SI GADIS CANTIK YANG DINGIN

SI GADIS CANTIK YANG DINGIN

Bab 1

Cia mengemudikan mobil dengan sedikit cepat. Ia berjanji dengan temannya untuk bertemu, ada sebuah kotak besar berbungkus kertas warna di kursi penumpang sebelahnya. Hari ini adalah hari ulang tahun sahabatnya, Cia ingin memberikan yang spesial untuk teman yang sudah bersamanya sejak sekolah dasar, untuk teman yang selalu menemaninya siang malam, untuk teman yang selalu hadir di saat suka dan dukanya.

Cia sudah sampai di rumah Lusia—teman Cia. Ia melihat ke garasi, sebuah mobil sport warna merah terparkir di sana. Cia tersenyum, hingga kemudian turun dan tak lupa membawa kado yang dibelinya.

Cia tidak heran jika Kevin—kekasihnya, berada di rumah Lusia. Karena Kevin pasti juga ingin merayakan ulang tahun Lusia. Cia, Kevin, dan Lusia, sudah berteman sejak lama.

Cia berjalan masuk. Ia mencari keberadaan Lusia dan Kevin, tapi entah tak menemukan keduanya. Cia sedikit merasa aneh karena rumah Lusia terlihat sepi, pelayan rumah juga tidak terlihat. Karena terbiasa bersama Lusia, Cia tahu pasti setiap ruangan yang ada di rumah itu. Cia pun berpikir untuk langsung naik ke lantai dua menuju kamar Lusia untuk memberi kejutan.

"Kevin, jangan seperti itu!" Suara Lusia terdengar mendesah. "Bagaimana jika Cia datang?"

Cia bisa mendengar suara dari kamar Lusia. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam, Cia pun berjalan mendekat ke arah pintu kamar sahabatnya itu.

"Tenanglah, dia masih mencari hadiah untukmu, dia pasti belum sampai." Suara Kevin juga terdengar dari dalam.

Cia semakin penasaran dan curiga dengan kedua orang terdekatnya. Ia merasa gelisah, pikirannya melayang ke mana-mana.

Cia membuka perlahan pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. Betapa terkejutnya Cia melihat apa yang terjadi di dalam kamar, satu teman baiknya dan satu lagi kekasihnya tengah memadu kasih.

"Oh Tuhan. Ingin rasanya aku menangis," keluh Cia dalam hati.

Cia mendorong dengan keras pintu itu, membuat kedua insan yang sedang bercumbu itu bisa terlihat jelas dari ambang pintu. Rongga dada Cia terasa terhimpit, dihantam oleh puluhan kilo batu tak kasat mata, sakit dan perih.

Kevin dan Lusia begitu terkejut saat melihat Cia berdiri di ambang pintu. Semakin terkejut lagi saat Cia melempar apa yang dibawanya ke arah keduanya.

"Cia!!" Lusia terkejut, dia menutup tubuh polosnya dengan selimut.

Cia menatap ke arah Kevin, bertanya pada dirinya sendiri. "Kenapa dia mengkhianatiku? Apa karena aku terlalu kolot untuk tidak melakukan hubungan seperti itu, yang membuatnya melakukan itu dengan wanita lain, terlebih itu adalah teman baikku?"

"Hahaha. Kalian benar-benar pasangan yang serasi, aku beri selamat pada kalian," ucap Cia seraya tertawa keras juga bertepuk tangan untuk menutupi kesedihan yang dirasakan.

"Cia, dengarkan aku dulu!" pinta Kevin seraya memakai pakaiannya dan mencoba berjalan ke arah Cia.

Cia mengangkat telapak tangan, meminta Kevin untuk tak mendekat. "Jangan memanggilku 'Cia', kamu dan kamu tidak pantas memanggil namaku," ucap Cia menatap tajam pada Kevin juga Lusia secara bergantian.

Cia membalikan badannya bersiap pergi dari sana. "Aku mendoakan yang terbaik untuk kalian, mulai hari ini hubungan kita berakhir sampai sini, tidak ada kata teman tidak ada kata kekasih. Kelak jangan pernah muncul dihadapanku atau aku akan membuat perhitungan dengan kalian," ancam Cia.

Cia segera meninggalkan tempat itu, pergi dengan luka yang sangat dalam, begitu dalamnya hingga berpikir bahwa itu tidak akan pernah sembuh sampai kapan pun.

2 Tahun kemudian.

Suara alarm terdengar berbunyi, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Cia terbangun dengan rasa kekecewaan, terduduk di atas tempat tidurnya dengan keringat yang bermanik di seluruh wajah.

