Arlan saat ini sedang duduk di depan komputer, di ruang bacanya. Jari-jarinya Bergerak lincah di atas papan keyboard, rangkaian kata demi kata tersusun rapi.
Tak berapa lama, ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk.
Membaca pesan tersebut, Arlan mengencangkan genggaman di ponselnya. "Kurang ajar, bosan hidup tuh bocah. Beraninya dekatin ratu gue," umpatnya kesal.
Lalu Arlan menyuruh orang yang mengirim pesan untuk meneruskan pekerjaannya. Ia juga berpikir untuk menyewa beberapa bodyguard guna melindungi Amora.
Bukannya tak percaya pada sahabat Amora, hanya saja untuk berjaga-jaga. Siapa yang akan tahu hal gila apa yang mungkin akan dilakukan oleh Bryan. Bisa saja dengan mudah dia menghancurkan Bryan.
Mengirimnya ke pulau terpencil, tapi Arlan belum mau melakukan itu. Dia masih ingin melihat sejauh mana Bryan berani mengganggu kekasih masa depannya.
Saat meletakan kembali ponselnya, pintu ruang baca terbuka. Hampir saja Arlan mengumpat jika tak melihat siapa yang datang.
"Mama kenapa belum tidur?"
"Gak bisa tidur, mikirin anak Mama yang satu ini," kata Ambar, Mama Arlan.
"Mikirin soal?"
"Apalagi yang dipikirkan Mama kamu kalau bukan soal mantu, Ar," rupanya Radit menyusul istrinya.
Ambar mengangguk kemudian bertanya, "Kapan kamu kenalin calon kamu? Kalau gak pacaran dulu lah. Tiap Mama jodohkan kamu selalu nolak,"
"Ck, mana mau Arlan sama mereka. Arlan diliatin kayak liat harta karun, seperti liat mangsa gitu. Mending ogah Ma," jelas Arlan.
"Hah ... keburu Mama tua, terus ubanan nunggu kamu dapat jodoh." Ambar menghela napas.
"Tenang aja sayang, anak kita lagi semangat menaklukan satu gadis. Sayang tuh cewek gak mau sama anak kita, pesonanya kurang," ejek Radit.
"Siapa Pa, apa Mama kenal?"
"Enak aja, pesona Arlan masih ok. Amor aja yang susah di dapat," bantah Arlan. "Namanya Amor? Gak asing, tapi siapa ya?" Ambar mencoba mengingat-ingat.
"Anak almarhum Sanjaya sayang, namanya Amora," ucap Radit menjelaskan. "Anaknya Arya sama Dewi, ya ampun. Kamu harus bisa dapatin dia, Mama dukung. Mama pernah ketemu sama Amora waktu dia masih kecil, Mama udah suka dia imut banget," ucap Ambar berbinar.
"Tentu Ma, dia pasti akan jadi nyonya di rumah Arlan," ucap Arlan percaya diri. "Bagus-bagus, semangat. Ingat, HARUS! Ngerti kan anak Mama?" Arlan mengangguk cepat.
Puas melihat anaknya mengangguk, senyum Ambar mengembang. "Ya udah Mama mau istirahat dulu, kamu cepat selesaikan terus tidur,"
"Sip bentar lagi Arlan tidur Ma." Arlan mengacungkan kedua jempolnya. Ambar dan Radit kembali ke kamar mereka, meninggalkan Arlan yang masih berkutat dengan berkas-berkasnya.
Satu jam berlalu, Arlan meregangkan otot tubuhnya. Bangkit dari kursi yang tadi didudukinya, Arlan keluar menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Arlan menghempas tubuhnya di atas ranjang.
Membuka galeri foto yang ada di ponselnya, Arlan menatap foto-foto yang dilihatnya dengan senyuman yang mampu membuat jutaan perempuan bertekuk lutut, jika melihatnya. Sayangnya salah satu dari mereka bukan Amora.
(Di balik layar)
*Arlan : Alay Lu thor, masa segitunya senyum gue.
Author : Biarin, sesuka gue dong mau nulis apa.
Arlan : Tapi jangan terlalu keliatan bohongnya gitu bisa kan.
Author : Diem aja deh, cukup ikutin alur gue. Gue yang ciptain karakter Lu, gue juga bisa ilangin Lu. Mau coba?
Arlan : Gak jadi, bagus banget. sudah keren banget deh, lanjut.
Author : Gitukan enak, ya udah gue lanjutin lagi. Awas protes*.
(Lupain yang di atas ☝️)
"Amor, gue pengen saat gue tutup mata terus pagi pas buka mata. Wajah kamu yang menyapa tuk pertama kalinya," monolog Arlan.
"Anjay, gue jadi sok romantis gini. Geli gue, untung gak ada yang dengar. Lo harus tanggung jawab sayang udah buat gue jadi gini, sekarang gue tidur dulu ya. Moga ketemu di dunia mimpi,"
Arlan pun membiarkan ponselnya menyala di atas nakas. Matanya terpejam siap mengarungi dunia mimpi.
Waktu bergulir dengan cepat, matahari mulai menampakkan cahayanya. Suara ayam jantan saling bersahutan. Di sebuah kamar terlihat seorang gadis belia yang gelisah dalam tidurnya.
Peluh membasahi dahinya, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Mulutnya selalu menggumamkan kata 'jangan'. Lima menit berlalu, gadis itu bangun dengan napas memburu. Matanya menatap kosong.
