Bab 6

Pada hari berikutnya, untuk pertama kalinya Cia tidak memikirkan untuk cepat-cepat pergi kuliah, untuk pertama kalinya dia tak memikirkan belajar. Kemarin adalah masalah terparah yang menjeratnya, dan tentu saja itu membuat sebagian orang bahagia.

Karena merasa bosan hanya berada di apartemen, akhirnya Cia memutuskan untuk pergi ke sekolah Yuki, ingin mengajak jalan serta melihat apakah masih ada yang jahat dengan gadis itu.

Cia sudah berada di depan sekolah Yuki saat jam pulang. Berdiri bersandar bodi mobil, menatap gerbang yang mulai di buka, di mana para siswa mulai terlihat keluar dari sana. Cia melihat berandalan kecil yang membully Yuki, mereka tertawa keras hingga mengatupkan bibir dan menunduk saat melihat Cia.

"Halo kakak, apa kamu ingin menjemput Yuki?" tanya salah satu gadis itu berbasa-basi pada Cia.

Cia hanya mengangguk dengan wajah datar, membuat anak-anak itu merasa kikuk.

"Dia sedang piket, mungkin sebentar lagi," kata gadis teman sekelas Yuki.

Cia lagi-lagi hanya mengangguk, membuat keempat gadis tadi langsung pamit dan pergi. Beberapa menit kemudian Yuki keluar dari halaman sekolah, ia tampak terkejut melihat Cia di sana.

"Hei, kenapa wajahnya tertekuk seperti itu, apa tidak suka aku di sini?" tanya Cia ketika Yuki sudah di hadapannya.

"Ti-tidak, aku suka kok lihat Kakak di sini," jawab Yuki sedikit tergagap. "Kenapa Kakak ke sini?" tanya Yuki kemudian.

"Mau apalagi, tentu saja mengajakmu jalan-jalan," jawab Cia dengan senyum mengembang.

Cia melihat Yuki yang terlihat ragu, tahu kalau gadis itu pasti tak menyangka dengan maksud Cia mengajaknya. Cia hanya ingin membelikan beberapa seragam untuk Yuki, karena melihat pakaian gadis itu sudah tak layak digunakan.

-

-

Cia dan Yuki sudah sampai di sebuah Mall. Yuki menatap gedung yang menjulang tinggi itu, ini adalah pertama kali untuk Yuki menginjakkan kaki di sana.

"Apa yang kamu lihat? Ayo masuk!" ajak Cia seraya mengandeng tangan Yuki.

Yuki terlihat ragu, menatap Cia dengan rasa malu karena pakaian yang dikenakan sekarang.

"Kenapa? Tidak usah bingung atau ragu. Yang terpenting sekarang kamu senang." Cia sadar kalau Yuki pasti merasa malu.

-

-

Begitu masuk ke Mall, Cia membelikan banyak barang untuk Yuki, dari seragam, sepatu, hingga pakaian sehari-hari untuk gadis itu. Yuki awalnya menolak, tapi Cia terus memaksanya.

Terlihat beberapa kantong belanja tergeletak di kursi. Setelah selesai belanja, Cia mengajak Yuki makan di salah satu resto fast food di Mall.

"Kak, ini semua beneran buat aku?" tanya Yuki yang masih tidak percaya.

"Tentu saja," jawab Cia santai.

"Aku tidak pernah melihat pakaian sebanyak ini, apalagi semua pakaian sangat mahal." Yuki menatap kantong belanja yang ada di kursi sampingnya.

"Sudahlah, kangan dipikirkan. Anggap ini hadiah karena menemaniku, oke! Sekarang makan makananmu." Cia tersenyum lebar, meminta Yuki segera makan agar bisa mengantar pulang setelahnya.

Yuki mengangguk, merasa terharu dan tersentuh dengan kebaikan Cia. Cia bagai malaikat penolong yang sangat baik padanya.

Di sela makan, Cia banyak menanyakan soal Yuki. Ia tahu jika sebenarnya Yuki adalah gadis pandai, hanya saja ekonomi keluarga yang membuatnya terkucilkan.

Yuki bercerita jika tinggal bersama seorang ibu dan kakak, ayahnya sudah meninggal lama. Yuki sendiri tidak pernah meminta lebih pada ibunya, karena tahu jika wanita yang membesarkannya itu sudah berusaha dengan keras untuk menghidupi dan menyekolahkannya.

-

-

Di kampus, Ardeano masuk kelas seperti biasa, tapi entah kenapa tiba-tiba mengamati meja milik Cia. Semua mahasiswa tahu kalau Cia tidak masuk kuliah, tapi meski begitu juga tidak ada yang peduli, mereka malah mengira kalau teman satu jurusannya itu dikeluarkan dari kampus karena masalah foto yang tersebar.

"Sedang melamunkan apa, hmm?" Sunny tiba-tiba muncul, membuyarkan lamunan Dean.

"Tidak ada." Dean kembali menatap buku yang ada di meja.

Sunny merasa Dean berbohong, tahu jika pemuda itu menatap meja Cia yang kosong.

"Si gadis sombong itu bukankah akhirnya dikeluarkan," ucap Sunny sedikit lirih.

Dean terdiam mendengar ucapan Sunny, meski begitu pada akhirnya memilih fokus pada bukunya.

"Tapi itu bagus, gadis seperti itu memang tidak pantas kuliah di kampus kita ini, bukakah menurutmu begitu," ujar Sunny lagi.

Dean hanya berdeham, tak menanggapi ucapan Sunny karena merasa itu tak penting. Dean memang terkenal pendiam, tapi meski begitu banyak gadis yang sebenarnya menaruh hati padanya, termasuk Sunny salah satunya.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

dunia halu emg sempit..

terooos

2021-04-20

0

Embunz Pagie

Embunz Pagie

bca y kyak bca crita org yg dicritkn cea gtu

2021-04-02

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

berarti Yuki anak nya bi penjual kue

2021-03-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!