Empat mobil terparkir sejajar diparkiran Universitas ternama. Dari masing-masing mobil turun sang pengemudi.
Mobil pertama berwarna merah menyala turun gadis belia yang sangat imut (bilang pendek nyawa taruhannya), kulitnya putih pualam dan lumayan manis berhijab (Miu).
Mobil kedua, mobil dengan warna silver. Turunlah remaja pria bertampang datar, berkulit putih, tingginya sekitar 170 cm dengan rambut yang disisir rapi (Rex).
Mobil ketiga berwarna biru metalik gadis jangkung berhijab turun dari sana, tampangnya cuek dan tanpa senyum sedikitpun (Liona).
Pintu mobil terakhir terbuka, sepasang kaki memakai jeans biru pudar dan sepatu kets putih terlihat, tanktop putih dipadukan dengan blazer biru. Remaja berparas manis mengumbar senyum saat menghampiri teman-temannya.
Menyelipkan anak rambut yang diterpa angin sore kemudian berkata, "Ayo kita keliling, lihat-lihat lingkungan sekalian nanya-nanya,"
ketiga kawannya mengangguk setuju.
Mereka berempat berjalan bersama tanpa memperdulikan tatapan para mahasiswa dan mahasiswi di sana. Jika di ibaratkan, saat mereka berjalan bahkan para malaikat akan menyingkir karena malu.
Saat berkeliling tiba-tiba Amora menghentikan langkahnya dan menatap lurus ke depan dengan tatapan penuh kebencian, pada perempuan yang saat ini sedang bercanda dengan jarak dua meter dari arahnya.
Rex, Liona dan Miu menatap heran Amora, saat mereka berkedip tatapan kebencian tadi hilang sehingga mereka mengira mereka hanya berhalusinasi saja, mereka yakin orang seperti Amora tak mungkin bisa menatap seperti itu.
Amora meneruskan langkahnya, saat melewati Tiara Amora memasang wajah datar. Tiara yang melihat Amora segera mengenalinya dari foto yang Ayahnya berikan, dia pun segera menyapa Amora.
"Hai, Amora kan?" katanya, "Kenalin aku Tiara anaknya Pak Danu, kalau boleh tau ngapain kamu kesini?" lanjut Tiara sambil mengulurkan tangannya. Amora diam sesaat sebelum dia menjabat tangan Tiara dengan senyum kecil, "Hai juga Tiara, senang bertemu dengan anak dari teman papa."
Amora melepas jabatan tangan dan mengambil tisu dari tasnya untuk mengelap tangannya. Sikap Amora membuat senyuman Tiara sirna, berganti dengan wajah syok dan tatapan yang seolah mengatakan 'Kamu pikir aku kuman apa?' Tapi Tiara diam saja tak mau merusak kesempatan untuk bersahabat dengan Amora.
"Kita duluan ya Tiara," pamit Amora. "Mau kemana? Kalau mau keliling sini aku temani," Tiara menawarkan bantuan.
"Gak usah, kita-kita udah mau pulang iya kan Gengs?" Amora melirik teman-temannya dan mereka menjawab dengan 'Hn, hmm dan ya' sungguh jawaban yang beragam.
Setelah mengatakan itu Amora segera berlalu diikuti oleh teman-temannya dari belakang, membatalkan rencana awalnya. Sesampainya di parkiran Miu yang sedari tadi ingin bertanya segera angkat suara, "Kamu gak suka ya sama si Tiara tadi?" Rex dan Liona memandang Miu tak mengerti.
Menghela napas pelan Amora menjawab, "Seperti biasa tingkat kepekaan Miu selalu tinggi, tapi aku bukannya gak suka hanya saja aku gak mau berteman dekat sama dia," mendengar jawaban Amora mereka mengangguk serempak.
Mereka berempat memasuki mobil masing-masing diiringi dengan tatapan ingin tahu, bayangkan empat mobil sama jenis dan simbol 'GG' di body mobilnya meninggalkan parkiran universitas bersamaan meninggalkan tanda tanya 'Siapa mereka'
~SKIP~
Sesampainya di rumah masing-masing, Amora masuk ke dalam kamarnya menghempas tubuhnya ke kasur sembari membuang napas kasar. Air mata menggantung dimatanya yang tertutup rapat, pertemuannya dengan Tiara tadi hampir membuatnya berteriak histeris.
Dia benci mengingat akhir hidupnya di masa lalu, dengan bodohnya dia menerima semua kepalsuan dari mereka. Dering telepon menghentikan ingatan Amora tentang kehidupannya yang pertama.
Mengambil telepon genggamnya, ternyata ada satu e-mail masuk dari sekretarisnya Indi yang mengingatkan jadwalnya besok. Tersenyum dan bertekad untuk menjaga semua yang menjadi haknya, dia akan menjaga amanah Papanya, menjaga perusahaan dan hidupnya.
Bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, kemudian makan malam dan tidur tepat waktu.
