Liora tidak bisa tidur, ia benar-benar tidak bisa jika harus tinggal bersama pria asing yang sama sekali tak pernah dikenalinya secara baik. Hanya memikirkannya saja ia sudah tidak mau. Ya walaupun, ia sudah beberapa kali bertemu, tapi tetap saja, ia tak pernah mengobrol.
Karena saking pusingnya dengan masalah ini, Liora pun menghubungi sahabat terbaiknya.
"Aku mau curhat Li."
"Curhat apa hm? Kamu nggak liat apa sekarang ini jam berapa? Udah jam 11 malam, Ra. Aku ngantuk, mau tidur," ucap Lili sambil menguap.
"Aku udah nikah Li. Sama laki-laki kaku dan dan kalo bicara itu baku banget."
"Apa?!"
Lili berteriak saking tidak percaya.
"Jangan becanda di tengah malam begini dong, Ra! Nggak lucu tahu!"
"Siapa yang lagi becanda? Ini beneran!"
"Astaga! Kok bisa? Kamu hamil duluan ya? Ngaku kamu!"
Lili malah mengira Liora hamil duluan karena sudah nikah dadakan.
"Sembarangan! Gini-gini aku itu tahu batasan kalau pacaran."
"Lah, terus kok bisa nikah tiba-tiba gitu?"
Liora pun menceritakan semua masalah yang terjadi sebelum ia menikah ke Lili. Ia pun tak mungkin menolak lagi, karena mamanya benar-benar sekarat saat itu.
"Malangnya kamu. Terus-terus suami kamu ganteng nggak?"
"Masih gantengan juga Debo di kampus kita."
"Huh! Ingat udah punya suami. Kamu nggak boleh lagi suka sama Debo. Kamu harus jaga hati suami kamu sendiri."
"Tau lah, curhat sama kamu kok jadi kesal. Dah lah, aku matiin aja."
Liora pun menaruh ponselnya dengan memanyunkan bibirnya lalu memeluk gulingnya dan terus menggerutu di hatinya.
*
*
Esok paginya, Liora keluar dari kamarnya dengan masih mengenakan piyama tidurnya. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Namun ia malah mendapatkan jeweran di telinganya dari sang kakak.
"Aww, sakit kak! Kenapa jadi kasar sama adik sendiri sih!"
"Kamu itu udah jadi istri orang, harusnya belajar bangun pagi, mandi pagi dan buatin sarapan. Bukannya bangun jam 9 kaya gini. Yang ada suami kamu bisa mati kelaparan."
"Kan dia bisa bikin sarapan sendiri, kenapa aku harus repot-repot," ucap Liora kemudian meneguk minumnya dan menaruh gelasnya sembarangan.
"Ya Tuhan anak ini!"
Lintang jadi emosi sendiri dengan adiknya. Ia benar-benar merasa kasihan dengan Raja. Yang seharusnya mendapatkan istri terbaik, malah mendapatkan istri terburuk. Ia juga jadi merasa bersalah, karena selama ini ia juga terlalu memanjakan adiknya sampai jadi manja kebangetan seperti ini.
Liora tidak kembali ke kamarnya, ia malah berjalan-jalan di halaman rumahnya. Kenangan bersama mamanya sebelum meninggal terus teringat di kepalanya. Tanpa sadar, air mata pun menetes ke pipinya. Ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian sang mama. Ia bahkan terus melihat bunga mawar putih yang ditanam bersama sang mama di halaman rumah.
"Kenapa mama pergi secepat ini? Aku masih membutuhkan mama. Kata mama, ketika aku di wisuda nantinya mama akan ada di album fotonya. Tapi kenapa mama malah pergi sebelum itu?"
Liora mengusap air matanya, karena takut papa atau kakaknya melihatnya bersedih. Ia tak ingin kedua orang yang dicintainya jadi ikut sedih juga. Padahal, tanpa Liora ketahui, papa dan kakaknya melihat dirinya dari jendela dalam rumah.
"Keceriaannya, senyumannya, manjanya, terkadang semua itu hanya tipuan untuk menutupi rasa sedihnya. Papa tahu kalau dia tidak ingin kita jadi ikut bersedih juga."
"Iya Pa. Rara itu kaya bunglon yang pintar sekali menyembunyikan dirinya. Bahkan gampang banget berubah suasana hatinya. Terkadang aku heran, karena dia selalu terlihat bisa membuat kita tertipu olehnya."
"Maka dari itu, mulai sekarang, kamu harus awasi terus adik kamu. Meski dia sudah menikah, tapi Raja belum tahu banyak tentang Liora. Papa sangat berharap, Rara mampu menjalani rumah tangganya dengan baik. Karena papa percaya pada Raja."
