Sweet Revenge"AMORA"
Terlihat seorang gadis yang sedang berdiri di balkon, termenung menatap rembulan yang menggantung di langit malam.
Sang gadis memandang sendu, berbanding terbalik dengan keindahan alam yang ditawarkan kala itu.
Menghela napas, kemudian duduk di kursi sambil terus menatap kosong ke arah langit, si gadis mulai bermonolog.
"Mah ... Pah ... andai saja kalian masih disini, hah ...," kata si gadis berbicara sendiri.
"Amora kangen sama Mamah dan Papah, hiks ... hiks ... hari ini ultah Amora yang ke-22 Pah Mah," lanjut sang gadis yang kita ketahui bernama Amora.
Menghapus air matanya dengan kasar Amora bangkit dan masuk ke kamarnya, melirik jam dinding kemudian mengambil handphone di atas nakas.
"Sudah jam segini, Bryan udah tidur belum ya?" ucapnya.
"Coba aja deh," sebelum Amora menelpon handphone-nya berdering menampilkan id caller Bryan.
Amora pun segera menerima panggilan dari tunangannya tersebut.
"Assalamualaikum," kata Amora mengawali pembicaraan telepon.
"Wa'alaikumsalam sayang, HBD ya semua do'a terbaik dariku untuk kamu. Semoga yang disemogakan tersemogakan sayang," Bryan menjawab.
"Makasih Bryan baru aja aku mau menelepon kamu," lanjut Amora.
Obrolan berlanjut hingga setengah jam kemudian.
"Mora gak kerasa udah jam segini, kamu tidur gih dah malam banget ini sayang," kata Bryan
"Ya udah aku juga udah ngantuk nih, met malam Bryan met istirahat, Assalamualaikum."
"Kamu juga ya mimpi indah, mimpiin aku kalau bisa haha, wa'alaikumsalam sayangku." Bryan pun mengakhiri panggilan.
Setelah panggilan telpon berakhir Amora mulai memikirkan apa yang akan dilakukannya esok, jujur dia sangat membenci hari ulangtahunnya sendiri.
Saat akan tertidur, Amora mengingat Tiara.
"Sepertinya menghabiskan waktu dengan Tiara tidak buruk, hmm gak usah telepon deh langsung datang aja." tersenyum memikirkan bagaimana terkejutnya Tiara besok.
Amora pun terlelap mengarungi dunia mimpi.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀...
Dilain tempat, di apartemen mewah. Terlihat pasangan muda mudi yang berbaring di ranjang.
Si wanita memulai percakapan.
"Apa katanya tadi, minta jalan-jalan ya sama kamu besok?" ucap si wanita dengan nada manja.
"Gak minta apa-apa sih, kan kamu juga dengar sendiri tadi Tiara-ku sayang." si pria sambil mencubit hidung wanita yang bernama Tiara tersebut.
"Sampai kapan sih kita harus gini, kamu tunangannya tapi jalan sama aku. Hubungan kita juga udah jauh, aku gak mau kamu ninggalin aku karena harus nikah sama dia setelah semua yang udah kita lakukan," kata Tiara.
"Sabar ya, Ayah kamu bilang kita harus menunggu dia melewati ultahnya yang ke-22 baru kita bisa melenyapkannya," jawab si pria.
"Tapi aku tuh capek sembunyi-sembunyi gini terus, aku mau milikin kamu seutuhnya Bryan," keluh Tiara.
"Tunggu satu minggu paling lama. Semuanya juga akan berakhir, kita akan bebas dan Ayahmu akan mengambil alih semua warisan si bodoh Amora itu hahahaha." Bryan tergelak memikirkan keberhasilan rencana Ayah Tiara.
"Sekarang kita lanjutkan yang tadi ya." Bryan mulai mendekati Tiara.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀...
Pagi menjelang, matahari masih mengintip malu. Amora telah siap dengan dress berwarna putih, kemudian Amora sarapan di dapur apartemen sederhananya.
Kenapa anak dari almarhum seorang pengusaha terkenal bisa tinggal di apartemen sederhana sendirian. Jawabannya karena Amora ingin mandiri dan tidak terlalu menyukai kemewahan.
Sama halnya dengan ultahnya sendiri, sudah lama tak ada perayaan sejak ultah Amora yang ke-17.
Setelah sarapan, Amora bergegas ke parkiran apartemen dan masuk ke dalam mobil kesayangannya yang merupakan hadiah terakhir dari orang tuanya.
Menikmati cuaca pagi ini Amora menjalankan mobilnya dengan pelan. Sesampainya di apartemen Tiara, Ia memasukan password.
"Kebiasaan malas banget bersih bersih," gerutu Amora ketika masuk dan melihat ruang tengah yang seperti kapal pecah.
Saat akan membuka pintu kamar Tiara, Amora mendengar percakapan dua orang yang dia kenali dari balik pintu.
Dia mendengar semua rencana jahat yang akan mereka lakukan padanya. Air mata mulai terjatuh, membekap mulutnya sendiri Amora hendak berlari keluar meninggalkan apartemen yang membuatnya mengetahui bahwa semua orang yang dia kenal dan percaya hanya bersandiwara.
Setelah berbalik Amora tak sengaja menyenggol meja kecil di dekatnya, membuat vas bunga yang ada di atas meja itu jatuh dan pecah.
Suara pecahan vas itu terdengar hingga ke dalam kemar Tiara yang pintunya sedikit terbuka.
"Apa itu yang jatuh?" tanya Tiara.
"Mungkin kamu salah dengar sayang." Bryan menjawab seraya mengeratkan pelukannya.
