Bab 2

Nama:Velicia, panggilan: Cia(khusus yang akrab dengannya)

Sepulang dari kuliah, Cia selalu mampir ke sebuah toko kue. Ia sangat menyukai kue di sana, selain rasanya yang lezat, semua kue di sana juga buatan pemiliknya sendiri.

"Selamat datang!" sapa pemilik toko itu.

Wanita paruh baya umur sekitar 45 tahunan terlihat tersenyum ramah, dia adalah wanita yang ramah dan pekerja keras, Cia memanggilnya bibi Susi. Wanita itu selalu membuatnya teringat pada almarhum ibunya yang ramah dan penyabar.

"Siang Bibi! Hari ini apa ada yang spesial?" tanya Cia penuh semangat.

Saat bersama orang yang lebih tua darinya, Cia akan berubah menjadi gadis yang ramah dan hangat, tentu saja karena berpikir jika tidak mungkin orang-orang itu akan mengkhianatinya.

"Sama seperti biasanya, kue rasa strawberry kesukaanmu selalu tersedia," jawab bibi Susi dengan seulas senyum yang terpajang di bibir.

Cia tersenyum, selama ini pelipur laranya hanyalah orang-orang yang dianggap seperti orangtuanya.

Cia pun meminta Bibi pemilik toko untuk membungkus beberapa rasa kue yang biasa dibeli.

"Baiklah, tapi Bibi heran, kenapa kamu membeli kue sebanyak ini setiap ke sini? Bukankah kalau memakan semuanya nanti bisa gemuk? Gadis seumuranmu seharusnya lebih suka menjaga berat badan, 'kan?" tanya Bibi Susi bertubi.

"Bibi, aku tidak takut gemuk kok. Itu tidak berlaku untukku, mau gemuk mau nggak, kenapa harus takut? Yang perlu ditakutkan adalah kalau kita sakit hanya karena kita menahan lapar agar tidak gemuk, itu tidak baik!" ucap Cia seraya tersenyum pada wanita paruh baya itu.

"Baiklah, kamu memang gadis yang berbeda. Ini pesananmu sudah selesai!" Bibi Susi memberikan bungkusan kue kepada Cia.

Cia memberikan beberapa lembar uang kepada Bibi Susi, lantas mengambil kantong berisi kue pesanannya.

"Tapi Nona Veli, uangnya kelebihan!" Bibi Susi melihat kalau uang itu kelebihan dari yang seharusnya Cia bayarkan.

"Veli? Bibi, 'kan aku sudah bilang jangan panggil aku Veli. Orang yang dekat denganku biasa memanggilku 'Cia' tanpa kata Nona," protes Cia ketika mendengar panggilan yang dilontarkan wanita paruh baya itu.

"Maaf, lupa." Bibi Susi tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya.

Cia pun berpamitan, setelahnya tentu pulang ke apartemen yang sudah ditinggalinya beberapa tahun ini.

-

Setelah Cia pergi dari toko, seorang pemuda tampak masuk ke toko kue Bibi Susi.

"Bu!" panggil pemuda yang ternyata adalah putra pemilik toko.

"Dean, kamu baru pulang?" Bibi menoleh dan mendapati putranya—Ardeano, sudah berdiri di belakangnya.

"Kuenya sudah mau habis. Apa gadis yang selalu ibu bicarakan itu membeli kue lagi?" tanya Dean ketika melihat etalase agak kosong.

"Iya, bagaimana kamu tahu?" tanya Ibu balik.

"Karena setiap dia datang, Ibu pasti akan merasa senang," jawab Dean.

"Bagaimana tidak, dia gadis yang baik. Sudah setahun ini dia selalu datang membeli banyak kue setiap harinya, dan dia adalah gadis yang sopan, cantik, dan baik. Andai kamu kenal dia?"

"Ibu bilang dia selalu membeli banyak kue disini, dia pasti bukan gadis biasa. Lagi pula orang seperti kita bagaimana bisa kenal dengan orang-orang yang derajat dan statusnya lebih tinggi dari kita," ujar Dean setelah mendengar harapan Ibu.

"Ya, mungkin benar, tapi dia memang benar-benar berbeda," timpal Ibu.

Dean hanya mengiakan ucapan ibunya, lantas berpamitan lagi karena harus bekerja di bengkel.

Sejak suami wanita itu meninggal dunia 5 tahun lalu. Dialah yang menjadi tulang punggung keluarga, berjuang mencukupi kebutuhan dua anak yang masih butuh pendidikan.

-

Cia sudah sampai di basement apartemen. Namun, sebelum naik ke lantai tempat unit berada, ia mampir ke lobi. Cia memberikan sebagian kue yang dibelinya untuk resepsionis dan security gedung.

"Wah, Mbak Cia baik banget. Makasih, Mbak." Semua orang mengucapkan hal yang sama. Siapa yang menyangka jika gadis yang begitu ramah itu, ternyata sangat dingin di luaran sana.

Setelah memberikan kue itu, Cia pun kembali masuk lift dan naik ke lantai tempat unitnya berada.

"Nona Cia. Anda sudah pulang, saya baru saja selesai dengan pekerjaan saya." Wanita paruh baya yang menyapa Cia bernama Ana, dia adalah pekerja harian yang dibayar Cia untuk membersihkan tempatnya.