"Tapi, Pa. Apa keluarga Raja tidak akan heran, karena tiba-tiba Raja menikah?"
"Itu juga yang papa pikirkan sekarang. Papa hanya takut kalau Rara tidak diterima di keluarga Raja yang lebih kaya dari keluarga kita."
Lintang tampak menghela napasnya.
"Harusnya papa memikirkannya semuanya matang-matang juga. Jangan karena permintaan mama melihat Rara menikah lalu mengesampingkan hal sepenting itu. Aku jadi khawatir. Karena setahu aku, keluarga Raja begitu menjunjung tinggi kehormatan dan derajat."
"Mau gimana lagi, papa tidak bisa berpikir jernih juga saat itu. Apalagi Raja dengan mudahnya mengiyakan."
"Ya sudah lah, Pa. Semuanya sudah terlanjur."
Papa Handoko mengangguk. Kemudian keduanya menjauh dari jendela agar tidak ketahuan oleh Liora.
*
*
Sore harinya, di saat sedang santai-santainya menikmati makanan sambil nonton televisi, Liora dikejutkan dengan kedatangan Raja. Ia langsung lari ke dalam kamarnya dan mengunci pintu karena tidak ingin dipaksa untuk ikut bersama dengan Raja.
Tak berselang lama, suara ketukan pintu dari Papa Handoko terdengar, begitu juga dengan suaranya.
"Sayang, ini suami kamu udah jemput. Kamu beres-beres pakaian kamu dan barang-barang kamu. Raja akan menunggu di bawah, jangan lama-lama. Kasihan dia habis pulang kerja langsung kesini."
Setelah suara papanya tak terdengar lagi, Liora mulai bersuara.
"Aih, kenapa juga sih dia harus kesini? Harusnya lupa aja kek udah punya istri. Ah, pokoknya aku nggak mau pergi dari rumah ini. Nggak mau jauh-jauh dari papa."
Liora menendang-nendang di atas kasurnya karena tidak mau pergi dari rumah. Ia tidak bisa membayangkan gimana hidupnya jika harus bersama laki-laki yang bicara formal.
Karena Liora tak kunjung keluar kamar setelah 30 menit berlalu. Kali ini Lintang yang turun tangan untuk membuat Liora keluar.
"Ra, udah belum? Ini loh Raja udah nungguin. Cepet ah. Jangan nggak sopan gitu sama suami. Kalau sampai hitungan ke lima pintunya belum dibuka juga. Kakak buang si Loli ke kali."
Mau tak mau Liora pun membuka pintunya. Karena si Loli adalah ikan fugu kesayangannya yang dibeli bersama sang mama. Ketika pintu terbuka, Lintang langsung masuk dan hendak membantu Liora untuk membawa barang adiknya. Namun apa yang dilihatnya, tak ada satu pun barang yang dibereskan oleh Liora.
"Astaga Rara! Kenapa belum beres-beres? Kamu sengaja banget ya buat si Raja nunggu? Haduh!"
Saking kesalnya dan tidak sabar. Lintang jadi harus membantu Liora membereskan pakaiannya. Ia bahkan asal memasukan pakaian dari lemari Liora ke dalam koper.
"Untuk sekarang bawa bajunya dikit dulu. Nanti kamu bisa ambil lagi ke rumah sendiri. Ayo cepet turun!"
Namun, Liora masih diam di tempat yang sama. Ia benar-benar tidak ingin pergi dari rumah.
"Kakak dan papa ngusir aku ya dari rumah? Kalian nggak suka kalau aku tinggal di rumah? Jahat banget!" ucap Liora ketika kakaknya menarik kopernya keluar dari kamar.
"Ya ampun, nggak gitu kali. Kamu harus ingat posisimu Ra. Kamu sudah menikah dan memiliki suami. Kamu sudah punya keluarga baru kamu sendiri. Masa iya kamu mau tinggal disini terus. Papa dan kakak nggak ngusir, cuma kamu kan sudah berpindah tanggungjawab ke Raja."
"Nggak mau! Pokoknya Rara nggak mau ikut dia! Rara mau disini aja! Titik!"
Lintang jadi kerepotan sendiri. Sebenarnya ia juga berat banget harus menyerahkan adiknya tinggal bersama orang lain. Meski Raja adalah salah satu teman sekaligus rekan bisnisnya.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
heemmmm bikin kesel kaka nya nih rara rara
2023-06-04
0
Fitri
kk keren 😍😍😍
2023-05-25
0