Amora dan ketiga sahabatnya menempuh perjalanan ke rumah Om Danu, mereka mengendarai mobil dengan pelan. Kenapa, karena Amora yang menunjukkan jalan saat ini sedang melajukan mobilnya dengan sangat santai.
Satu jam berlalu, tibalah mereka di depan sebuah rumah yang cukup mewah berpagar tinggi. Pagarnya terbuat dari besi yang di cat menggunakan warna merah.
Amora membunyikan klakson mobilnya dua kali, setelah melihat bahwa yang datang adalah tamu majikannya, satpam tersebut segera membuka gerbang.
Mobil Amora dan ketiga sahabatnya masuk ke dalam pekarangan rumah Om Danu, tak lupa Amora melemparkan senyuman terimakasih kepada satpam tadi.
Memarkirkan mobilnya dihalaman, Amora melangkah keluar dari mobil. Para sahabatnya mengikuti Amora, di depan pintu mereka disambut dengan dua orang maid. Mereka membukakan pintu dan mengantarkan Amora ke ruang makan.
*Amora POV
Aku mengikuti langkah kedua maid yang menunjukan jalan dalam diam. Sesampainya disana betapa terkejutnya aku mendapati orang yang tak ingin kutemui juga hadir, aku segera mengalihkan tatapan mataku kearah lain.
Menyunggingkan senyuman palsu dan menyapa mereka, "Malam Om, maaf kalau terlambat."
"Tidak apa-apa, Kalian tidak terlambat. Silakan duduk," jawabannya membuatku muak.
"Hai Amora, masih ingat gue kan?" pertanyaan basi dari nenek lampir satu ini hampir saja membuat aku merotasikan mataku.
"Tentu Tiara, bagaimana mungkin aku bisa melupakan kamu," dia terlihat senang padahal ada maksud lain dari ucapanku, ya bagaimana mungkin aku lupa orang yang telah membuat aku kehilangan nyawa dulu.
"Bagaimana kabarmu Nak Amora?" satu lagi dengungan ratu lebah terdengar.
"Alhamdulillah baik Tan, oh ya kenalin ini sahabat Amora." aku menyenggol Liona yang duduk di sebelahku.
Dia yang sedari tadi fokus pada HP-nya sedikit tersentak dan menatapku dengan tatapan yang seakan bertanya 'Ada apa ini?', Miu hampir saja membuka mulutnya untuk memberitahukan Liona tapi suara Rex menghentikannya.
"Selamat malam semua, saya Rex. Terimakasih telah mengundang kami sahabat Amora," ucap Rex datar.
Mendengar itu, Liona mengangguk paham bahwa tadi dia harus memperkenalkan dirinya.
"Saya Miu, saudarinya Rex. Malam semua." Miu melirik Liona, Liona pun memperkenalkan dirinya dengan singkat. "Malam semua, saya Liona," ingin rasanya aku bertepuk tangan untuk sahabatku yang satu ini, sungguh sifatnya tak bisa dihilangkan jika bertemu orang baru yang belum dikenalnya.
"Kalian memperkenalkan diri tanpa nama keluarga?" tanya Tiara. Menurutku dia mempertanyakan pertanyaan bodoh, lihat saja jawaban apa yang akan diberikan temanku yang paling suka berdebat. Aku menanti jangan kecewakan aku sobat.
"Yang berkenalan kami kenapa harus bawa-bawa nama orang tua kami?" Haha aku tertawa di dalam hati tersenyum puas saat melihat Tiara memasang wajah bodoh mendengar jawaban Miu, sungguh aku padamu kawan.
Untuk mencairkan suasana Om Danu mengenalkan pria muda yang sedari tadi menatap kami, ralat menatapku dengan penuh ambisi. "Kenalkan juga dia Bryan, dia juga Om undang kemari,"
Jika kutahu dia akan hadir tentu aku akan menolak undangan ini dengan beribu alasan.
"Hallo semua, senang bertemu dengan kalian. Aku Bryan semoga kita bisa berteman," bahkan suaranya sekarang mirip suara jangkrik ataupun kodok, sungguh aku tak bisa memastikan suaranya mirip yang mana, yang jelas suara Bryan sangat mengganggu bagiku.
"Ya sudah, mari kita mulai makan malamnya," ucap Tante Ana. Kami pun menyantap hidangan yang telah disediakan.
*POV end
*POV Rex
Kuperhatikan dari saat kami sampai hingga acara makan malam dimulai, Amora selalu mengukir senyum palsu. Terlebih kepada Tiara dan Bryan, aku bisa menebak bahwa mereka bermusuhan.