"Bibi An, aku bawakan kue lagi, nanti jangan lupa bawa pulang ya." Cia meletakkan kotak kue di atas meja, agar Bibi Ana tidak lupa membawanya saat pulang.

"Non, kenapa suka membeli kue setiap hari lalu membaginya?" tanya wanita paruh baya itu.

"Karena aku suka."

"Aih, Anda ini kenapa sangat baik pada semua pekerja di sini? Herannya, kenapa Anda juga tidak mempunyai teman satu pun?"

"Karena aku tidak ingin punya, jadi bibi jangan khawatir, aku akan mandi dulu." Cia tersenyum getir, sebelum akhirnya memilih bergegas masuk ke kamar.

Bibi Ana memang perhatian pada Cia, sebab merasa kalau gadis itu kesepian. Wanita itu sering bertanya, kenapa Cia tak memiliki teman. Namun, gadis itu hanya tersenyum tak pernah menjawab, karena sebenarnya Cia takut akan pengkhianatan yang pernah dialaminya.

-

Hari berikutnya, Cia melakukan aktifitas seperti biasa, dan setiap malam mimpi yang sama masih selalu datang. Saat pikirannya kacau, Cia akan lari pagi di sekitar taman dekat apartemen, setidaknya itu adalah cara untuk menghilangkan tekanan yang diterimanya.

Cia sedang berjalan ke gedung apartemen, ketika ponselnya berdering dan satu nama terpampang di sana.

"Halo." Cia menjawab panggilan itu dengan senyum lebar. "Benarkah? Baiklah, aku akan ke sana setelah kuliah selesai. Tidak, tidak usah menjemputku, aku akan naik mobil sendiri. Oke, sampai ketemu nanti siang."

Cia mengakhiri panggilan, senyum terus terbit di wajah setelah mendapat panggilan dari seseorang itu.

-

Hari-hari di kampus berjalan seperti biasanya, hinaan dan cibiran tentu masih terus Cia dengar. Namun, Cia sendiri terus mengabaikan, karena menganggap jika itu tak penting.

Ketika Cia berjalan ke arah ruang kelas, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang, membuat buku yang dibawa Cia jatuh berserakan.

"Sial!" umpat Cia dalam hati.

Cia lantas berjongkok, memunguti buku-buku yang ada di lantai, hingga seseorang ikut berjongkok dan membantunya memungut.

Seorang pemuda tampak membantu Cia. Cia tahu kalau pemuda itu adalah teman satu kelasnya, tapi Cia tak kenal karena memang merasa tak peduli.

"Ini bukumu!" Pemuda itu menyodorkan buku ke arah Cia.

Cia langsung mengambil buku dari tangan pemuda itu, tanpa senyum dan malah memasang wajah datar. Tanpa berterima kasih langsung meninggalkan pemuda itu.

"Dean, kenapa kamu membantu gadis sombong itu?" tanya Sunny yang muncul di sana.

Ternyata pemuda yang membantu Cia adalah Dean, putra dari pemilik toko kue langganan Cia.

"Aku hanya kasihan, sepertinya setiap hari banyak yang menjahilinya, tapi dia hanya diam saja." Dean masih melihat ke arah Cia berjalan.

"Untuk apa kasihan, salah dia sendiri begitu sombong, apa kamu tahu itu?Bagaimana mahasiswa seperti kita yang kuliah di kampus biasa-biasa saja ini bisa memakai pakaian mahal, juga punya mobil mewah, apa menurutmu dia tidak mencurigakan?" Sunny mencoba memperngaruhi penilaian Dean pada Cia.

"Kamu jangan bicara yang aneh-aneh dulu, bagaimanapun kita tidak tahu asal usul dan keluarganya. Jadi jangan dulu menyimpulkan, itu tidak baik." Dean adalah pemuda yang bijak.

"Bagaimana bisa tidak menyimpulkan?Kampus kita ini hanya orang biasa dan pintar saja yang kuliah di sini, bagaimana bisa seseorang yang memiliki status tinggi mau kuliah di kampus seperti ini, kalau keluargaku kaya, aku pasti akan kuliah di kampus terbaik di negara ini, bukan malah di kampus biasa seperti ini."

"Sebenarnya, apa yang mau kau katakan?" tanya Dean yang merasa aneh karena Sunny terkesan terus menyudutkan Cia.

"Ya, mungkin saja dia dari keluarga biasa-biasa saja, hanya saja dia--" Sunny menjeda ucapannya.

"Hanya saja, apa?"

"Hanya saja, jika ada orang kaya yang mau memeliharanya agar dia bisa memiliki barang-barang mewah itu." Sunny masih memcoba memprovokasi.

Dean menghela napas. "Sunny, jauhkan pikiran berburuk sangka, itu tidak baik, apa kamu mengerti?" Dean berjalan pergi meninggalkan Sunny setelah mengucapkan kalimat itu.

Terpopuler

Comments

Melisa Margolang

Melisa Margolang

t

2022-11-01

3

Melisa Margolang

Melisa Margolang

v

2022-10-29

3

Melisa Margolang

Melisa Margolang

g

2022-10-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!