Pagi hari
Setelah bersiap dan sarapan, Amora berpamitan ke kantor pada pengurus rumahnya. Ketika akan masuk ke dalam mobilnya ada seorang pria mengenakan kacamata yang berdiri di depan mobil berwarna hitam dengan gaya cool.
Pria itu melepas kacamatanya dan berjalan kearah Amora, "Pagi Amora, izinkan aku mengantarkan mu pagi ini," katanya. Amora melirik sejenak, masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan pemuda itu yang menatapnya dengan tampang melongo.
Berkedip beberapa kali barulah dia sadar bahwa lagi dan lagi dirinya selalu tak digubris, umpatan-umpatan kasar meluncur mulus dari bibirnya belum lagi malu yang ditanggungnya karena ditinggalkan. Lengkap sudah derita yang dialami Arlan pagi ini.
Duduk dibalik kemudi, menutup pintu mobilnya dengan kekuatan penuh oh jangan lupakan kemudi yang dipukul berkali-kali sebagai pelampiasan amarah serta rasa malunya. Setelah sedikit tenang Arlan mulai melajukan mobil kesayangannya menuju kantor Amora.
Pupus sudah harapannya untuk bisa berangkat bersama, padahal sudah banyak rencana yang dibuatnya namun gagal sebelum dilakukan. Percuma membuat rencana semua sia-sia jika yang dikejarnya bahkan acuh bin cuek plus ngeselin dengan tampang datar.
Kantor Sanjaya
Arlan berjalan santai wajahnya masih menyimpan kekesalan tapi mampu ditutupi dengan sedikit senyuman palsu yang menggantung di bibirnya.
Beberapa saat kemudian, Indi membukakan pintu ruangan Amora untuk Arlan karena dia juga akan masuk ke dalam. Terlihat Amora yang sedang berkutat dengan dokumen di tangannya.
"Nona, ini laporan yang Anda minta dan Pak Arlan sudah datang," kata Indi, Amora mengangkat kepalanya dan melirik Arlan yang masih berdiri "Oh, Silakan duduk Pak Arlan! Mohon tunggu sebentar," mata Arlan memicing tak suka mendengar panggilan yang disematkan Amora untuknya.
Arlan duduk sembari memperhatikan Amora yang sedang bekerja, 10 menit berlalu setelah Indi keluar Amora mulai berbicara, "Maaf Anda harus menunggu, bagaimana jika kita langsung saja membahas kelanjutan bisnis kita Pak Arlan," lagi, Amora memanggil dia dengan sebutan Pak.
"Tidak bisakah kamu memanggil saya kakak saja seperti yang papa suruh kemarin?" Arlan tak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya.
Amora tersenyum kecil. "Ini masih jam kantor saya tidak bisa melakukan itu Pak," jawabnya tegas. "Ok, tapi berjanjilah di luar kantor panggil saya kakak," Arlan mengalah sebagai respon Amora mengangguk setuju.
Mari tinggalkan mereka berdua kita intip apa yang sedang Pak Danu lakukan saat ini, rupanya pak Danu juga sedang melakukan pertemuan bersama seorang pria muda yang kira-kira berusia dua puluh tiga tahun. Mari kita dengarkan apa yang mereka bicarakan.
"Bagaimana Nak, kamu bersedia membantu saya kan?" tanya Pak Danu.
"Tawaran yang sangat menarik, bagaimana mungkin saya sanggup menolak." seringainya mengembang.
"Hahaha, bagus-bagus. Sekarang dekati dia dengan perlahan saat waktunya tiba kita akan menguasai Sanjaya Grup," pemuda itu hanya tersenyum sembari mengangkat cangkir tehnya.
"Jadi kapan saya harus menemui Amora? Agar terkesan tak sengaja," tanyanya.
"Untuk masalah waktu kapan dan dimana itu urusan kamu Bryan, sesuai kesepakatan kita tadi."
Bryan mendengus tak suka dan berkata, "Baik tapi jangan meminta hasil instan, Anda tau sendiri saya belum mengenal Amora," Pak Danu mengangguk setuju.
Oh, lihatlah Amora musuh-musuhmu di masa lalu telah mulai merencanakan untuk menguasai semua yang kamu miliki. Mampukah Amora bertahan di kehidupannya yang kedua, atau musuhnya yang kembali menang nantikan bab selanjutnya. Terimakasih.
Wassalam 🙏
Visual untuk mobil para 'GG' dengan logo GG di KT-nya serta warna yang berbeda untuk masing-masing GG. (Gambar hanya contoh ya mohon dimaafkan kalau saya gak terlalu mengerti soal mobil).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
anggy tabitha
itu mobil bisa hancur bampernya, Indonesia banyak polisi tidurnya
2023-01-17
0
yuli novelis🕊🕊
Sampai sini dulu ya kak semangat terus dalam berkarya💪💪
2021-01-19
0
kambing terbang
mobipnya cebol yah
kalo banjir apakah tenggelam
2020-12-13
4