"Bangun dulu Bryan, liatin sana jangan-jangan maling lagi," paksa Tiara.
"Iya-iya aku liatin." Bryan segera bangkit dari ranjang dan membuka pintu kamar, wajahnya berubah menjadi pucat.
"Apa yang jatuh sayang," tanya Tiara dari dalam.
"Vas bu–bunga," jawab Bryan tergagap.
Tiara menyusul keluar "kok bisa jat–" Tiara menelan kembali pertanyaannya karena melihat Amora.
Plok ... Plok ... Plok ....
"Hebat ternyata ini yang kalian lakukan di belakang aku ya, udah berapa lama kalian mengkhianati aku. JAWAB HAH, SUDAH BERAPA LAMA KALIAN BERHUBUNGAN!" bentak Amora sambil bertepuk tangan.
"Tadinya aku yang mau buat kejutan, nyatanya aku yang merasa sangat terkejut. Tunangan aku selingkuh dengan sahabat aku sendiri, haha lucu sekali bodohnya aku mempercayai kalian berdua," lanjut Amora.
"Please dengarin aku dulu, ini gak seperti yang kamu lihat. Percaya sama aku ya," bujuk Bryan.
"Lalu apa kebenarannya, kamu kira aku bodoh atau aku buta gitu gak bisa liat kalau kalian itu ada hubungan. Dengan kalian keluar dari kamar yang sama aja udah menjelaskan apa yang kalian lakukan semalam, apalagi yang mau kamu jelaskan Bryan?" tanya Amora.
Tiara yang mulai jengah bersandiwara, melepaskan semua topeng yang dia kenakan selama ini.
"Kalau iya lantas kenapa, kamu bisa apa? Kamu itu cuma anak yang haus kasih sayang dan perhatian. Jadi wajar dong kalau kita manfaatin." Tiara mengangkat bahu cuek.
"Lagian ya aku itu temenan sama kamu karena disuruh sama papah doang, aslinya ogah banget deh. Udah cupu, sok lugu, sok alim dan sok pintar pula," hina Tiara.
Amora tak menjawab, dia hanya diam mendengarkan hinaan dari Tiara.
"Bryan, kamu tutup pintu. Jangan biarkan dia keluar dari sini," titah Tiara.
Bryan melewati Amora yang masih syok, mengunci pintu apartemen dan kembali kesisi Tiara.
"Kamu mau ngapain nyuruh aku tutup pintu sayang?" tanya Bryan.
"Aku punya ide, bagaimana kalau dia." Menunjuk Amora "Kita eksekusi hari ini juga, bukankah sekarang sudah lewat ultahnya." terang Tiara sambil menatap Bryan.
"Iya sih tapi gimana sama rencana papah kamu?" timpal Bryan.
"Mau sekarang atau nanti sama aja, lagian dia udah tau yang sebenarnya terus juga di surat wasiat itu menjelaskan jika sesuatu yang buruk menimpa dia sebelum berusia dua puluh dua maka semua harta warisannya akan disumbangkan ke panti asuhan." terang Tiara meyakinkan.
"Jadi gimana, kamu berani gak? Ya itung-itung meringankan pekerjaan papah aku buat melenyapkan dia." Tiara memandang tajam Amora, tatapannya seolah menyimpan sejuta rasa iri dan kebencian.
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita lakukan sekarang. Maaf Amora sepertinya hidupmu cukup sampai disini, Bukankah kamu selalu merindukan orang tuamu. Aku akan membantumu bertemu dengan mereka segera." Bryan terus melangkah mendekati Amora.
"Mau apa kamu Bryan, jangan mendekat. Aku bilang jangan mendekat Bryan." Amora panik dan melangkah mundur.
Sakian lama jarak antara Bryan dan Amora makin menipis, Bryan mengulurkan tangannya ke leher Amora.
Amora sudah tak bisa melangkah mundur lagi karena ada dinding yang menghalangi. Saat tangan Bryan mulai mencekik lehernya tak ada perlawanan dari Amora, hanya air matanya yang senantiasa menetes.
Bryan yang sebenarnya masih menyayangi Amora tapi terbujuk oleh rayuan Tiara untuk berselingkuh dengannya, akhirnya meluluh dan mengendurkan cekikannya pada leher Amora.
Amora mengambil napas sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya sambil terbatuk.
"Apa yang kamu lakukan Bryan, cepat habisi dia. Lihat dia sudah tak memiliki tenaga untuk melawan," hardik Tiara.
"Aku gak bisa Tiara, bagaimanapun juga aku pernah mencintainya hanya saja dia tak mau berhubungan seperti yang kita lakukan." Bryan mengusap wajahnya.
"Kalau kamu gak bisa, biar aku yang lakukan. Kamu cukup diam di sana dan jangan mengganggu." Tiara mendekati Amora.
"Ka–kalian jahat, aku akan membalas semuanya bahkan jika aku harus menjadi hantu," ucap Amora terbata karena lehernya dicekik.
"Terserah aku tidak takut hahaha." Tiara menguatkan cekikan di leher Amora.
Amora bersumpah dalam hati, "Aku tidak Sudi mati seperti ini, jika aku harus mati izinkan aku membalas semua yang mereka lakukan. Berikan aku kesempatan itu Tuhan." mata Amora pun mulai tertutup.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀...
Akankah ada kesempatan kedua untuk Amora?
Nantikan di bab selanjutnya.
Wassalam 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Eko Hadi
kamusiapa
2022-06-07
0
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-02-01
0
🅡enαtα___
jejak ah..ehehhe 🤭
2021-02-01
0