Beberapa saat kemudian, napasnya mulai teratur. Mengusap wajahnya kasar, diapun bergumam pelan. "Tenang Amora, itu cuma mimpi. Lo selamat, mereka gagal. Tugas Lo gagalin hal yang sama terulang lagi,"
Amora mengangguk penuh tekad, "Ya gue harus cegah dengan cara apapun yang gue bisa, gue harus bisa jaga jarak dari orang-orang jahat itu,"
Menghela napas pelan, Amora bangkit, berjalan ke kamar mandi. Rupanya Amora masih dihantui bayangan kehidupan sebelumnya.
Selesai mandi, Amora memakai pakaian santai. Dia berencana meminta Indi mengantarkan berkas yang perlu diselesaikannya, diantar ke rumah. Amora segera menelepon Indi.
*Percakapan telepon.
"Pagi Nona, ada yang bisa saya bantu Non?"
"Tolong kirim berkas yang perlu saya tandatangani, batalkan semua janji hari ini," pinta Amora.
"Baik Non, ada lagi?"
"Jika ada yang mencari saya, katakan saya sedang tidak enak badan dan tak ingin diganggu,"
"Baik Nona, saya mengerti. Sekitar lima belas menit lagi berkasnya akan sampai di tangan Nona," ucap Indi.
"Terimakasih Indi, saya tutup dulu," kata Amora mengakhiri panggilan.
"Sama-sama Nona, sudah tugas saya," balas Indi.
Amora menikmati sarapan paginya sambil menunggu berkas yang akan dikirim padanya. Melirik jam yang menempel di dinding, Amora menghela napas.
Sepi banget, sumpah. Coba kalau tadi gak mimpi kayak tadi, mending gue ke kantor aja kali. Pikir Amora suntuk.
"Telepon GG diangkat gak ya? Coba aja deh," Amora memilih menelepon ketiga sahabatnya sekaligus. Miu mengangkat pertama kali, kemudian Rex. Liona belum mengangkat panggilan Amora.
*Percakapan telepon.
"Baru bangun ya? Bau belum mandi," ejek Amora tertawa.
"Enak aja, gue udah wangi tau," bantah Miu.
"Masih pagi, gue masih enak tidur waktu Lo nelepon sayangku yang ngeselin," ucap Rex bercanda.
"Rex biasanya yang ngegas itu yang belum mandi ya Rex?"
"Astaga, gue beneran udah mandi Amora. Cie Abang cie pakai sayang sayang sekarang, ekhem," ledek Miu pada kembarannya.
"Sirik aja Lu, petasan banting. Kalau mau liat yang belum mandi telepon tuh si Lili, pasti dia belum bangun," ucap Rex.
"Boleh kita telepon gantian aja ok, siapa duluan?" Amora bertanya.
"Aku, Abang terus kamu," Rex dan Amora mengangguk setuju.
Mereka bergantian menelepon Liona, pada panggilan yang kelima baru Liona menerima panggilan mereka. Mata Liona terlihat masih setengah terpejam, rambutnya yang acak-acakan serta piyama yang berantakan.
Rex, Miu dan Amora yang melihat itu tak sanggup menahan tawa mereka. Tawa ketiganya membuat Liona tersadar dan membuka matanya, kalau dia menerima panggilan VC bukan telepon biasa.
"Astauge, astomat, astongtong kalian ngerjain gue ya," ucap Liona, bukannya berhenti tawa ketiganya semakin menjadi.
"Cuci muka dulu gih, mandi kalau perlu," ucap Miu sambil tertawa.
"Iler di-elap dulu tuh," ejek Rex.
"Kita tunggu sampai kamu selesai mandi deh," kata Amora setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Kalian kan tau sendiri, gue mandinya lama. Mana dingin lagi, malas gue mandi ntar aja," jelas Liona.
"Kan bisa pakai air hangat dodol," ucap Miu kesal.
"Jorok sekali Anda, gue gak kenal," kata Amora.
"Siapa ya, ada yang kenal gak?" Rex mulai rese.
"Arghhhhh, kalian ngeselin. Udah ganggu tidur cantik si comel, sekarang malah maksa-maksa," Sekali lagi ketiga temannya tertawa melihat wajah cemberut Liona.
"Ya udah maaf-maaf mandi gih sana, gue mau nunggu kiriman," ucap Amora.
"Gak kerja Lo?" Tanya Rex.
"Cie ... cie ... yang perhatian," ledek Miu.
"Ekhem, jomblo lewat. Jangan mesra-mesraan ya kasian gue yang jomblo," kata Liona.
"Gue nanya doang elah, cape deh,"
"Lagi gak mood, gue mau di rumah aja. Gue juga jomblo kali, kita semua kayaknya jomblo deh," jelas Amora.
"Gue tutup dulu ya, kiriman buat gue udah sampai,"
"Nanti siangan dikit kita-kita kesana," kata Liona.
"Siapa kita? Gue aja kali, hahaha" ucap Rex bercanda.
"Asek asek Abang mau ngapel nih nanti siang,"
"Ngapel malam minggu neng, bukan siang," bantah Liona.
"Udah kalian lanjut gue matiin dulu, bye all." Amora segera memutuskan panggilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
yuli novelis🕊🕊
Semangat 💪💪
2021-02-08
0
Nunuk Pujiati 👻
semangat kak
2020-11-17
0
Mrs Cikal B. Pangrakit
semangat ..
2020-10-09
0