Apa-apaan si Tiara itu, dasar aneh buat apa kami berkenalan dengan nama lengkap. Kami jadi sahabat bukan karena nama keluarga yang kami sandang, tapi kami memang tulus ingin berteman. Tatapan si Bryan itu juga penuh dengan ambisi terus terarah pada Amora.
Kurasa makan malam ini tak sesederhana yang terlihat, ada sesuatu yang terselubung tapi aku juga tak mengerti apa itu.
*POV end
Makan malam berlangsung dalam keheningan, bahkan Liona dan Miu yang sering bercanda pun saat makan ikut diam. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu memecah keheningan.
Beberapa saat kemudian makan malam kami telah selesai, Kami diajak berpindah ke ruang tengah. Disana telah tersedia teh dan beberapa toples cemilan. Amora dan ketiga sahabatku duduk bersama di satu sofa panjang.
"Bagaimana kelas akselarasimu Amora?" suara Om Danu terdengar. "Sudah selesai Om," jawab Amora singkat.
"Mau lanjut kemana Nak Amora?" kali ini Tante Ana yang bertanya.
"Kampus X yang dekat perusahaan Tan, kami mendaftar disana." ucap Amora sambil menyeruput teh. Kapan ini berakhir, pikir Amora.
"Kami? Maksudnya?" giliran Tiara bertanya. Amora diam sejenak berharap ada temannya yang mau mewakili untuk menjawab.
"Hn, kami semua ikut kelas percepatan dan lulus bersama," suara Liona bagai hembusan angin surga walau mungkin datar bagi orang lain. Yes, kamu pahlawanku Liona ucap Amora dalam hati.
Setengah jam berlalu, Amora pamit pulang. Tante Ana menawari menginap yang langsung ditolak. Bryan banyak bertanya ini dan itu yang dijawab sesekali dengan kata ya dan tidak oleh Amora.
Setelah berpamitan mereka mengantarkan kami depan, rupanya Bryan juga berpamitan pada Om Danu.
Sesampainya di halaman kami memarkirkan mobil Tiara. berseru kaget, "OMG, mobil kalian sama semua?"
Untuk kali ini Amora tak bisa menahan untuk memutar bola matanya. Malas menjawab, Amora segera masuk kedalam mobilnya. Buat apa dijawab bukankah sudah jelas mobil mereka sama semua hanya berbeda warna.
Rupanya Miu yang merasa tak enak menjawab, "Iya kami sengaja membelinya, biar cocok dan sama semua," kamu terlalu baik kawan, pikir Amora. "Ini juga lambang Gengs kami," lanjut Miu.
Buat apa memberitahu dia tentang itu Miu, lihatlah matanya yang berbinar penuh harap. Jangan bilang dia mau bergabung. Kata hati Amora berbisik jengah.
"Bisakah aku ikut bergabung di Geng kalian?" tanya Tiara penuh harap.
Sudah kuduga, batin Amora kesal.
"Maaf Tiara kami tidak mencari anggota baru," suara Rex membuat senyum Amora merekah, menutupi rasa bahagianya Amora memanggil para sahabatnya. "Gengs, skuy pulang sekarang," katanya. Teman-temannya mengangguk mengerti dan segera menancap gas. Setelah berpamitan sekali lagi kendaraan mereka berempat segera meluncur membelah keheningan malam.
Di dalam mobil Amora menyeringai senang, merasa pertemuan pertamanya dengan Bryan tidak seburuk yang dia kira. Dia juga sangat menyukai bagaimana sahabatnya membantu dia menjawab hal-hal yang malas di utarakannya.
Bodohnya dia dulu meninggalkan sahabatnya hanya karena hasutan nenek sihir itu yang membuat persahabatan GG hancur. Seharusnya dulu dia lebih percaya sahabatnya daripada Tiara dan juga Bryan.
Kendaraan mereka terus melaju hingga mereka tiba di kediaman Amora. Mereka bergegas masuk ke kamar masing-masing, untuk membersihkan diri dan kemudian bersiap untuk beristirahat.
*
*
*
Bagaimanakah hari esok Amora?
Akankah damai atau ada hal buruk yang terjadi?
Nantikan bab selanjutnya ya🤗
Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Blue Twins
Ngeliat tiara kok jadi pengen nyantet ya
2021-01-31
2
•𝔾𝕚𝕥𝕒𝕒⛓💀
aduhh tangan aku gatel pengen ngecincang tu ulet bulu😈
2020-11-28
2
🌺°•Alice•°🌺
Dosa nggak ya ngejek tiara😌😌😌
2020-11-23
9