Sudah satu bulan Amora memimpin perusahaan papanya. Hampir semua karyawan percaya padanya.
Tiga hari lagi dia akan mengikuti ujian kelas akselarasi, setelah ujian selesai dan dinyatakan lulus. Amora berencana mendaftar di universitas yang dekat dengan kantornya.
Amora meraih gagang telepon dan menekan nomor sekretarisnya, "Keruangan saya segera!" tanpa menunggu jawaban Amora menutup panggilannya.
Tak lama terdengar ketukan pintu, Amora segera berkata 'Masuk' Terlihat wanita modis yang masuk dengan balutan gaun yang sopan.
"Ada apa Nona?" tanyanya.
"Begini Indi, kosongkan jadwal saya dari tiga hari ke depan selama satu minggu. Mengerti?"
"Baik Nona akan saya laksanakan, ada lagi?"
"Untuk saat ini hanya itu saja, kamu boleh pergi terimakasih." Amora tersenyum kecil.
"Kalau begiitu saya permisi Nona." Indi segera meninggalkan ruangan Amora.
Tinggallah Amora sendirian berkutat dengan lembar-lembar dokumen di atas mejanya, Amora membaca dan menandatangani mana yang dianggapnya sudah sesuai.
Tiga hari berlalu dengan cepat, Amora sibuk menata buku-buku dan alat tulis yang akan dibawanya. Bergegas menghabiskan sarapan kemudian berangkat ke sekolah untuk mengikuti ujian kelulusan.
Diantar oleh Leo, Amora masih sempat membaca e-mail dari sekretarisnya.
Sesampainya di sekolah, Amora duduk di deretan paling depan. Banyak yang memperhatikannya, tapi dirinya tidak perduli dan hanya diam membaca buku di tangannya.
Bisikan-bisikan yang seperti hembusan angin itu tiba-tiba hilang, saat seorang Guru datang memasuki kelas.
"Pagi semua, sebelum kita mulai ujiannya. Tolong simpan tas, buku dan catatan lainnya di depan! Yang ada di atas meja kalian hanya alat tulis dan lembar soal," kata si Guru.
Semua mengumpulkan tasnya ke depan. Setelah selesai lembar soal pun dibagikan, para murid mulai mengerjakannya dengan serius.
Diantara semuanya hanya Amora yang terlihat santai, bagaimana tidak di kehidupan masa lalunya Amora telah melewati masa-masa seperti ini dengan mudah.
30 menit kemudian, Amora berdiri dan mengumpulkan soalnya. Guru yang bertugas meminta Amora duduk kembali selagi dia memeriksa jawaban Amora.
"Permisi Pak, boleh saya pulang sekarang. Saya ada janji temu," ucap Amora dengan sopan.
"Sebentar ya Nak Amora, Bapak masih periksa jawaban kamu. Takutnya kamu asal-asalan jawab biar bisa cepat pulang," Amora mengangguk mendengar jawaban Guru tersebut.
"Kamu boleh pulang sekarang, jawaban kamu sempurna. Saya yakin kamu akan lulus," ujar si Guru memuji Amora.
"Terimakasih Pak, saya permisi."
Amora meninggalkan kelas diiringi dengan berbagai tatapan dari dalam kelas, ada yang menatap iri dan ada juga yang menatapnya kagum.
Amora tak mempedulikan semua tatapan itu, yang dia inginkan adalah cepat pulang dan mengganti pakaiannya. Sebab dia baru saja menerima e-mail dari sekretarisnya yang mengatakan bahwa ada satu janji yang tidak bisa ditunda.
Setelah berganti Amora meminta di-antarkan ke tempat janji temu, Amora menilai penampilannya sendiri. dia merasa cukup puas.
Tiba di tempat janji, Amora melangkah dengan penuh percaya diri. Membuka pintu restoran dan meminta diantarkan ke ruangan yang sudah dipesan oleh Pak Kusuma.
Pintu digeser oleh pelayan setelah diketuk tiga kali, Amora masuk mendapati seorang pria paruh baya dan pria muda yang sepertinya lebih tua daripada usia Amora sekarang.
"Permisi, perkenalkan saya Amora dari perusahaan Sanjaya Grup." mengulurkan tangan.
"Saya Radit Wijaya Kusuma, yang di sebelah saya ini anak saya Arlan. Senang bertemu dengan kamu Amora." membalas jabatan tangan Amora.
"Senang bertemu dengan Anda juga Tuan Radit." melepas jabatan tangannya dan tersenyum kecil.
"Silakan duduk dulu kita nikmati hidangannya,"
Amora duduk dan berkata, "Maaf Tuan, apa tidak sebaiknya langsung ke inti pertemuan ini saja? Maaf sebelumnya,"
Pak Radit tertawa, "Hahaha, kamu ada benarnya Nak tapi saya lebih suka menikmati makanan yang telah dihidangkan. Bukankah mereka terlihat menggugah selera?"
