3.

Mobil yang dikendarai Bryan melaju di tengah hujan. Semakin lama hujan kian deras, begitu sulit untuk melihat jalanan. Bryan pun memperlambat laju kendaraannya.

"Hujannya deras banget malam ini, petir dari tadi gak berhenti menggelar. Sepertinya hujan kali ini bakalan awet sampai pagi," Bryan memulai percakapan.

"Yah mungkin saja, siapa tau alam pun menangis menyambut kematian Amora," timpal Tiara.

"Aku senang karena semuanya akan jadi milikku, milik kita hahaha," lanjut Tiara.

"Kita belum bilang ke Papah kamu tentang ini sayang." Bryan berkata sambil melirik sekilas ke arah Tiara.

"Besok juga bisa, ngapain buru-buru. Lagian ini juga udah malam Mamah dan Papah pasti udah tidur,"

Bryan hanya mengangguk mendengar jawaban Tiara. Tak lama kemudian mereka telah sampai, Tiara bergegas turun dan masuk ke apartemennya.

Setelah masuk mereka segera membersihkan badan mereka dari tanah yang menempel karena terkena air hujan. Bryan yang telah selesai mandi, berlalu ke dapur untuk mengambil minuman. Sedangkan di dalam kamar, Tiara mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

Saat Bryan akan membuka pintu kulkas dan Tiara mulai mengeringkan rambutnya, tiba-tiba gemuruh petir terdengar memekakkan telinga sekaligus pemadaman listrik di apartemen.

Tiara memekik, memanggil Bryan sebab dia sangat benci kegelapan. Tiara terus berteriak memanggil Bryan, namun Bryan belum juga sampai. Mendengar suara teriakan tersebut Bryan terburu-buru berlari di dalam kegelapan hingga dia terjatuh.

Kepala Bryan hanya membentur meja, namun anehnya dia tak sadarkan diri. Tiara yang terus berteriak juga pingsan saat petir kembali menyambar kembali.

DAH TAMAT🙃

TAPI BOONG🤭

Saat mereka berdua tak sadarkan diri, ada setitik cahaya yang muncul ditengah kegelapan. Makin lama cahaya tersebut semakin membesar dan menghisap semuanya. ( Maafkan imajinasi saya yang aneh, entah darimana saya memikirkan black hole muncul disini🤭, tolong dimaafkan ya maklum baru pertama kali buat novel ).

Semua barang-barang terhisap masuk kedalam cahaya itu, Tiara dan Bryan pun ikut tertelan. Setelah apartemen itu kosong tanpa satupun barang, cahaya itupun memudar kemudian menghilang.

Suasana kembali seperti semula, hujan pun berhenti dan listrik kembali menyala.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀...

Di atas tempat tidur, terlelap seorang remaja yang masih memakai seragam sekolah. Matanya terlihat sembab seperti habis menangis.

Suara ketukan pintu kamarnya pun seakan tak menganggu tidurnya.

"Non, bangun Non. Makan dulu," kata orang yang mengetuk pintu. "Nona belum makan dari kemarin Non, Bibi tau Nona masih bersedih atas kepergian Tuan dan Nyonya tapi jangan gak mau makan Non nanti Nona sakit," lanjutnya.

Karena tak mendapat jawaban dan pintu tak bisa dibuka, Bibi pun meninggalkan kamar tersebut. Tak berapa lama setelah di Bibi pergi, gadis di atas tempat tidur itu menggeliat. Matanya berkedip beberapa kali kemudian terbelalak tak percaya.

Segera dia melompat turun dari ranjangnya mendekati meja rias di kamarnya, diamatinya penampilannya saat ini. Seragam sekolah mata yang sembab, dipegangnya wajahnya sendiri seraya membekap mulutnya.

Melirik ke kalender yang ada di atas meja rias, dia ingat betul hari ini adalah hari dimana dia mendengar kabar bahwa orang tuanya meninggal karena kecelakaan kemarin.

Seakan masih tak percaya, dia mengambil handphone-nya dan melihat layar yang menunjukan tanggal yang sama.

"Mah ... Pah ... Amora kembali, tapi kenapa harus di hari ini. Kenapa bukan di saat sebelum terjadinya kecelakaan Mamah dan Papah," kata gadis itu yang ternyata adalah Amora.