Cia memegangi kepala seraya bergumam, "Dua Tahun, ini sudah dua tahun, tapi kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian itu? Kenapa mimpi yang sama selalu muncul tiap malam."

Cia selalu memimpikan itu, mimpi tentang pengkhianatan orang yang disayangi dan percayai. Ia tidak tahu sampai kapan mimpi yang menyiksa itu akan berakhir.

Cia bergegas mandi dan bersiap pergi kuliah. Demi melupakan masa lalu itu, juga menghindari orang-orang yang tidak ingin dilihat, Cia pergi dari kota kelahirannya, bahkan kuliah di universitas tidak ternama untuk menghindari orang-orang yang dikenal saat SMA. Baginya asal itu bisa membuatnya tenang, maka ia akan menjalani itu, hidupnya harus terus berjalan meski ada sebuah pengkhianat di masa lalu.

-

-

Cia sudah sampai di Universitas tempatnya menimba ilmu. Cia memarkirkan mobil lalu turun dengan sikap angkuh dan dingin, hingga semua mata tertuju padanya, mereka saling bisik dan melirik, entah apa yang dibicarakan, Cia tak mau tahu.

Cia berjalan sendiri, tiada teman yang menemani, karena ia tidak percaya dengan kata teman, itu hanya akan membuatnya merasa sakit.

"Aduh, maaf." Seorang gadis terjatuh ke lantai, setelah tanpa sengaja menabrak Cia.

Cia menatap gadis berkacamata terduduk di lantai setelah menabraknya. Ia juga melihat buku gadis itu berserakah, membuat murid lain menatap ke arah mereka. Cia hanya memandang gadis itu, sedangkan gadis yang menabrak Cia tampak kikuk membereskan buku-buku. Meski Cia ingin membantu, tapi entah kenapa ditahan.

Cia berjalan melangkah melewati gadis itu, hingga seorang gadis bicara dengan nada tinggi ditunjukan kepada dirinya.

"Hah! Lihat itu, betapa sombongnya dia! Bahkan saat seseorang tidak sengaja menabraknya hingga terjatuh, dia tidak mengatakan sepatah kata pun! Bahkan saat seseorang meminta maaf pun dia tidak mengatakan sesuatu, memangnya siapa dia?!" Teriak gadis itu mencibir Cia.

Gadis yang mencibir Cia bernama Sunny. Gadis itu berada di satu jurusan dan tak pernah menyukai Cia, entah apa yang tidak dia sukai dari Cia. Sikap Cia yang terkesan sombong, dingin, atau karena Cia termasuk gadis yang populer di satu fakultas mereka. Lagi pula Sunny adalah gadis biasa yang beruntung bisa kuliah di sana karena beasiswa, dan karena kecerdasannya Sunny banyak disukai mahasiswa lain.

Cia berhenti melangkah, menoleh ke arah Sunny serta menatap tajam gadis itu. "Apa itu urusanmu? Lihat gadis itu, dia saja tidak marah? Bagaimana bisa kamu yang marah? Apa kamu yang jatuh? Heh, kamu ini lucu sekali, kalau mau jadi seorang pahlawan, sepertinya kamu berada di tempat yang salah," cibir Cia.

Cia berjalan menuju kelas, tanpa memedulikan sekitarnya. Sunny tampak kesal, bagaimanapun cara dia ingin menjatuhkan atau mengejek Cia, itu tidak pernah berhasil.

Cia bisa mendengar murid di sana menjelekan-jelekannya, seperti mengatainya sombong, angkuh, dingin, keras kepala, dan yang mungkin paling kejam serta menyakitkan yaitu mereka mengatakan Cia mempunyai SUGAR DADDY, tapi Cia tidak pernah peduli. Ia selalu bicara dalam hatinya. "I DON'T CARE, karena ini adalah hidup yang aku inginkan, tanpa teman tanpa rasa cinta."

'Saat kata tak bisa menunjukkan sikap, maka aku memilih diam seribu bahasa.'

Terpopuler

Comments

Melisa Margolang

Melisa Margolang

s

2022-10-28

3

Dio Alexzer

Dio Alexzer

p

2022-05-07

0

Bunga Jasmine

Bunga Jasmine

Hallo othor cantik...mau dicirian eeh ternyata udah jempol biru...mungkin dl sempet baca...udah lupa, maaf yaa...
sukses trus ya...😊😇

2022-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!