"Baiklah kalau menurut Tuan seperti itu, mari kita menyantap hidangan yang telah di pesan terlebih dahulu," Amora menunggu Pak Radit dan anaknya baru setelah itu dia memulai makannya.
Arlan nampak sedikit terganggu dengan sikap cuek Amora terhadapnya, dari awal pertemuan hingga saat ini Amora tak pernah bertanya atau melirik padanya.
Arlan tidak terima dengan itu, dia yang biasa menjadi pusat perhatian kini dicuekin dianggap seperti tak ada. Jiwanya tertantang untuk bisa menaklukkan Amora.
Arlan yang sedari tadi diam mulai bertanya, "Kamu sepertinya masih sangat muda, mengapa bisa menjadi CEO?"
"Ya saya masih seorang pelajar, jadi masih bisa dikatakan sangat muda untuk terjun ke dunia bisnis, Untuk kenapa saya bisa jadi CEO mungkin jawabannya karena saya pewaris satu-satunya dan saya ingin melanjutkan perjuangan Papa saya memajukan perusahaan keluarga kami,"
"Shit, dia perempuan yang cukup cerdas," kata Arlan dalam hati.
"Kelas berapa Nak Amora? Kalau boleh Om tau dan panggil saja Om jangan Tuan" ucap Pak Radit.
"Saya baru kelas 2, tapi saat ini ikut kelas akselerasi jadi kalau selesai saya akan lulus tahun ini," jawab Amora.
"What, kamu baru SMA! Berapa umur kamu saat ini?" tanya Arlan kaget, sedangkan sang Ayah tersenyum puas melihat Arlan yang sangat jarang mengeluarkan ekspresi terlihat sangat terkejut.
Mengerutkan keningnya Amora balik bertanya. "Apakah pertanyaan dari anak Om harus saya jawab?"
"Hahaha tidak usah jika kamu tidak mau menjawabnya Nak," timpal Pak Radit.
"Terimakasih Om dan Tuan Arlan saya tidak punya kewajiban memberi informasi selain masalah bisnis kita,"
Saat Arlan akan menjawab Amora, Pak Radit memotong dan berkata, "Mari kita mulai kesepakatan bisnis kita." mereka mulai mencocokkan semuanya. Setengah jam kemudian mereka menandatangani kesepakatan bisnis untuk membangun sebuah mall.
Setelah semua selesai Amora pamit undur diri, bertukar beberapa patah kata dengan Om Radit. Om Radit menyuruh Amora untuk tidak memanggil Arlan dengan sebutan Tuan, cukup Kak saja yang langsung di iyakan oleh Amora.
Setelah Amora berlalu Pak Radit bertanya pada anaknya, "Bagaimana menurut kamu tentang Amora, Ar?"
"Gak gimana-gimana Pah, cuma sepertinya sombong. Masa aku dicuekin," jawab Arlan sambil menggerutu.
"Hahaha, Papah suka sama anak itu, dia bisa buat kamu mengeluarkan ekspresi. Mungkin pesona kamu gak mempan buat dia," ejek Pak Radit.
"Oh ayolah Pah, dia itu bocah gak tau artinya pesona, makanya dia gak liatin Arlan," sanggah Arlan.
"Sabar Nak, tak semua perempuan suka pria yang tampan. Buktinya Amora gak melirik kamu sekalipun,"
"Ah ... sudah gak mau bahas dia lagi. Bikin kesel aku dicuekin. Heh, hello tanpa harus berbuat apapun banyak perempuan yang menatap aku Pah."
"Iya banyak yang natap, sayangnya gak ada Amora di situ," Pak Radit merasa senang anaknya bisa mengeluarkan ekspresi berbeda-beda karena bertemu dengan Amora.
Masing-masing kedua pria tersebut membatin.
Arlan "Akan kubuat kamu melihatku Amora lihat saja,"
Radit "Sepertinya Amora cocok dijodohkan dengan Arlan, semoga saja mereka mau tapi aku tak boleh terlihat seperti menginginkannya"
Dan Amora yang sedang mereka bicarakan sedang menempuh perjalananan pulang ke rumahnya.
Akankah rencana kedua Ayah dan Anak ini berhasil, nantikan ya lanjutannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Maria Fabianto
BAGUS, NOVEL REINKARNASINYA, ANTI MAINSTREAM... GK TIME TRAVELING SPT NOVEL2 SEBELAH
2021-01-30
2
yuli novelis🕊🕊
Kak aku mampir kak semangat 💪💪
2021-01-19
0
𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊
Arlan...
2020-09-19
3