"Amora akan menjaga semua yang Papah dan Mamah tinggalkan untuk Amora, kejadian itu tak akan Amora biarkan terulang." janji Amora sambil menatap foto orang tuanya.

Satu minggu telah berlalu sejak Amora kembali ke usianya yang ke-17. Hari ini adalah hari dimana Amora akan bertemu dengan pengacara ayahnya.

Amora telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membuat orang-orang mempercayainya. Ia juga meminta izin tidak mengikuti pelajaran dari sekolahnya.

Amora memakai pakaian formal ala kantoran, merias wajahnya senatural mungkin. Kini Amora telah siap memulai pertarungan pertamanya di perusahaan almarhum Papahnya.

Amora turun kelantai satu untuk sarapan, tak lama seorang pelayan menghampiri Amora.

"Wah Non Amora cantik sekali, mau ada acara ya Non?" tanyanya.

"Iya Bik Tika, Amora ada pertemuan dengan pengacara di kantor Papah." Amora tersenyum menatap Bik Tika.

Amora duduk di meja makan sendirian, maklum dia anak tunggal dan tak memiliki kerabat yang lain.

"Bik Tika sarapan sama Amora ya, gak enak makan sendirian," pinta Amora.

"Ampun Non Bibi gak berani."

"Ayolah Bik, ya-ya mau ya," bujuk Amora.

"Iya deh Non, Bibi temenin saja ya gak ikut makan. Bibi duduk aja."

"Sama aja, Amora makan sendiri." Amora memasang wajah cemberut.

"Ya udah Bibi panggil yang lainnya juga ya biar ramai sarapan sama-sama," putus Bik Tika pada akhirnya.

"Boleh Bik ajak aja semua."

Setelah memanggil semua pelayan, mereka makan bersama. Bercanda dan tertawa disela-sela mereka sarapan.

"Mah ... Pah ... lihat Amora masih bisa tersenyum, Amora janji gak akan mengecewakan kalian," janji Amora didalam hati.

Setelah sarapan Amora segera pergi ke kantor Papahnya. Di teras depan Leo, supir Amora menunggu Nonanya.

Leo segera membuka pintu mobil, Amora mengucapkan terimakasih dan masuk ke dalam mobilnya. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang menuju kantor Papa Amora.

Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di depan gedung perkantoran perusahaan "SANJAYA". Amora berjalan dengan langkah yang tegas, semua karyawan membungkuk hormat dan mengucapkan salam pada Amora.

Senyum kecil yang tersungging dibibir Amora, sampai di depan pintu ruang rapat sekretaris pribadi almarhum Papa Amora segera membukakan pintu tersebut.

Amora masuk dan duduk di kursi pemimpin, senyum yang tadi ada ditanggalkan berganti dengan wajah datar dan aura kepemimpinan yang tak sesuai dengan usianya saat ini.

Melirik seluruh orang yang ada di dalam ruangan hingga tatapannya terhenti pada wajah yang tak asing lagi, wajah penjahat yang teramat sangat munafik. Amora membuang pandangannya, kemudian berkata, "Bisa kita mulai segera, saya rasa semua orang disini memiliki tugas yang harus diselesaikan setelah rapat ini berakhir,"

"Tolong bacakan surat wasiat Papah saya, dan saya akan menerima pendapat dari kalian semua. Tapi ingat hanya sebatas menerima bukan menyetujui!" pungkas Amora.

"Baiklah, saya disini selaku pengacara almarhum Bapak Arya Sanjaya akan membacakan wasiat terakhir beliau,"

Sang pengacara membacakan isi wasiat.

Surat Wasiat

"Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arya Sanjaya

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 14 Maret 1976

Alamat : Jl. Waru Raya No. 15, Warurejo, Sidoarjo.

Dengan surat ini saya menyatakan berbagai hal berikut :

Harta yang pertama, Rumah, Tanah Sertifikat Hak Milik, Perusahaan, Butik dan Showroom mobil.

Harta kedua, Tujuh Buah Mobil, Dua belas Buah Sepeda Motor.

Harta ketiga, yakni tabungan sejumlah 17,9 triliun rupiah.

Berdasarkan keterangan di atas, berikut penjelasan yang lebih rinci atas harta kekayaan saya yang akan saya wariskan :

Rumah seluas 20.000 meter persegi beserta isinya.

