. Bunga mawar putih lah hang ditanam waktu dulu.
"Oma tahu nggak, menanam bunga begini, mengingatkan aku dengan mamaku. Dulu aku juga pernah membantunya. Bahkan sampai sekarang tanamannya masih tumbuh dengan baik. Aku kangen mama, Oma. Apa mama kangen aku juga?"
Oma Wina menatap Liora dengan penuh kesedihan. Entah kenapa, hatinya mulai terbuka untuk Liora. Pada dasarnya, Liora adalah anak yang baik. Hanya saja cara mereka menikahlah, yang tidak Oma sukai. Apalagi Raja tidak meminta restu darinya.
"Oma, sepertinya aku tidak bisa menyelesaikan ini sekarang. Aku harus pergi. Dah Oma."
Liora pergi dari kediaman Dewantara dan menaiki taksi lalu taksi itu membawanya hingga sampai ke tempat pemakaman.
"Hai Ma, Rara datang. Maaf karena sudah lama Rara tidak berkunjung. Rara sekarang sudah mulai menerima takdir Rara Ma. Rara sudah tinggal bersama Raja meski belum seranjang. Kami berhubungan baik, seperti layaknya teman. Aku kangen Ma, kalau bisa, aku ingin bertemu mama di dalam mimpiku. Bisakah mama masuk ke mimpiku? Aku benar-benar rindu!" ucap Liora dengan tangisnya.
Langit mulai menggelap, Liora pergi dari tempat pemakaman. Namun, ia tak pulang ke apartemen Raja. Sebelum Raja mencarinya, Liora memberikan pesan terlebih dulu ke Raja.
Malam ini aku tidak pulang ke apartemen. Aku mau menginap di rumah papa. Aku rindu papa, aku rindu suasana rumah dan aku rindu mama 🥺
Liora memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas. Kemudian, ia keluar dari mobil taksi ketika sudah sampai di depan rumahnya.
Papa Handoko begitu senang ketika melihat putrinya mendatanginya. Liora seketika menangis di pelukan papanya.
"Hey, sayang. Kamu kenapa?" tanya Papa handoko sambil mengusap air mata Liora yang jatuh.
"Aku rindu mama, Pa. Barusan aku habis dari makam mama."
Papa Handoko memeluk anaknya dengan erat. Ia pun sama, ia selalu merindukan istri tercintanya. Tapi, ia tidak ingin Liora terus menerus meratapi kepergian sang mama dan terus bersedih.
"Kalau kamu terus bersedih seperti ini, nanti mama kamu juga akan sedih. Jadi sekarang kamu harus banyak tersenyum. Mama Asti akan senang jika melihatnya."
Liora mengangguk. Ia pun dibawa masuk oleh Papa Handoko.
"Kamu udah izin sama Raja kalau mau kesini?"
"Sudah Pa, tadi aku udah bilang lewat chat. Habis aku udah lama sekali nggak makan dan tidur di rumah. Aku kangen suasana rumah. Ngomong-ngomong Kak Lintang mana Pa?"
"Ada di kamarnya, tadi sih bilangnya, mau istirahat, tapi entahlah. Kakak kamu kan kaya bunglon yang tiba-tiba suka berubah mood nya kaya kamu."
Liora mendengus sebal.
"Kalau begitu aku ke kamar kakak ya Pa."
"Ya, sana. Ganggu aja kakakmu. Kalau bisa seret dia, supaya keluar dari kamarnya."
*
*
Karena Liora tidak ada akan pulang ke apartemen, Raja pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan menginap semalam disana.
Semua anggota keluarga, dibuat terheran-heran karena Raja mau menginap disana tanpa harus dipaksa-paksa terlebih dulu.
Setelah makan malam bersama, Oma dan Raja mengobrol santai di tepi kolam sambil menikmati udara malam disana.
"Kamu ada masalah? Makanya tiba-tiba pulang ke rumah tanpa diminta?"
"Tidak Oma."
"Jangan bohong, Ja. Oma tahu kamu. Kamu itu tidak pandai menyembunyikan raut wajahmu."
"Rara lagi menginap di rumah orang tuanya Oma. Makanya saya menginap disini," jujurnya.
"Astaga! Jadi ini karena kamu ditinggal Rara? Kenapa nggak disusulin aja ke rumahnya?"
"Bukannya tidak mau menyusul Oma. Tapi aku mau memberikan waktu untuk Rara bersama keluarganya. Dia begitu merindukan mamanya. Dia pasti tidak akan nyaman kalau aku ada disana."
Oma Wina jadi terdiam. Ia jadi tahu kenapa Liora tadi pulang dengan terburu-buru. Apalagi ia juga bisa melihat kesedihan dari mata Liora.
"Apa kamu mulai mencintainya?" tanya Oma Wina.
"Aku masih belajar untuk terus mencintainya Oma. Aku masih belajar semuanya."
"Kalau begitu, setelah kamu menggenggamnya jangan pernah sekalipun kamu lepaskan. Jujur, awalnya Oma tidak suka dengan Liora. Tapi, lama-kelamaan karena seringnya dia datang dan mengajak Oma bicara. Oma jadi menyukainya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat Oma percaya kalau dia memang terbaik untuk kamu. Terlepas dari segala kekurangannya. Oma sudah merestui kalian berdua."
"Terima kasih, Oma. Terima kasih."
Raja memeluk Oma Wina dengan erat. Oma pun menepuk punggung Raja.
"Jaga pernikahan kalian baik-baik. Dia Oma selalu menyertai kamu."
*
*
Keesokan harinya, Liora masih berada di rumah papanya, ia berniat untuk pulang agak sore. Ia ingin menghabiskan waktu bersama papanya untuk melakukan banyak hal dari mulai membuat kue bersama, main game sampai saling curhat panjang.
"Gimana Raja? Dia baik kan?"
"Iya, terlalu baik malah Pa. Aku jadi merasa tidak pantas untuknya. Dulu aku memang yang menolak keras pernikahan ini. Tapi, setah dijalani, rupanya tidak sesulit yang aku pikirkan. Apalagi, Raja selalu memberikan aku yang terbaik, dari makanan, sabun mandi, pokoknya semua Pa."
"Jadi papa dan mama nggak salah pilih dong?"
Liora menggeleng.
"Tapi aku masih belum tahu, gimana kehidupan pernikahan ini akan berlangsung Pa."
Papa Handoko memeluk anaknya dengan sayang sambil mengusap-usap rambut anaknya.
"Percayalah, kalau pernikahan kalian pasti akan berlangsung lama."
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
rara dah mulai membuka hati buat raja👍👍👍👏👏👏
2023-06-04
0