Sore hari, jam didinding menunjukkan pukul empat. Amora bersiap untuk pulang, dia memilah dokumen mana yang akan dibawanya. Selesai memilah dan memasukkan dokumen ke dalam tasnya, Amora bangkit berdiri berjalan dengan langkah pelan tapi pasti.
Membuka pintu ruangannya, Indi segera berdiri dan menyapa atasannya. "Selamat sore Nona," Amora tersenyum kemudian membalas sapaan Indi, sekretarisnya, "Sore juga Indi, belum pulang?"
"Sebentar lagi Nona, masih ada yang harus saya selesaikan," kata Indi sopan. "Jangan terlalu sering lembur Indi, luangkan waktu buat kamu dan keluargamu juga,"
"Baik Nona, akan saya lakukan," ucap Indi menimpali. "Saya duluan ya," Indi mengangguk dan berkata, "Hati-hati dijalan Nona," Amora hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya yang terhenti.
Tiba diparkiran Amora berpapasan dengan Tiara. "Hai, mau pulang ya?" sapa Tiara ramah. "Ya," jawab Amora singkat.
"Ada waktu gak? Kita jalan yuk, ke mall atau cafe gitu," lanjut Tiara. "Maaf saya ada kuliah malam, permisi," tolak Amora.
"Tapi kapan-kapan bisa kan?" tanya Tiara lagi. "Ya, semoga saja," jawab Amora. Tak pernah terjadi, lanjut Amora dalam hatinya.
"Saya pergi dulu," tanpa menunggu jawaban Tiara, Amora berlalu masuk kedalam mobilnya dan melaju tanpa melirik apalagi tersenyum kepada Tiara.
Tiara menatap iri kepergian Amora, dia begitu menginginkan mobil seperti milik Amora. Memupuk rasa iri-nya, Tiara memasuki kantor Sanjaya dengan wajah angkuh. Seolah-olah dialah pemilik perusahaan tersebut.
Saat akan membuka pintu ruangan Ayahnya, sekretaris baru Danu menghentikan Tiara. "Nona, anda tidak boleh masuk saat ini. Apa Nona sudah membuat janji dengan Pak Danu?" tanya Mega sopan.
Tiara melotot marah. "Kenapa saya harus buat janji? Saya mau masuk sekarang. Lagian ini kantor Papa saya," bentak Tiara.
Mega menunduk, ingin menjawab takut salah bicara. Dengan angkuh Tiara membuka pintu ruang kerja Ayahnya. Masuk dan menghempaskan diri, duduk di sofa. Memasang wajah cemberut, Tiara merengek pada Danu seperti biasanya.
"Pah, pecat sekretaris Papah yang rese itu," kata Tiara. "Kalau dia gak buat salah Papah gak bisa pecat dia," Tiara makin cemberut mendengar jawaban dari Ayahnya.
"Tapi dia ngeselin Pah, masa aku dilarang masuk? Disuruh buat janji," lanjut Tiara. "Itu gak cukup jadi alasan buat mecat dia." melepas kacamata bacanya, Danu melanjutkan. "Gimana tugas yang Papah kasih? Lancar?"
Berdecak kesal Tiara menjawab "Ck, boro-boro lancar. Tiara deketin aja susah, dia seperti narik batas. Aneh," berpikir sejenak, "Pah, apa Tiara ganti kuliah malam juga ya? Biar bisa deketin dia," lanjut Tiara.
"Boleh juga," jawab Danu singkat. "Pah, Tiara mau mobil seperti punya Amora dan teman-temannya. Boleh ya?" rengek Tiara.
"Huft, untuk sekarang tidak. Papah gak bisa beliin itu,"
"Ya sudah deh, aku balik aja." Tiara menghentak kaki kesal meninggalkan ruangan Danu.
Sesampainya di tempat parkir, Tiara memasuki mobilnya. Membandingkan mobilnya dengan mobil Amora, Tiara semakin menginginkan mobil yang sama.
Mobilmu akan jadi milikku suatu saat nanti Amora, semua milikmu akan kuambil. Hanya aku yang pantas mendapatkan semua kemewahan itu. Bisik hati Tiara.
Meninggalkan gedung perkantoran, Tiara pergi bersenang-senang bersama teman-temannya.
*Kediaman Amora.
Amora memarkirkan mobilnya, kemudian turun dan masuk ke rumahnya. Di depan pintu dia disambut dengan beberapa pelayan, "Selamat datang Nona," kata mereka serempak. "Sore Bi, lain kali jangan menunggu saya pulang. Jangan juga menyambut saya seperti ini, mengerti?" Ucap Amora.
"Mengerti Nona," kata mereka. "Bagus, ya sudah lanjutkan pekerjaan kalian. Saya mau istirahat dulu, bangunkan sekitar satu jam dari sekarang." Amora melangkah menuju kamarnya.