Tanah perumahan seluas 40.000 meter persegi yang sudah bersertifikat hak milik.

Perusahaan SANJAYA seluas 2.000 meter persegi.

Butik seluas 500 meter persegi 3 lantai dan Showroom mobil 300 metr persegi 2 lantai.

Tabungan sejumlah 17,9 triliun rupiah, 7 mobil dan 12 sepeda motor

Semua harta benda Saya diatas akan Saya serahkan kepada anak Saya satu-satunya sebagai ahli waris saya yaitu Amora Sanjaya.

Sekian surat ini saya buat dengan disahkan oleh saudara Sebestian Gilang Perdana selaku pengacara saya,"

Setelah Gilang membacakan wasiat Pak Arya, Amora segera bertanya, "Tidak ada tambahan apapun?"

"Masih ada Nona, Pak Arya menetapkan Nona akan mendapatkan semuanya saat genap berusia 22 tahun," jawab Gilang.

"Baiklah bagaimana pendapat kalian, ada yang mau berkomentar atau memberi masukan?"

"Siapa yang akan menjadi CEO menggantikan Pak Arya?" tanya salah satu Direktur.

"Sudah jelas saya selaku anaknya yang akan mengambil alih lagipula Papah memiliki saham yang cukup besar dan semuanya diberikan kepada saya beserta perusahaan," jawab Amora

"Mana bisa kami mempercayakan perusahaan pada anak yang masih duduk di bangku sekolah," sanggah Direktur yang lain.

"Ya betul lebih baik menunjuk satu perwakilan untuk menduduki jabatan tersebut," saran Direktur lainnya. Semua yang ada disana mengangguk setuju.

"Saran yang bagus siapa kira-kira yang bisa menggantikan saya menurut kalian," tanya Amora.

"Pak Danu cocok untuk posisi tersebut Nak Amora, selain beliau teman baik mendiang orang tuamu beliau pasti mampu," dukung salah satu peserta rapat.

"Om Danu, ya beliau memang teman baik Papa tapi saya yakin Papa pasti lebih suka jika saya yang meneruskan dan memimpin perusahaannya. Jadi keputusan saya sudah bulat, saya yang akan mengambil alih jabatan Papa," pungkas Amora.

"Untuk masalah saya seorang pelajar tidak perlu khawatir, saya sudah mendaftar kelas akselarasi. Dan untuk melanjutkan studi saya akan mengambil kelas malam, sehingga tidak akan mengganggu tugas saya sebagai CEO," Lanjut Amora.

"Bagaimana kami percaya pada anak kecil yang bahkan belum mengerti cara memimpin?"

"Kalian bisa membuktikan saya mampu atau tidak dengan memberi saya kesempatan, bagaimana? Apakah kalian berani memberikan kesempatan padaku?" tantang Amora, semua terdiam dan saling pandang memikirkan kata-kata Amora, kemudian Gilang menyampaikan pendapatnya.

"Saya rasa apa yang dikatakan oleh Nona Amora ada benarnya, jadi saya pribadi setuju dengan saran Nona," ucap Gilang.

Semua yang hadir mengangguk setuju, seulas senyum merekah di wajah cantik Amora. Dia sangat bahagia bisa mengubah semuanya dari awal. Sekarang tugasnya membuktikan bahwa dia mampu menjalankan tanggung jawabnya sebagai CEO.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀...

Mampukah Amora, nantikan bab selanjutnya.

Terpopuler

Comments

Shakila Viska

Shakila Viska

deg deg an thorr

2021-02-01

1

Mrs Cikal B. Pangrakit

Mrs Cikal B. Pangrakit

mulai jejak bungsuu...

2020-10-09

3

Fantasy

Fantasy

Semangat trs kak

2020-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24 24.
25 25.
26 26.
27 27.
28 28.
29 29.
30 30.
31 31.
32 32.
33 33.
34 34.
35 35.
36 36.
37 37.
38 38.
39 39.
40 40.
41 41.
42 42.
43 43.
44 44.
45 45.
46 46.
47 47.
48 48.
49 49.
50 50.
51 51.
52 52.
53 53.
54 54.
55 55.
56 56.
57 57.
58 58.
59 59.
60 60.
61 61.
62 62.
63 63.
64 64.
65 65.
66 66.
67 67.
68 68.
69 69.
70 70.
71 71.
72 72.
73 73.
74 74.
75 75.
76 76.
77 77.
78 78.
79 79.
80 80.
81 81.
82 82.
83 83.
84 84.
85 85.
86 86.
87 87.
88 88.
89 89.
90 90.
91 91.
92 92.
93 93.
94 94.
95 95.
96 96.
97 97.
98 98.
99 99.
100 100.
101 101.
102 102.
103 103.
104 104.
105 105.
106 106.
107 107.
108 108.
109 109.
110 110.
111 111.
112 112.
113 113.
114 114.
115 115.
116 116.
117 117.
118 118.
119 119.
120 120.
121 121.
122 122.
123 123.
124 124.
125 125.
126 126.
127 127.
128 128.
129 129.
130 130.
131 131.
132 132.
133 133.
134 134.
135 135.
136 136.
137 137.
138 138.
139 139.
140 140.
141 141.
142 142.
143 143.
144 144.
145 145.
146 146.
147 147.
148 148.
149 149.
150 150.
151 151.
152 152.
153 153.
154 154.
155 155.
156 156.
157 157.
158 158.
159 159.
160 160.
161 161.
162 162.
163 163.
164 164.
165 165.
166 166.
167 167.
168 168.
169 169.
170 170.
171 171.
172 172.
173 173.
174 174.
175 175.
176 176.
177 177.
178 178.
179 179.
180 180.
181 181.
182 182.
183 183.
184 184.
185 185.
186 186.
187 187.
188 188.
189 189.
190 190.
191 191.
192 192.
193 193.
194 194.
195 195.
196 196.
197 197.
198 198.
199 199.
200 200.
201 201.
202 202.
203 203.
204 204.
205 205.
206 206.
207 207.
208 208.
209 209.
Episodes

Updated 209 Episodes

1
1.
2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
13.
14
14.
15
15.
16
16.
17
17.
18
18.
19
19.
20
20.
21
21.
22
22.
23
23.
24
24.
25
25.
26
26.
27
27.
28
28.
29
29.
30
30.
31
31.
32
32.
33
33.
34
34.
35
35.
36
36.
37
37.
38
38.
39
39.
40
40.
41
41.
42
42.
43
43.
44
44.
45
45.
46
46.
47
47.
48
48.
49
49.
50
50.
51
51.
52
52.
53
53.
54
54.
55
55.
56
56.
57
57.
58
58.
59
59.
60
60.
61
61.
62
62.
63
63.
64
64.
65
65.
66
66.
67
67.
68
68.
69
69.
70
70.
71
71.
72
72.
73
73.
74
74.
75
75.
76
76.
77
77.
78
78.
79
79.
80
80.
81
81.
82
82.
83
83.
84
84.
85
85.
86
86.
87
87.
88
88.
89
89.
90
90.
91
91.
92
92.
93
93.
94
94.
95
95.
96
96.
97
97.
98
98.
99
99.
100
100.
101
101.
102
102.
103
103.
104
104.
105
105.
106
106.
107
107.
108
108.
109
109.
110
110.
111
111.
112
112.
113
113.
114
114.
115
115.
116
116.
117
117.
118
118.
119
119.
120
120.
121
121.
122
122.
123
123.
124
124.
125
125.
126
126.
127
127.
128
128.
129
129.
130
130.
131
131.
132
132.
133
133.
134
134.
135
135.
136
136.
137
137.
138
138.
139
139.
140
140.
141
141.
142
142.
143
143.
144
144.
145
145.
146
146.
147
147.
148
148.
149
149.
150
150.
151
151.
152
152.
153
153.
154
154.
155
155.
156
156.
157
157.
158
158.
159
159.
160
160.
161
161.
162
162.
163
163.
164
164.
165
165.
166
166.
167
167.
168
168.
169
169.
170
170.
171
171.
172
172.
173
173.
174
174.
175
175.
176
176.
177
177.
178
178.
179
179.
180
180.
181
181.
182
182.
183
183.
184
184.
185
185.
186
186.
187
187.
188
188.
189
189.
190
190.
191
191.
192
192.
193
193.
194
194.
195
195.
196
196.
197
197.
198
198.
199
199.
200
200.
201
201.
202
202.
203
203.
204
204.
205
205.
206
206.
207
207.
208
208.
209
209.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!