Amora membaringkan tubuhnya tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Lima menit kemudian Amora telah jatuh tertidur, sepertinya dia sangat kelelahan.
Kediaman Arlan.
Arlan menghubungi orang kepercayaan yang diutus untuk mengikuti Amora.
"Halo, dimana dia?" Tanya Arlan
"Nona saat ini telah sampai dikediamannya Bos," jawab anak buahnya.
"Siapa saja yang bertemu dengannya?"
"Tiara Bos, tadi Nona berpapasan dengannya"
"Lalu?" lanjut Arlan ingin tahu.
"Mereka berbincang sebentar, lalu Nona Bos pergi meninggalkan Tiara. Nona Bos juga selalu memasang wajah tak bersahabat sepertinya Bos," lapor Dimas
"Kerja bagus, lanjutkan Dimas,"
"Siap Bos!"
Arlan menutup panggilan lalu dia tersenyum senang.
"Haha, dia memang gadisku. Sombong, angkuh harus ada untuk menjadi nyonya Wijaya," monolog Arlan.
Sepertinya Arlan lupa mungkin jika Amora teramat baik hati pun, dia akan tetap meng-klaim Amora sebagai miliknya.
Pukul 17:15 kediaman Amora.
Amora menggeliat merenggangkan ototnya yang kaku. Mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum duduk, menoleh ke kanan untuk melihat jam berapa sekarang.
"Baru jam lima rupanya," kata Amora pada dirinya sendiri, "Masih banyak waktu." Amora bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi.
Setengah jam berlalu, pintu kamar mandi terbuka. Amora keluar dengan pakaian kasual serta handuk yang melilit di kepalanya. Mengambil ponselnya diatas nakas, Amora mengirim pesan kepada sahabatnya.
"Berangkat jam berapa?"
Amora meletakkan ponselnya setelah mengirim pesan. Balasan pesan dari temannya datang tak lama kemudian.
"Jam berapapun ok," balas Rex.
"Sembarang aja," balas Liona.
"19:10 berangkat masing-masing, ketemu di kampus. Jangan telat hari pertama," balas Miu.
Amora tersenyum kemudian membalas.
"Artinya besok-besok ada niat telat dan boleh telat ya gak?" Amora.
"Mungkin begitu maksudnya," Liona.
"Hn, bisa jadi," Rex.
"Ya gak lah, enak aja," Miu.
"Ya udah, 19:30 kita ketemu di parkiran, gw mau siap-siap dulu, bye," Amora.
"Oke, gw juga mau mandi dulu," Liona.
"Ok," Rex
"Aku juga mau siap-siap," Miu.
Seraya merapikan rambutnya, Amora meletakkan ponselnya di dalam tas. Setelah siap, Amora beranjak keruang makan.
"Bi, kita makan sama-sama lagi ya,"
"Baik Non,"
Amora melahap makanannya, sesekali dia menatap asisten rumahnya yang telah dianggapnya sebagai keluarga.
"Bi, Amora pamit dulu ya," pamitnya. "Hati-hati dijalan Non. Semangat belajarnya,"
"Pasti Bi." Amora melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Parkiran kampus
Dua mobil memasuki area parkiran secara bersamaan. Hal yang aneh, setelah mobil berhenti pengemudinya tak juga turun.
Lima menit kemudian satu mobil yang serupa terparkir apik, sama seperti tadi pengemudinya juga tidak turun.
Berselang dua menit mobil lain terlihat, terparkir tepat disebelah ketiga mobil sebelumnya. Berbeda dengan mobil-mobil tadi, mobil keempat membuka pintu mobilnya dan keluar. Diikuti ketiga mobil lainnya.
Amora menghampiri sahabatnya, "Sorry telat, ada insiden kecil tadi," cengir Amora. "Gak apa, gw sama Rex aja yang kecepatan sampai. Ya gak Bang?" jawab Miu.
"Hn, benar," ucap Rex singkat. "Masuk yuk, kita diliatin nih dari tadi," bisik Liona risih. Ketiga sahabatnya mengangguk, merekapun meninggalkan parkiran.
Dari atas lantai dua, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka berempat. Kamu akan menjadi milikku Amora. Janjinya dalam hati, rupanya dia hanya memperhatikan Amora saja.
*
*
*
Bersambung dulu ya
Ntar lanjut lagi kalau udah ketemu Ilham dan kawan-kawannya.😁
Makasih sudah mampir 🙃
Wassalam 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
cuuiiiihhh perekkk jahannam busuukkkk 🖕🖕🖕🖕
2023-02-16
0
Mendutz
Miliku miliku pngn d sunat ulang kmu sma arlan ,,,
2021-01-24
1
Yuuna
mimpi lu ketinggian jalang
2021-01-03
3